- Pendahuluan
Al
Qur’an yang dalam memori kolektif kaum muslimin sepanjang abad sebagai kalam
Allah, menyebut dirinya sebagai “ petunjuk bagi manusia” dan memberikan
“penjelasan atas segala sesuatu” sedemikian rupa sehinggga tidak ada sesuatupun
yang ada dalam realitas yang luput dari penjelasannya. Bila diasumsikan bahwa
kandungan al Qur’an bersifat universal, berarti aktualitas makna tersebut pada
tataran kesejarahan meniscayakan dialog dengan pengalaman manusia dalam konteks
waktu. Hal ini juga berlaku dengan kajian tafsir yang ada di Indonesia. Sesuai
dengan kondisi sosio-historisnya, Indonesia juga mempunyai perkembangan
tersendiri dalam kaitannya dengan proses untuk memahami dan menafsirkan al
Qur’an.
Perkembangan penafsiran al Qur’an agak berbeda dengan perkembangan yang terjadi di dunia Arab yang merupakan tempat turunnya al Qur’an dan sekaligus tempat kelahiran tafsir al-Qur’an. Perbedaan tersebut terutama disebabkan oleh perbedaan latar belakang budaya dan bahasa. Karena bahasa Arab adalah bahasa mereka, maka mereka tidak mengalami kesulitan berarti untuk memahami bahasa al Qur’an sehingga proses penafsiran juga lumayan cepat dan pesat. Hal ini berbeda dengan bangsa Indonesia yang bahasa ibunya bukan bahasa Arab. Karena itu proses pemahaman al Qur’an terlebih dahulu dimulai dengan penerjemahan al Qur’an ke dalam bahasa Indonesia baru kemudian dilanjutkan dengan pemberian penafsiran yang lebih luas dan rinci. Oleh karena itu pula, maka dapat dipahami jika penafsiran al Qur’an di Indonesia melalui proses yang lebih lama jika dibandingkan dengan yang berlaku di tempat asalnya.
Perkembangan penafsiran al Qur’an agak berbeda dengan perkembangan yang terjadi di dunia Arab yang merupakan tempat turunnya al Qur’an dan sekaligus tempat kelahiran tafsir al-Qur’an. Perbedaan tersebut terutama disebabkan oleh perbedaan latar belakang budaya dan bahasa. Karena bahasa Arab adalah bahasa mereka, maka mereka tidak mengalami kesulitan berarti untuk memahami bahasa al Qur’an sehingga proses penafsiran juga lumayan cepat dan pesat. Hal ini berbeda dengan bangsa Indonesia yang bahasa ibunya bukan bahasa Arab. Karena itu proses pemahaman al Qur’an terlebih dahulu dimulai dengan penerjemahan al Qur’an ke dalam bahasa Indonesia baru kemudian dilanjutkan dengan pemberian penafsiran yang lebih luas dan rinci. Oleh karena itu pula, maka dapat dipahami jika penafsiran al Qur’an di Indonesia melalui proses yang lebih lama jika dibandingkan dengan yang berlaku di tempat asalnya.
Dalam
makalah ini penulis mencoba untuk membahas berbagai kajian tafsir yang ada di
Indonesia mulai tahun 1960 sampai dengan sekarang. Pembatasan waktu ini penulis
ambil dari periodesasi yang pernah dibuat oleh Howard M. Federspiel tentang
kemunculan dan perkembangan tafsir al Qur’an di Indonesia yaitu awal abad XX
sampai dengan tahun 1960-an, 1960 – 1970-an dan tahun 1970an sampai dengan
sekarang. Sebetulnya periodesasi yang dibuat oleh Federspiel ini tidak luput
dari kritikan, namun penulis memakainya dalam rangka mempermudah sebab sejauh
menyangkut periodesasi perkembangan penafsiran di Indonesia, pembagian
Federspiel inilah yang cukup memadai.
Makalah
ini mencoba untuk membahas perkembangan kajian tafsir yang ada di Indonesia
mulai tahun 1960an sampai dengan tahun 2008. Hanya saja karena banyaknya
karya-karya tafsir yang ada di Indonesia, maka makalah ini akan menjelaskan
secara lebih rinci pada tafsir lengkap 30 juz, sedangkan karya tafsir yang
bersifat tematis, maupun yang hanya menfokuskan pada surat-surat tertentu akan
penulis ulas secara lebih singkat sehingga diharapkan kajian ini akan mencakup
keseluruhan karya tafsir yang ada di Indonesia secara komprehensif namun padat
isi.
B. Karakteristik Penafsiran di Indonesia Tahun 1960 – 2008
B. Karakteristik Penafsiran di Indonesia Tahun 1960 – 2008
Dari segi generasi Howard M. Federspiel pernah melakukan pembagian kemunculan dan perkembangan tafsir al Qur’an di Indonesia ke dalam tiga generasi. Generasi pertama dimulai sekitar awal abad XX sampai dengan tahun 1960-an. Era ini ditandai dengan penerjemahan dan penafsiran yang didominasi oleh model tafsir terpisah-pisah dan cenderung pada surat-surat tertentu sebagai obyek tafsir. Generasi kedua, yang muncul pada pertengahan 1960-an, merupakan penyempurnaan dari generasi pertama yang ditandai dengan adanya penambahan penafsiran berupa catatan kaki, terjemahan kata per kata dan kadang disertai dengan indeks sederhana. Tafsir generasi ketiga, mulai tahun 1970-an, merupakan penafsiran yang lengkap, dengan komentar-komentar yang luas terhadap teks yang juga disertai dengan terjemahnya.
