I.
Pendahuluan
- Dinamika Sosiologi Kemasyarakatan dan Lahirnya Ilmu Pengetahuan
Seiring dengan laju sivilisasi klasik-modern, maka
watak dan metodologi estimasi masyarakat mengalami akselerasi dalam berbagai
varian. Karunia kecerdasan pada manusia telah digunakan secara sistemik
sinhgkron dengan zaman kehidupanya, dimana ia mulanya menyesuaikan alat dengan
tujuan dus hidup bertahan, menyusunya sebagai senjata, samapai pada tingkat
naluru fikir yang systemic dan terjaga sampai sekarang[1].
Varian dan puspawara peibadatanpun telah menjadi cirri universal masyarakat
manusia[2],
sambil memikirkan secara mendalam permasalahan yang diangap krusial mengenai
peribadatan mereka. Dengan demkian muncullah cirri cirri dari metodologi dalam
bebruat, menanggap, mencerna serta mengamati dan menjawab ragam problematika
yang mereka alami selama hidupnya serta peneropongan terhadap cara kerjapun
mulai meluas. Ragam eksfresi peribadatan dalam keyakinan mereka itu, muncullah
istilah teologi, filsafat Agama dan perbandingan Agama.[3]
Awal pengetahuan manusia, hanya sebagai solusi
problematika mendesak, kemudian berkembang menjati satu kerangka estimatik
sytemis yang berdimensi teoritis mengenai gejala gejala ilmiyah. Asumsi bahwa
gejala gejala alam tidak terjadi secara kebetulan sebagaimana asumsi filsafat
klasik yunani, namun ia tercipta melalui hokum kausalitas yang kadang manusia
belum sempurna mengetahuinya. Dan apa yang dikenal dengan metode ilmu
pengetahuan merupakan suatu jalan untuk mengetahui gejala materi tersbut, mengamati
bahwa fakta fakta terjalin erat dalam hubungan kausalitas tersebut[4]
Dengan demikian ,kita bisa mengetahui bahwa, pengetahuan akan hukum kausalitas
menjadi hal yang krusial bagi
kelangsungan estimasi manusia dalam konteks penjagaan diri dan
penghindaran diri[5].
Dari realita di atas maka lahirlah teori teori
pengetahuan, epistemology, metodologi serta berujung pada kalsifikasi
pengetahuan yang ditinjau dari beberapa segi menurut pakar masing masing.
Misalnya menurut tujuanya, ia membagi menjadi Teoritis[6]
dan Praktis[7],
dimana kedua ilmu ini saling melengkapi dan tidak bisa terpisahkan. Hanya
kadang ada yang mempelajari ilmu teoriteis saja atau praktis saja hingga sukar
dibedakan mana ilmu yag masuk pada klasifikasi ini[8].
Kaitan dengan agama peranan ilmu pengetahuanpun menempati posisi utama dalam
konteks mengetahui dan diketahui. Hanya sanay varian pendekatan yang digunakan
tampak belum bisa mengupas tuntas phenomena Agama sesungguhnya. Dengan demikian
semua cabang ilmu pengetahuan diharafkan mampu menjawab realita tersebut dengan
pendekatan pendekatan yang singkron, dalam hal ini Sosiologi Agama sebagai
salah satu teori dalam konteks menjawab penomenologi keagamaan sekaligus
menjadi sebuah pendekatan yang relevan dengan kehiudpan manusia[9].
Asumsi ini kuat karna dalam kitab suci Agama Islam misalnya hamper secara
keseluruha obyeknya manusia dan sivilisasinya.
- Historis dan Tokoh
Secara matematis sosiologi dalam perkembanganya bisa
dibilang relative muda seiring dengan pola estimasi para pencetus serta realita
social kemasyarakatan dan bila dibandingkan dengan imlu ilmu lainya. Ada yang
menyebutnya kurang dari 200 tahun dan sebagainya.[10]
Sosiologi dalam penyebutanya pertama kali diperkenalkan oleh Auguste Comte
sehingga ia sering disebut dengan bapak sosiologi yang ia tuliskan dalam karya
pertamanya “The Course of Positive Philosophy,1838. Dalam perkembanganya
minat minat itu pun mulai diarahkan pada ranah keagamaan pada pertengahan abad
ke-19 oleh sejumlah serjana barat, terutama pada agama dan keagamaan[11].