Kesimpulan yang dikemukakan oleh Federspiel ini tidak sepenuhnya benar. Fakta menunjukkan bahwa pada periode pertama sudah ada karya tafsir yang sudah merupakan penafsiran lengkap seperti Tarjuman al Mustafid karya Abdul Rauf al Singkili dan Marah Labid karya Syek Muhammad Nawawi. Demikian juga pada periode kedua sudah terdapat tafsir lengkap 30 juz dengan komentar yang luas seperti tafsir al Azhar karya Hamka Hanya saja secara umum karya yang ada memang cenderung seperti yang dikemukakan oleh Federspiel.
Perkembangan
terakhir dari kajian tafsir di Indonesia menunjukkan karya tafsir yang mengarah
pada kajian tafsir maudhu’i. Hal ini banyak dipelopori oleh Quraish Shihab,
yang banyak menghasilkan beberapa buku tafsir tematik seperti Lentera Hati,
Membumikan al Qur’an dan Wawasan al Qur’an. Kecenderungan ini kemudian diikuti
oleh para penulis yang lain dan makin disemarakkan dengan berbagai kajian
tematik dari tesis dan disertasi di berbagai perguruan tinggi Islam
C. Karya Tafsir Di Indonesia
1. Terjemah
Terjemah
al Qur’an juga dimasukkan ke dalam bagian karya tafsir karena pada dasarnya
terjemah juga merupakan upaya untuk mengungkapkan makna al Qur’an ke dalam
bahasa lain. Artinya di dalamnya terdapat unsur interpretasi manusia terhadap
ayat-ayat al Qur’an meskipun dalam bentuk yang sederhana, terlebih di dalamnya
juga disertai dengan catatan kaki tentang makna satu ayat. Karya terjemah yang
dihasilkan pada periode ini antara lain :
a. Al
Qur’an dan Terjemahnya oleh Yayasan Penyelenggara Penterjemahan al Qur’an
Departemen Agama RI tahun 1967. Karya ini merupakan salah satu proyek yang
dimotori oleh Departemen Agama RI dalam rangka penerjemahan al Qur’an ke
dalam
Bahasa Indonesia.
b. Al
Qur’an dan Terjemahannya oleh Redaksi Penerbit Bahrul Ulum pimpinan H. Bahtiar
Surin
c. Al
Qur’an Bacaan Mulia tahun 1977 oleh Dr. H. B. Jassin. Karya ini lebih merupakan
upaya penerjemahan al Qur’an ke dalam Bahasa Indonesia dengan bahasa puitis.
Hal ini sesuai dengan latar belakang HB Jassin yang merupakan seorang
sasterawan. Latar belakang penerjemahan al Qur’an dengan bahasa puitis adalah
karena al Qur’an memiliki kandungan sastra yang tiada tara.
2. Tafsir Tematis
Dari
karya tafsir yang berkembang di Indonesia ada yang disusun dengan corak tafsir
tematis di antaranya adalah :
a. Tematik Plural
Karya
tafsir tematis ada yang bersifat plural yaitu karya yang membahas berbagai
persoalan. Di antaranya adalah :
1) Membumikan
al Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (1992), Lentera
Hati Kisah dan Hikmah Kehidupan (1994) dan Wawasan al-Qur’an (1996). Ketiganya
adalah karya Quraish Shihab yang diterbitkan oleh Mizan Bandung. Dalam ketiga
buku ini Quraish Shihab membahas berbagai tema yang berkaitan dengan
persoalan-persoalan yang ada di tengah masyarakat.
2)
Ensiklopedi al Qur’an (Jakarta: Paramadina, 1996) karya M. Dawam Raharjo. Karya
ini merupakan kumpulan kajian serius yang ditulis oleh Dawam Raharjo dalam
Jurnal Ulumul Qur’an tahun 1990-an.
3)
Dalam Cahaya al al Qur’an, Tafsir Sosial Politik Al Qur’an (Jakarta; Gramedia,
2000) karya Syu’bah Asa. Buku Tafsir ini berawal dari artikel-artikel tafsir
yang ditulis oleh Syu’bah Asa dalam majalah Panji Masyarakat antara tahun
1997-1999.
4)
Tafsir Tematik al Qur’an tentang Hubungan Sosial antar Ummat Beragama
(Yogyakarta: Pustaka SM, 2000) karya Majlis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran
Islam PP Muhammadiyah
b. Tematik Singular
Tafsir
tematik singular adalah karya tafsir yang menfokuskan diri dalam satu topik
bahasan tertentu. Karya tafsir jenis ini cukup banyak, sebagian besar berasal
dari disertasi, di antaranya adalah:
1)
Konsep Kufr dalam al Qur’an, Suatu Kajian Teologis dengan Pendekatan Tematis
karya Harifuddin Cawidu. Karya ini berasal dari disertasi di IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 1989.
2)
Konsep Perbuatan Manusia Menurut al Qur’an sebuah Kajian Tematik karya
Jalaluddin Rahman yang berasal dari disertasinya di Pasca Sarjana IAIN Jakarta.
3)
Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam al Qur’an (1992) karya Dr Musa Asy’arie.
Karya ini berasal dari disertasi Asy’arie di IAIN Sunan Kalijaga Yoryakarta
4)
Menyelami Kebebasan Manusia, Telaah Kritis terhadap Konsepsi Al Qur’an (1996)
karya Machasin. Karya ini berasal dari tesis Machasin di IAIN Yogyakarta dengan
judul Kebebasa dan Kekuasaan Allah dalam Al Qur’an.
5) Ahl
Kitab, Makna dan Cakupannya (1998), karya Muhammad Ghalib Mattalo. Karya ini
berasal dari disertasi Ghalib di IAIN Jakarta dengan judul Wawasan Al Qur’an
tentang Ahl Kitab tahun 1997.
6)
Argumen Kesetaraan Jender, Perspektif Al Qur’an (1999), karya Nasaruddin Umar.
Buku ini berasal dari disertasinya di IAIN Jakarta dengan judul Perspektif
Jender dalam Al Qur’an.
7)
Tafsir bi Al-Ra’yi: Upaya Penggalian Konsep Wanita dalam Al Qur’an (1999) karya
Nashruddin Baidan.Tafsir Kebencian: Studi Bias Jender dalam Tafsir (1999) karya
Zaitunah Subhan. Karya ini berasal dari disertasi di Pasca sarjana IAIN Jakarta
9)
Memasuki Makna Cinta (2000) karya Abdurrasyid Ridha. Karya ini berasal dari
skripsi di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul Konsep Cinta dalam Al
Qur’an.
10)
Jiwa dalam al Qur’an, Solusi Krisis Keruhanian Manusia Modern (2000) karya Dr.
Achmad Mubarok. Karya ini berasal dari disertasi dengan judul Konsep Nafs dalam
Al Qur’an di Pasca Sarjana IAIN Jakarta11) Subhanallah: Quantum
Bilangan-bilangan al-Qur’an (2008) karya Muhamad Mas’ud. Karya ini mengkaji
berbagai fenomena angka yang ada di dalam al Qur’an dihubungkan dengan ilmu
matematika dan penemuan ilmiah modern.
3. Tafsir yang mefokuskan diri pada ayat, surat atau juz tertentu
a. Ayat dan Surat Tertentu
Karya
tafsir yang menfokuskan diri pada ayat dan surat tertentu adalah:
1)
Hidangan Ilahi Ayat-ayat Tahlil (1997) karya M. Quraish Shihab. Buku ini
merupakan kumpulan ceramah Quraish pada acara tahlilan di kediaman mantan
presiden Suharto dalam rangka mendo’akan kematian Fatimah Siti Hartinah Suharto
tahun 1996. Setelah itu dilanjutkan dengan penafsiran ayat-ayat yang dibaca
dalam tahlilan yaitu surat al Fatihah, al Baqarah : 1-5, ayat kursi (QS 2:
255), khawatim surat al Baqarah (QS 2: 284-286), al-Ikhlas, al-Falaq dan
al-Nas.
2) Tafsir bil Ma’tsur Pesan Moral al Qur’an (1993) karya Jalaluddin Rakhmat. Ayat
dan
surat yang dipilih tampaknya didasarkan pada ayat maupun surat yang mempunyai
riwayat bi al-ma’thur sebagai sabab nuzul. Ayat dan surat yang dikaji di
antaranya adalah Al Fatihah: 1, Al Baqarah 2 :19-20, 75-78, al-‘Adiyat: 1-5,
Maryam: 1-6, al-Qadr dan al-Takathur.
b. Surat al Fatihah
Karya tafsir
yang menfokuskan pembahasan pada surat al Fatihah antara lain adalah :
Kandungan al Fatihah, karya Bahroem Rangkuti ( Jakarta: Pustaka Islam, 1960),
Tafsir Surat al Fatihah karya H Hasri (Cirebon: Toko Mesir, 1969), Samudra al
Fatihah karya Bey Arifin (Surabaya: Arini, 1972), karya ini membahas surat
al-Fatihah dikaitkan dengan berbagai penemuan ilmiah modern, Tafsir Ummul
Qur’an karya M Abdul Malik Hakim (Surabaya: Al-Ikhlas, 1981), Butir-butir
Mutiara al Fatihah karya Labib MZ dan Maftuh Ahnan (Surabaya, Bintang Pelajar,
1986), Risalah Fatihah karya A Hassan (Bangil: Yayasan al Muslimun, 1987),
Mahkota Tuntunan Ilahi (1988) karya M Quraish Shihab, dan Tafsir Sufi Surat al
Fatihah (1999) karya Jalaluddin Rakhmat
c. Surat An Nisa’
Tafsir Hijri,
Kajian Tafsir Al Qur’an Surat An Nisa’ (Jakarta: Logos, 2000) karya KH Didin
Hafidhuddin. Buku ini merupakan hasil kajian tafsir yang disampaikan KH Didin
Hafidhuddin di Masjid Al Hijri Universitas Ibnu Khaldun Bogor setiap Ahad sejak
tahun 1993.
d. Surat Yasin
Karya
tafsir yang membahas tentang surat Yasin antara lain adalah : Tafsir Surah
Yasin (Jakarta : Bulan Bintang: 1978) karya Zainal Abidin Ahmad, Kandungan
Surat Yasin (tt:, Yulia Karya, 1978) karya Mahfudli Sahli, Memahami Surat Yaa
Sin (Jakarta :Golden Trayon Press, 1998) karya Radiks Purba
e. Juz Amma
Karya
tafsir yang menfokuskan pembahasan pada juz ‘amma (juz 30) antara lain adalah :
Al Abroor, Tafsir Djuz ‘Amma Karya Mustafa Baisa (Surabaya: Usaha Keluarga,
1960), Tafsir Juz Amma dalam Bahasa Indonesia karya M. Said (Bandung:
al-Ma’arif, 1960), Juz ‘Amma dan Makna karya Gazali Dunia (Jakarta: Bulan
Bintang, 1978) dan Tafsir Juz Amma Disertai Asbabun Nuzul (2000) karya
Rafi’udin S.Ag dan Drs. KH. Edham Rifa’i.
4. Tafsir
Lengkap 30 Juz
Tafsir
al Qur’an di Indonesia yang membahas secara lengkap 30 juz sesuai dengan mushaf
uthmani cukup banyak. Hal yang menunjukkan bahwa Indonesia sebenarnya juga
merupakan salah satu ikon peradaban Islam. Karya-karya tafsir tersebut antara
lain adalah:
Tafsir al Bayan
1). Biografi
Penulis
Penulis
tafsir ini adalah Prof. DR. Teungku Muhammad Hasbi bin Muhammad Husein bin
Muhammad Mas’ud bin Abd. Rahman Ash Shiddieqy. Dilahirkan pada bulan Jumadil
Akhir 1321H/ 10 Maret 1907 M di Lho Seumawe + 273 km sebelah timur Banda Aceh.