Sosiologi terus mengalami perkembangan dan perubahan walau kadang menguat dan
melemah seiring mengacu pada wacana wacana tiplogis atau studi prilaku dan
system keyakinan keagamaan. Sebagian mendasarkan pada observasi dan klasifiksi
systematis bukan pada kekuasaan dan spekulasi, yang pada ahirnya menyebabkan
munculanya beberapa aliran aliran dalam sosiologi terkait dengan tujuan dan
ruang lingkup penerapanya.[12]
Seperti misalnya aliran Klasik, Positivisme, Teori Komplik, dan aliran
Fungsionalisme, dimana masing masing memilki orientasi serta metodologi yang
berbeda, namun demikian aliran ini menjadi penting sehingga kita bisa
mensintesiskan sesuai kebutuhan dan tingkat obyek yang kita teliti untuk
digunakan sebagai sebuah teori.
Di tengah tengah abad ke-20 Agama mulai memproleh
signifikansi marginal baik oleh sosiologi Eropa&Amerika Utara seirng dengan
penyebutan mereka dengan postmodernitas dan modernitas tinggi serta bangkitnya
agama ragam global baik secara sosiologis dengan sebuah konsekuensi keluar dari
garis tepi disiplinya dan memanipestasikan tumbuhnya minat pada mainstream
sosiologis yang pokus pada ekologi, perwujudan gerakan social, protes social, globalisasi,
nasionalisme dan postmodernitas[13].
Simpulanya adalah perkembangan sosiologi sejak awal sampai modern sekarang
masing masing memiliki ciri dan pendekatan serta tahapan tahapan yang berbeda seirng dengan berbedanya tokoh
masing masing sebagai pembawa aliran tersebut.
Kaitanya dengan tokoh tokoh yang dinisbahkan pada
aliran aliran tersebut, bisa kita klasifikasikan dengan dua macam; tokoh
perintis dan tokoh pengembang. Diantara tokoh tokoh[14]
perintis yang dimaksud adalah ; a).Auguste Comte (1798-1857) membagi
sosiologi berdasarkan statistika dan dinamika sosial[15],
b). Karl Max[16],
c). Emile Durkheim membagi soiologi berdasarkan sejumlah sub disiplin[17],
d). Max Weber (1864)[18].
Selain itu juga ada serjana serjana barat terkenal seperti; Ward B Taiylor
(1832-1917), Herber Spencer (1820-1903), Friedrich H Muller (1823-1917),
Sir James G.Fraser (1854-1941), untuk tokoh yan ini lebih tertarik pada
agama agama primiti. Selanjutnya di antara tokoh tokoh yang dianggap sebagai
perintis adalah Peter Berger, C Wrigh Mills, Brom Selzing, Jac Douglas,
Randall Colin dll. Yang jelas kajian sosiologi secara ilmiyah dan terbina
mulai sekitar tahun 1900 hingga menjelang 1950 dengan munculnya sejumlah buku
buku sosiologi agama yang sering disebut dengan sosiologi agama klasik. Untuk
Klasik dikuasai dua tokoh ternama; Emile Dukhiem dari Prancis (1858-1917) dan
Max Weber dari Jerman (1864-1920) yang kemudian digolongkan oleh para ahli
sosiologi dalam sosiologi umum.[19]
Namun oleh Syamsudin Abdullah dalam bukunya “Agama
dan masyarakat” [20]
barang kali bisa kita kosumsi, telah menyebutkan ada beberapa aliran dalam
sosiologi Agama lengkap dengan riwayat, teori konsep serta metode masing masing
diantaranya: a). aliran Ibnu Khaldun (1332-1406) “Unggul dalam
muqoddimahnya; Falsafah Sejarah, Metodologi Sejarah, Penggagas Ilmu
Peradaban/FilsafatSosial. Konsef: masyarakat Holistik dan perimbanganya
dengan bumi (Sosiologi Umum), Klsifikasi etnik(Sosiologi
pedesaan), Masyarakat Menetap (Sosiologi Kota), Masryarakat Kinerja (Sosiologi
Industri), Masyarakat Ilmu (Sosiologi Pendidikan),.Teorinya adalah
Teiri Ras. Metode: Analitik-identifik derivasi epistemology agama dengan
cara menegtahuinya serta unsure unsure yang berkaitan dengan kemasyarakatan”, aliran Max Weber “Pelopor penyelidikan antara
soal soal social dan pengaruhn berbagai agama. Konsef: Rasionalisasi
Progresif. Metode : Metode Tipe Idel juga Komfarativ;pengamatan gejala
gejala umum juga menggunakan varian tipologi”, aliran Joahchim Wach; “,Sosiologi agama hanya dapat dipaha,I dalam konteks
ilmu agama. Metode : Tipologi-analitik”, dan
aliran Gabriel Le Bras. Masing masin aliran ini memiliki karya cukup terkenal
pada masanya dan sampai sekarang dengan mengulas gejala gejala masyarkat
hubungannya denagn agama dan keagamaan masing masing.