Hasbi Ash Shiddieqy menuntut ilmu dari para ulama di beberapa pondok pesantren
terkenal di Dayah, Blangkabu, Gendong, Krueng Mane, Kutaraja dsb. Dari
silsilahnya diketahui bahwa ia adalah keturunan ke-37 dari Abu Bakar Ash
Shiddieq
Beliau mempelajari bahasa Arab daripada gurunya yang bernama Syeikh Muhammad ibn Salim al-Kalali, seorang ulama berbangsa Arab. Pada tahun 1926 T.M Hasbi ash Shiddieqy berangkat ke Surabaya dan melanjutkan pelajarannya di Madrasah al-Irsyad, sebuah organisasi keagamaan yang didirikan oleh Syeikh Ahmad Surkati (1874-1943), seorang ulama yang berasal dari Sudan . Di Madrasah al-Irsyad Hasbi ash Shiddieqy mengambil takhassus dalam bidang pendidikan selama 2 tahun. Pengajiannya di al-Irsyad dan gurunya Ahmad Surkati banyak memberi didikan ke arah pembentukan pemikiran moden. Beliau juga pernah menuntut di Timur Tengah.
T.M Hasbi ash Shiddieqy merupakan seorang ulama Indonesia yang terkenal. Beliau memiliki keahlian dalam bidang ilmu fiqh dan usul fiqh, tafsir, hadith, dan ilmu kalam. T.M Hasbi ash Shiddieqy telah dianugerahkan dua gelar Doktor Honoris Causa sebagai penghargaan di atas jasa-jasanya terhadap perkembangan Perguruan Tinggi Islam dan perkembangan ilmu pengetahuan keislaman Indonesia. Anugerah tersebut diperoleh dari Universitas Islam Bandung dan (UNISBA) pada 22 Maret 1975, dan dari IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada 29 Oktober 1975.
Beliau mempelajari bahasa Arab daripada gurunya yang bernama Syeikh Muhammad ibn Salim al-Kalali, seorang ulama berbangsa Arab. Pada tahun 1926 T.M Hasbi ash Shiddieqy berangkat ke Surabaya dan melanjutkan pelajarannya di Madrasah al-Irsyad, sebuah organisasi keagamaan yang didirikan oleh Syeikh Ahmad Surkati (1874-1943), seorang ulama yang berasal dari Sudan . Di Madrasah al-Irsyad Hasbi ash Shiddieqy mengambil takhassus dalam bidang pendidikan selama 2 tahun. Pengajiannya di al-Irsyad dan gurunya Ahmad Surkati banyak memberi didikan ke arah pembentukan pemikiran moden. Beliau juga pernah menuntut di Timur Tengah.
T.M Hasbi ash Shiddieqy merupakan seorang ulama Indonesia yang terkenal. Beliau memiliki keahlian dalam bidang ilmu fiqh dan usul fiqh, tafsir, hadith, dan ilmu kalam. T.M Hasbi ash Shiddieqy telah dianugerahkan dua gelar Doktor Honoris Causa sebagai penghargaan di atas jasa-jasanya terhadap perkembangan Perguruan Tinggi Islam dan perkembangan ilmu pengetahuan keislaman Indonesia. Anugerah tersebut diperoleh dari Universitas Islam Bandung dan (UNISBA) pada 22 Maret 1975, dan dari IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada 29 Oktober 1975.
Hasbi
Ash Shiddieqy meninggal dunia pada tanggal 9 Desember 1975. Jasad beliau
dikebumikan di pemakaman keluarga IAIN Ciputat Jakarta.
2) Karakteristik Tafsir al Bayan
Tafsir
al-Bayan merupakan hasil karya kedua yang dikarang oleh Prof. T.M Hasbi ash
Shiddieqy dalam bidang penafsiran al-Qur’an sesudah karyanya yang pertama yaitu
Tafsir An-Nur yang diterbitkan pada tahun 1956. Pada Muqaddimah tafsir ini,
Hasbi Ash Shiddieqy menulis: “Dengan inayah Allah Taala dan taufiq-Nya, setelah
saya selesai dari menyusun Tafsir An-Nur yang menterjemahkan ayat dan
menafsirkannya, tertarik pula hati saya kepada menyusun al-Bayan” . Karyanya
yang kedua ini juga merupakan terjemahan dan tafsir al-Qur’an dalam bahasa
Indonesia yang diperkirakan dihasilkan oleh pengarang pada awal tahun 60-an
lagi. Cetakan pertama kitab tafsir ini ialah pada tahun 1971 melalui terbitan
PT Almaarif Bandung, dengan ukuran 15 x 22 cm.
Hasbi
Ash Shiddieqy menyatakan sebab-sebab penulisan tafsir ini adalah untuk
menyempurnakan sistem penerjemahan yang terdapat dalam Tafsir An-Nur karya
pertamanya dalam bidang ini. Di samping itu ia juga merasa bahwa
terjemahan-terjemahan al-Qur’an yang beredar ditengah-tengah masyarakat perlu
dikaji dan ditinjau semula. Ash Shiddieqy berkata di dalam kitab tafsirnya:
“Maka
setelah saya memperhatikan perkembangan penterjemahan al-Qur’an akhir-akhir
ini, serta meneliti secara tekun terjemahan-terjemahan itu, nyatalah bahawa
banyak terjemahan kalimat yang perlu ditinjau dan disempurnakan. Oleh
karenanya, dengan memohon taufiq daripada Allah Taala, saya menyusun sebuah
terjemah yang lain dari yang sudah-sudah yang melengkapi segala lafazh, bahkan
melengkapi terjemah dari lafazh-lafazh yang diungkapkan menurut pendapat
pendapat ahli tafsir kenamaan”
Al-Bayan
yang dinamakan oleh pengarang adalah bermaksud “Suatu penjelasan bagi
makna-makna al-Qur’an”. Kitab ini terdiri dari dua jilid. Jilid pertama mengandungi
nas-nas ayat al-Qur’an rmulai dari surah al-Fatihah sampai dengan ayat 75 surah
al-Kahf. Kesemua terjemahan dan tafsiran bagi jilid pertama mengandungi 789
muka surat. Jilid kedua Tafsir al-Bayan ini, dimulai dari surah al-Kahf ayat ke
75 sampai dengan surah al-Nas bersama terjemahan dan tafsirannya yang
terkandung dalam muka surat 789 sehingga 1604
Metode
yang dipergunakan dalam penerjemahan ayat yaitu adakalanya Hasbi menerjemahkan
lafal ayat saja, terkadang ia juga menerjemahkan makna ayat yaitu dengan
memasukkan ke dalam ayat makna yang ia pandang seharusnya ada. Sehingga
menurutnya terjemahan itu sudah menjelaskan makna. Sedangkan dalam penafsiran
ayat-ayat al Qur’an Hasbi lebih menafsirkannya secara ringkas. Tafsiran
ayat-ayat al Qur’an biasanya dimulai dengan kata “ya’ni”. Dalam menafsirkan
ayat-ayat al Qur’an, Hasbi banyak melakukan penafsiran ayat dengan ayat yaitu
dengan menerangkan ayat-ayat lain yang semakna. Ayat-ayat yang sebanding atau
semakna ini biasanya dinyatakan dengan menyebut nomor surat dan nomor ayat,
misalnya pada foot note 124 ketika menjelaskan surat al-Baqarah : 104, Hasbi
kemudian membandingkan dengan surat an-Nisa’: 46 yaitu “ Bandingkan dengan ayat
46 S.4: An Nisa’. Sedangkan ayat-ayat yang ada hubungannya dengan penafsiran
tersebut dinyatakan menyebut nomor surat dan nomor ayat, diawali dengan kata “
bacalah”. Misalnya pada foot note 200 ia menyatakan “baca : a. 6 S 35:Fathir;
a. 50 S.18:Al Kahf”. Di samping itu, Hasbi juga sangat memperhatikan ayat-ayat
yang berkaitan dengan hukum.
b. Tafsir al-Azhar
1). Biografi
penulis
Tafsir
ini ditulis oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah (atau lebih dikenal dengan
julukan HAMKA, yang merupakan singkatan namanya), lahir tahun 1908, di desa
kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, dan meninggal di Jakarta 24 Juli 1981,
adalah sastrawan Indonesia, sekaligus ulama, dan aktivis politik. Belakangan ia
diberikan sebutan Buya, yaitu panggilan buat orang Minangkabau yang berasal
dari kata abi, abuya dalam bahasa Arab, yang berarti ayahku, atau seseorang
yang dihormati. Ayahnya adalah Syekh Abdul Karim bin Amrullah, yang dikenal
sebagai Haji Rasul, yang merupakan pelopor Gerakan Islah (tajdid) di
Minangkabau, sekembalinya dari Makkah pada tahun 1906.
Hamka
adalah seorang otodidak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti
filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat.
Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, beliau dapat menyelidiki karya
ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan,
Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti dan Husayn Haykal. Melalui bahasa Arab
juga, beliau meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan Jerman seperti Albert
Camus, William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl
Marx dan Pierre Loti. Hamka juga rajin membaca dan bertukar-tukar pikiran
dengan tokoh-tokoh terkenal Jakarta seperti HOS Tjokroaminoto, Raden Mas
Surjopranoto, Haji Fachrudin, AR Sutan Mansur dan Ki Bagus Hadikusumo sambil
mengasah bakatnya sehingga menjadi seorang ahli pidato yang handal.
2)
Karakteristik Tafsir al Azhar
Tafsir
ini pada mulanya merupakan rangkaian kajian yang disampaikan pada kuliah subuh
oleh Hamka di masjid al-Azhar yang terletak di Kebayoran Baru sejak tahun 1959.
Nama al-Azhar bagi masjid tersebut telah diberikan oleh Syeikh Mahmud Shaltut,
Rektor Universitas al-Azhar semasa kunjungan beliau ke Indonesia pada Desember
1960 dengan harapan supaya menjadi kampus al-Azhar di Jakarta. Penamaan tafsir
HAMKA dengan nama Tafsir al-Azhar berkaitan erat dengan tempat lahirnya tafsir
tersebut yaitu Masjid Agung al-Azhar.
Terdapat
beberapa faktor yang mendorong HAMKA untuk menghasilkan karya tafsir tersebut.
Hal ini dinyatakan sendir oleh HAMKA dalam mukadimah kitab tafsirnya. Di
antaranya ialah keinginan beliau untuk menanam semangat dan kepercayaan Islam
dalam jiwa generasi muda Indonesia yang amat berminat untuk memahami al-Quran
tetapi terhalang akibat ketidakmampuan mereka menguasai ilmu Bahasa Arab.
Kecenderungan beliau terhadap penulisan tafsir ini juga bertujuan untuk
memudahkan pemahaman para muballigh dan para pendakwah serta meningkatkan
keberkesanan dalam penyampaian khutbah-khutbah yang diambil daripada
sumber-sumber Bahasa Arab.