- Sosiologi Agama dan Sosiologi Umum
Pada intinya antara sosiologi agama dan umum
sebenarnya tidak memeiliki perbedaan secara holistic namun juga tidak sama pada
wilayah wilayah tertentu. Artinya bahwa antara sosiologi agama dan umum
memiliki kesamaan pada tingkat obyek serta kadang ruang lingkuf terapanya atau
ranahnya, namun berbeda metodologi, asumsi, tujuan dan esensi dari penelitian
tersebut. Kalau bisa kita ulaskan , sosiologi umum mengamati gejala gejala
sosioal secara libral dengan tidak melibatkan dimensi dimensi keagamaan sebagai
suatu esensi dan substansi, sedangka sosiologi agama dengan obyek sama namun
pengkaitanya dengan keagamaan sebagai penomenologi dan esensi substansial.
- Pengertian
Kaitanya dengan sosiologi agama, maka kami perlu
ulaskan reduksi defenitif sosiologi, agama, prinsip prinsip sosiologi dan objek
kajian sosiologi agama, dengan demikia kita bisa mengetahui secara langsung
esensi sosiologi beserta orientasi dalam konteks pendekatan di dunia keagamaan.
Untuk sosiologi memiliki ragam defenitif yang diungkafkan para pakar sosiolog
seperti: Pitirim Sorikin, Roucek dan Warren, Willian F. Ogbun dan Mayer
F.Nimkof, J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers, Max Weber, Paul B. Horton, Soejono
Sukamto, Allan Jhonson, William Kornblum . Namun demikian perbedaan itu hanya dalam konteks
bahasa namun secara praktik memiliki titik temu dan sasaran yang sama pada hal
hal tertentu[21].
Akan tetapi juag karna keuniversalanya disiplin sosiologi mencakup banyak hal
dan memiliki ragam sosiologi yang mempelajari sesuatu yang berbeda dengan tujuan
berbedabeda[22]
Sosiologi[23]
dalam pengertian luasnya adalah ilmu tentang kemasyarakatan dan gejala gejala
mengenai masyarakat , termasuk gejala gejala tentang institusi social dan pengaruhnya terhadap masyarakat. Atau
lebih sempit lagi sosiologi adalah ilmu prilaku masyarakat sebagai individu
atau kelompok dan symbol symbol intraksinya.[24]
Hal yang senada dengan Agama secara defenitif rumit untuk membahsakanya namun
yang jelas agama berisi tentang seprangkat kepercayaan, dogma, kaidah kaidah
moral, metodologi dan teori penyembahan, serta sprangkat pengetahuan secara
fisika maupun metafisika.[25]
Dengan demikian sosiologi agama berarti : Ilmu yang
membahas tentang Fenomena hubungan timbal balik, perbedaan & persamaan
masyarakat secara utuh dalam konteks mencari keterangan keterangan ilmiyah
mengenai masyarakat agama hususnya serta menemukan prinsip prinsip umum dalam
hubunganya dus berbagai system agama, tingkat, jenis spesialisasi peranan agama
dengan memandang agama sebagai phenomena social kemasyarakatan. Dalam hal ini
orientasi sosiologi agama dalam konteks sebagai pendekatan adalah prilaku
prilaku serta kausalitas dan hubungan timbal balik dalam sosialnya dan
pengaruhnya cara beragama. Sedangkan dalam konteks agama, menganlisis,
mengamati, mengemontari ilmu ilmu agama, teks teks yang disingkronkan dengan
prilaku kamasyarakatan.