HAMKA
memulai Tafsir Al-Azharnya dari surah al-Mukminun karena beranggapan kemungkinan
beliau tidak sempat menyempurnakan ulasan lengkap terhadap tafsir tersebut
semasa hidupnya. Mulai tahun 1962, kajian tafsir yang disampaikan di masjid
al-Azhar ini, dimuat di majalah Panji Masyarakat. Kuliah tafsir ini terus
berlanjut sampai terjadi kekacauan politik di mana masjid tersebut telah
dituduh menjadi sarang “Neo Masyumi” dan “Hamkaisme”. Pada tanggal 12 Rabi’
al-awwal 1383H/27 Januari 1964, Hamka ditangkap oleh penguasa orde lama dengan
tuduhan berkhianat pada negara. Penahanan selama dua tahun ini ternyata membawa
berkah bagi Hamka karena ia dapat menyelesaikan penulisan tafsirnya.
Tafsir
al-Azhar merupakan karya HAMKA yang memperlihatkan keluasan pengetahuan beliau,
yang hampir mencakup semua disiplin ilmu penuh berinformasi. Sumber penafsiran
yang dipakai oleh Hamka antara lain, al Qur’an, hadith Nabi, pendapat tabi’in,
riwayat dari kitab tafsir mu’tabar seperti al Manar dan Mafatih al Ghayb, serta
juga dari syair-syair seperti syair Moh. Ikbal . Tafsir ini ditulis dalam
bentuk pemikiran dengan metode analitis atau tahlili. Karakteristik yang tampak
dari tafsir al-Azhar ini adalah gaya penulisannya yang bercorak adabi ijtima’i
(sosial kemasyarakatan) yang dapat disaksikan dengan begitu kentalnya warna
setting sosial budaya Indonesia yang ditampilkan oleh Hamka dalam menafsirkan
ayat-ayat al Qur’an.
c. Al Qur’an dan Tafsirnya
c. Al Qur’an dan Tafsirnya
1) Biografi
Penulis
Tafsir
ini disusun oleh Tim Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia (UII) yang terdiri
dari Prof. H. Zaini Dahlan MA., Drs. H. Zuhad Abdurrahman, Ir. RHA Sahirul
Alim, M.Si., Hifni Muchtar. L.Ph., MA., Drs. H. Muhadi Zainuddin, L.Th., Drs.
H. Hasan Kharomen, dan Drs. H. Darwin Harsono. Diterbitkan oleh Badan Wakaf UII
tahun 1995 sebanyak 10 jilid. Secara teknis tafsir ini merupakan revisi dan penyempurnaan
dari Tafsir yang diterbitkan oleh Tim Departemen Agama RI. Anggota Tim Tafsir
yang dibentuk oleh Departemen Agama RI adalah Prof. H. Bustami A Gani, Prof. TM
Hasbi Ash Shiddieqy, Drs. Kamal Muchtar H. Gazali Thaib, KH. Syukri Ghozali,
Prof. Dr. H. Mukti Ali, Prof. Dr. H. Mukhtar yahya, Prof. H.M. Toha Yahya Umar,
KH. Amin Nashir, Prof.KH. Ibrahim Hussin, LML, H.A. Timur Jailani MA., Prof.
KH. A. Musaddad, Prof. R. H.A. Soenarjo SH, KH Ali Maksum, Drs. M. Sanusi
Latif, Drs. Busairi Majidi dan Drs. A. Rochim.
2). Karakteristik Al Qur’an dan Tafsirnya
Sebagaimana
yang dijelaskan di atas, tafsir ini merupakan edisi revisi dari al Qur’an dan
tafsirnya yang disusun oleh Tim Departemen Agama RI. Perbaikan dan
penyempurnaan yang dilakukan oleh Tim Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
meliputi :
a) Kesalahah
penulisan teks/naskah ayat al Qur’an Penulisan Mushaf disesuaikan dengan Mushaf
Usmani yang telah distandarkan berdasarkan SK Menteri Agama No 7 tahun 1984
b) Kesalahan
penterjemah/kekurangan ayat-ayat al Qur’an
c) Kesalahan
penulisan hadis
d) Melengkapi
setiap hadis dengan perawi masing-masing.
e) Melengkapi
tanda-tanda baca/wakaf
f)
Menyempurnakan redaksi dan ejaan sesuai dengan ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan
g) Menyempurnakan teknis percetakan/lay out dan tulisan Arab
g) Menyempurnakan teknis percetakan/lay out dan tulisan Arab
h) Menyesuaikan
ejaan dengan SKB 2 Menteri tentang Transliterasi Arab-Latin
i)
Penyempurnaan perwajahan al Qur’an dan Tafsirnya
j) Melengkapi
daftar bacaan/bibliografi dan penyusunanya sesuai dengan tradisi keilmuan
Model penyajian yang digunakan oleh tafsir ini yaitu di setiap surat dimulai dengan mukaddimah. Dalam mukaddimah diuraikan mengenai seluk beluk sekitar surat yang akan ditafsirkan. Dalam surat al Fatihah misalnya, secara rinci dan sistematis diuraikan nama-nama surat, tempat diturunkannya surat, serta jumlah ayatnya. Setelah itu dilanjutkan dengan uraian singkat mengenai pokok isi surat al Fatihah
Model penyajian yang digunakan oleh tafsir ini yaitu di setiap surat dimulai dengan mukaddimah. Dalam mukaddimah diuraikan mengenai seluk beluk sekitar surat yang akan ditafsirkan. Dalam surat al Fatihah misalnya, secara rinci dan sistematis diuraikan nama-nama surat, tempat diturunkannya surat, serta jumlah ayatnya. Setelah itu dilanjutkan dengan uraian singkat mengenai pokok isi surat al Fatihah
Berkenaan
dengan metode penyampaian tafsir, dalam Al Qur’an dan Tafsirnya, diberikan
batasan untuk setiap terjemah, tafsir dan kesimpulan dengan judul khusus,
sehingga memudahkan pembaca untuk memahaminya. Dalam tafsir ini juga diadakan
pengelompokan ayat-ayat dalam satu surat dengan topik tertentu yang merupakan
tema yang dikandung ayat-ayat yang akan ditafsirkan. Misalnya “Pengetahuan
Tentang Hari Kiamat” untuk QS Fussilat : 47-48 dan “Sikap Manusia dalam
Menerima Rahmat dan Cobaan Allah Swt” untuk QS Fussilat : 49-51 Hal ini akan
memudahkan pembaca untuk menangkap tema ayat yang akan ditafsirkan. Islah
Gusmian melihat bahwa metode ini merupakan salah satu usaha dari tim agar
tujuan al Qur’an dapat dipahami dengan mudah oleh ummat Islam. Hal ini terbukti
juga dari adanya pemberian kesimpulan secara konsisten di setiap akahir
kelompok ayat yang dikaji.
d. Ayat Suci dalam Renungan
d. Ayat Suci dalam Renungan
1) Biografi
Penulis
Tafsir
ini ditulis oleh Moh. E Hasyim. Sejauh ini belum didapatkan data utuh dari Moh.
E Hasyim, hanya saja penulis memperkirakan ia berasal dari daerah Jawa Barat.
Hal ini dapat dilihat dari kata pengantar yang diberikan oleh KH Miftah Farid
yang menyatakan bahwa Moh. E Hasyim sebelumnya pernah menyusun tafsir berbahasa
Sunda Ayat Suci Lenyepaneun yang banyak dipakai oleh masyarakat muslim Jawa
Barat.
2) Karakteristik Tafsir Ayat Suci dalam Renungan
2) Karakteristik Tafsir Ayat Suci dalam Renungan
Buku
ini merupakan tafsir lengkap 30 juz yang ditulis runtut sesuai dengan urutan
dalam mushaf uthmani. Setiap volume disesuaikan dengan pembagian juz yang ada
dalam mushaf sehingga buku tafsir ini berjumlah 30 jilid. Sebelum masuk pada
kajian tafsir, Hasyim menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan makhraj,
misalnya tentang makhraj spesifik Arab, juga huruf arab yang biasanya ditulis
dengan “a” tetapi bersuara “o” dan lain sebagainya
3) Model
penyaijiannya adalah yang digunakan oleh Hasyim dalam tafsir ini adalah
pertama
teks arab setiap ayat ditulis utuh satu ayat disertai dengan aksara latin dan
terjemah Indonesia. Setelah itu setiap kata ditampilkan dalam bentuk penggalan
kata. Setiap penggalan kata disertai aksara latin dan terjemah perkata. Setelah
menyajikan dua model penyajian terjemah ini baru dipaparkan penjelasan tentang
maksud ayat. Model penyajian ini mempunyai keuntungan ganda yaitu pertama model
penerjemahan per kata dalam satu ayat akan membantu pembaca dalam memahami
makna setiap ayat. Sementara yang kedua, model terjemah per ayat akan
memudahkan pembaca untuk memahami maksud ayat. Dari sini dapat dipahami bahwa
tafsir ini ditulis dengan penekanan bagaimana nilai-nilai al Qur’an dapat
tersosialisasi di tengah kehidupan sosial masyarakat.
e. Tafsir Al
Misbah
1) Biografi
Penulis
Penulis
tafsir ini adalah M. Quraish Shihab. Ia lahir di Rappang Sulawesi Selatan
tanggal 16 Pebruari 1944. Meraih gelar sarjana Fakultas ushuluddin tahun 1967,
MA dari jurusan tafsir hadith tahun 1969 dan program doktoral tahun 1982. Semuanya
ia dapatkan dari Universitas al Azhar Kairo Mesir. Pada tahun 1992-1998 Ia
menjadi rektor IAIN (sekarang menjadi UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun
1998 Ia diangkat menjadi menteri agama, dan duta besar RI di mesir. Pada tahun
1989 – sekarang ia merupakan anggota dewan pentashih al Qur’an dan kini sebagai
Direktur Pusat Studi al Qur’an (PSQ) Jakarta.
2) Karakteristik Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al Qur’an
Sebelum
menulis karya tafsir ini, Quraish Shihab sudah banyak menulis tafsir al Qur’an,
namun kebanyakan merupakan tafsir tematis. Di antaranya adalah Membumikan al
Qur’an, Lentera Hati, dan Wawasan al Qur’an. Shihab juga pernah menyusun tafsir
tahlili dengan metode nuzuli yaitu membahasa ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan
urutan masa turunnya surat-surat al-Qur’an dan sempat diterbitkan oleh Pustaka
Hidayah pada tahun 1997 dengan judul Tafsir al-Qur’an al-Karim. Namun Quraish
Shihab kemudian melihat bahwa karyanya tersebut kurang menarik minat
masyarakat, karena pembahasannnya banyak bertele-tele dalam persoalan kosa kata
dan kaidah yang disajikan. Oleh karena itu ia tidak melanjutkan. Kemudian ia
menulis dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat yang ia beri nama Tafsir al
Misbah Pesan Kesan dan Keserasian al Qur’an Dari pemberian judul tafsirnya ini
dapat diterka perhatian yang ingin ditekankan oleh Qurasih Shihab dalam
tafsirnya ini.
Tafsir al
Misbah diterbitkan pertama kali tahun 2000 oleh Lentera Hati Jakarta. Pembagian
volume tafsir al Misbah didasarkan atas ketuntasan pembahasan surat-surat dalam
al-Qur’an sehingga masing-masing volume mempunyai kuantitas yang berbeda,
tergantung dari banyaknya surat yang dibahas dalam masing-masing volume.