II.
APLIKASI PENDEKATAN SOSIOLOGI DALAM PENELITIAN AGAMA
- Peranan dan Pungsi Sosiologi Agama dalam Penelitian Keagamaan
Realita bahwa ajaran agama banyak sekali kaitanya
dengan social kemasyarakatan baik secara teologis maupun hukum dan kaidah
kaidah moral, maka pendekatan sosiologi menjadi signifikan dalam konteks
memahami agama. Kalu kita cermati teks teks al-Quran misalnya atau Hadits,
hampir keseluruhanya berbicara tentang prilaku serta tidakan manusia sebagai
makhluk social dalam hal baik atau buruk. Disamping itu ganjaran pahala sebagian
lebih besar persentasenya untuk muamalah[26]
dari pada bidang ibadah. Kongkretnya misalnya cerita Para Nabi, Rasul, Ashabul
Kahfi, orang salih, kaum terdahulu beserta tatanan sosialnya dll. Dalam pada
itu sinyalir Allah tentang keharusan dari ummat sebagai soluftor terhadap
problematika masyarakat dengan mengarahkanya kepada kehidupan yang lebih baik.
Maka untuk memahami permasalahan tersebut serta ajaran ajarannya akan lebih
jelas bila kita dekati dengan teori teori sosiologi.
Intinya bahwa sosiologi agama dapat memberikan
kontribusi bagi instansi keagamaan dalam mengatasi problematika masyarakat
dengan menunjukkn cara cara ilmiyah, bisa memberikan pengetahuan tentang pola
pola intraksi social keagamaan yang terjadi pada masyarakat, memahami nilai
nilai tradisi, norma norma, serta keyakinan yang dianut. Dengan demikian
melalui pendekatan sosiologi, agama akan dapat
dipahami dengan mudah, karena agama itu sendiri diturunkan untukl kepentingan
sosial[27].
- Pendekatan Sosiologi Agama dalam Agama dan Karatristiknya
Memandang bahwa pendekatan berarti cara pandang atau
paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan
dalam memahami agama-Islam misalnya yang dapat dilihat dalam beberapa aspek
sesuai dengan paradigmanya[28].
Dengan demikian penelitian agama dalam arti ajaran, system kepercayaan dengan
memakai rumusan sosiologi sebagai suatu studi interelasi serta bentuk bentuk
interaksi kemasyarakatan untuk melihat, memahami, memaparkan atau menjelaskan
phenomena agama. Untuk melihat phenomena tersebut sebagai mana anjuran para
tokoh, ada tiga landasan yang sering digunakan yang kemudian menggunakan logika
logika dan teori teori sosiologi baik klasik maupun modern. Ketiga landasan ini
masing masing memiliki karateristik tersendiri sehingga kadang bila persfektip
yang digunakan berbeda, maka hasilnya juga berbeda. Diantaran lndasan tersebut
seperti ; a). landasan Fungsional: “memandang masyarakat sebagai suatu jaringan organisis
dan system yang stabil dengan suattu kecendrungan untuk mempertahankan system
kerja yang selaras dan seimbang”, b).
landasan konplik : “memandang
bahwa masyarakat terus menerus berada dalam konflik sebagai determinan utama
pengorganisasian social sehinggan struktur dasar masyarakat sangat ditentukan
oleh upaya upaya yang dilakukan berbagai individu dan etnik dalam konteks
mendapatkan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan mereka”, c). landasan Intraksionisme Simbolik :“memandang
manusia berbuat sesuatu berdasarkan makna makna yang dimiliki sesuatu tersebut
yang merupakan hasil interaksi sosialnyang diakibatkan oleh kesesuaian bersama
dari tindakan tindakan social individu”[29]. Dua landasan ini(fungsional&konflik) ini bekerja
dengan cara analisis makro focus pada struktur social, sedangkan landasan
interaksionalisme bekerja pada analisis mikro focus pada karateristik personal
dan intraksi yang terjalin antar individu.