Tercatat sebanyak 15 volume dari tafsir al Misbah.
Sesuai dengan
perhatian Shihab terhadap tafsir tematis, maka Tafsir al Misbah ini pun disusun
dengan tetap berusaha menghidangkan setiap bahasan surat pada apa yang disebut
dengan tujuan surat atau tema pokok surat. Hal ini dapat disaksikan misalnya
ketika mencoba menafsirkan surat al Baqarah, Quraish Shihab menjelaskan bahwa
tema pokok surat ni adalah ayat yang membicarakan tentang kisah al Baqarah
yaitu kisah bani israil dengan seekor sapi. Melalui kisah al Baqarah ditemukan
bukti kebenaran petunjuk Allah, meskipun pada mulanya tidak bisa dimengerti.
Kisah ini juga mebuktikan kkekuasaan Allah. Karena iulah sebenarnya surat
al-Baqarah berkisar pada betapa haq dan benarnya ktab suci al quran dan betapa
wajar petunjuknya untuk diikuti.
Dalam tafsirnya
ini Quraish Shihab banyak mengambil inspirasi dari beberapa mufassir terdahulu,
di antaranya adalah Ibrahim Ibn Umar al-Biqa’i (w.885H/1480M), Muhammad Tantawi
pemimpin tinggi al Azhar, Mutawalli al-Sha’rawi, Sayyid Qutb, Muhammada Tahir
b. Ashur, dan Muhammad Husayn Tabataba’i
D. Penutup
Kajian tafsir
di Indonesia sebetulnya mengalami kemajuan yang cukup pesat. Hanya saja sesuai
kondisi sosio-historis bangsa Indonesia, maka metode penafsiran tidak terlepas
dari metode terjemah dalam rangka memudahkan pemahaman ummat Islam di
Indonesia. dengan kecenderungan penafsiran yang lebih mengarah pada metode
penafsiran tematis, maka kajian tafsir yang berkembang lebih banyak pada tafsir
tematis.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Arifin, Bey.
Samudra al Fatihah. Surabaya: Arini, 1972.
Baidan,
Nashruddin. Tafsir bi Al-Ra’yi: Upaya Penggalian Konsep Wanita dalam Al Qur’an.
Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1999
__________.
Perkembangan Tafsir al Qur’an di Indonesia. Solo: Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2003
Disertasi
Ilmiah 4 : Tafsir al Bayan oleh Prof. Dr. TM Hasbi Ash shiddieqy , http://disertasi.blogspot.com. 28 Juni
2007
Essack, Farid.
Qur’anic Hermeneutics, Problems and Prospect” The Muslim Word, LXXXIII, 2
April, 1993
Federspiel,
Howard M.. Kajian Tafsir Indonesia ter. Drs. Tajul Arifin. Bandung; Mizan,
1996.
Gusmian, Islah. Khazahan Tafsir Indonesia dari Hermenutika hingga Ideologi. Jakarta: Teraju, 2003
Gusmian, Islah. Khazahan Tafsir Indonesia dari Hermenutika hingga Ideologi. Jakarta: Teraju, 2003
Haji Abdul
Malik Karim Amrullah, id.wikipedia.org
HAMKA, Tafsir
Al-Azhar juz 1. Jakarta: PT Pembimbing Masa, 1967.
Jalal, Abd.
Tafsir al-Maraghi dan Tafsir al-Nur Sebuah Studi Perbandingan, Disertasi: IAIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1985
Mas’ud,
Muhamad. Subhanallah: Quantum Bilangan-bilangan al-Qur’an. Yogyaarta: Diva
Press, 2008.
Purba, Radiks.
Memahami Surat Yasin. Jakarta: Golden Terayon Press, 1998
Rafi’udin dan
Rifa’i, Edham. Tafsir Juz Amma Disertai Asbabun Nuzul. Jakarta: Pustaka Dwi
Par, 2000.
Rakhmat,
Jalaluddin. Tafsir bil Ma’tsur Pesan Moral al Qur’an. Bandung : Rosdakarya,
1993.
Raharjo, M. Dawam. Ensiklopedi al Qur’an. Jakarta: Paramadina, 1996.
Raharjo, M. Dawam. Ensiklopedi al Qur’an. Jakarta: Paramadina, 1996.
Shiddieqy ,
Hasbi Ash. Tafsir al Bayan Vol I. Bandung: PT Al Am’arif, tt
__________.
Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1999.
Shihab, M.
Quraish. Membumikan al Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat. Bandung: Mizan, 1992
_________.
Lentera Hati Kisah dan Hikmah Kehidupan. Bandung: Mizan, 1994.
_________. Wawasan al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1996
_________. Wawasan al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1996
__________.
Tafsir al Misbah : Pesan Kesan dan Keserasian al Qur’an vol.I Jakarta : Lentera
Hati, 200
__________.
Logika Agama (Jakarta: Lentera hati 2005
Subhan,
Zaitunah. Tafsir Kebencian: Studi Bias Jender dalam Tafsir. Yogyakarta: LKiS,
1999.
Tafsir al Azhar, http//disertasi.blogspot.com.
Tafsir al Azhar, http//disertasi.blogspot.com.
Tim Badan Wakaf
UII., Al Qur’an dan Tafsirnya. Yogyakarta: UII, 1995.
Umar,
Nasaruddin. Argumen Kesetaraan Jender, Perspektif Al Qur’an. Jakarta:
Paramadina, 1999.
Yusuf, M.
Yunan. Corak Pemikiran Kalam Tafsir al Azhar. Jakarta : Pustaka Panji Mas, 1990
Tidak ada komentar:
Posting Komentar