Disamping itu ada beberapa karatristik dasar
pendekatan sosiologis yang dapat kita gunakan dalam konteks penelitian misalnya
: a) Stratifikasi social meliputi kelas dan
etnis, b). Kategori biososial meliputi sex, gender,
keluarga, perkawinan dan usia, pola
organisasi social; politik, ekonomi, sistem pertukaran dan birokrasi.
Teoritas sosiologis menggunakan paradigm dan konseftualitas analogis
tentang dunia social yang didasarkan pada tradisi sosiologis, refleksi atas
data emfirisme melalui investigasi historis dan penelitian social kontemfor.
Pendekatan kualitatif sosioagama didasarkan pada skala besar survai terhadap
keyakinan keyakinan keagamaan, nilai nilai etis serta praktek ritual. Sedangkan
yang didasarkan pada skala kecil dengan menggunakan metode penyelamatan
pertisipan
- Setting Kasus Dalam Living al-Quran
Living al-Quran yang dimaksud dalam hal ini adalah
menemukan fenomena social yang erat kaitanya dengan kehadiran al-Quran pada
wilayah wilayah dan geografis tertentu, bukan pada esensi tekstual, dengan
menempatkan al-Quran singkron dengan masyarakat pembacanya[30].
Dalam pada itu living al-Quran tidak
dimaksud mencari kebenaran otentisitas al-Quran sebagai teks atau
konteks atau mencari kebenaran agama via al-Quran yang bersifat judgmgment sekelompok
agama tertentu, melainkan mengedepankan tradisi social kemasyarakatan yang
menempatkan agama sebagai system keagamaan yakni system sosiologis dari
persfektif kualitatif[31].
Living al-Quran juga dapat kita kategorikan sebagai penelitian keagamaan dengan
kerangka agama sebagai gejala social atau agama sebagai phenomena sosiologi,
maka sebagaimana ulasan Dr. Atho Muzhar desainyan
akan menekankan pentingnya penemuan keterulanangan gejala yang diamati sebelum
sampai pada kesimpulan. Lanjut Sahiron, juga menyebutkan dalam living al-Quran,
diharafkan agar masyarakat muslim mensikapi dan merespon al-Quran dalam realitas kehidupan sehari hari menurut
konteks budaya dan pergumulan social serta dapat menemukan segala sesuatu dari
hasil pengangamatan yang cermat dan teliti atas prilaku komunitas muslim dalam
pergaulan social keagamaan hingga menemukan segala unsure yang menjadi komfonen
terjadinya prilaku baik melalui struktur luar atau struktur dalam agar dapat
ditangkap nilai yang melekat dari sebuah fenomena yang diteliti.[32]
Contoh real yang bisa kita aplikasikan adalah misalnya
kita menaganalisis “Ibadah Ritual Personal”. Setelah kita menguraikan
pendekatan serta metode dan teori yang digunakan dalam hal ini pendekatan
sosiologis, selanjutnya kita akan menganalisis bagai mana model model teladan
yang terdapat dalam al-Quran misalnya Para Nabi dan Waliullah atau bisa kita
uraikan kisah kisah teladan individu selanjutnya kita akan menganalisis
stratifikasi social beserta bagiannya dari obyek yang kita ambil serta kategori
bisosial dan bagianya. Juga bisa kita menjelaskan kehidupan yang terkoleksi
serta sytem interaksinya dengan masyarakat samapai pada sebuah kesimpulan.
Dengan demikian kita bisa merespon bahwa al-Quran sebagai realitas kehidupan
sehari hari dalam konteks budaya dan pergumulan social dll.
III.
PENUTUP
- Epilog
Sosiologi Agama sebagai Ilmu kemasyarakatan sekaligus
menjadi alternative praktis dalam konteks menemukan serta memeberikan jawaban
jawaban dari problematika fenomena keagamaan suatu masyarakat merupakan suatu
disiplin ilmu yang lahir dan tumbuh seiring dengan berkembangnya problem
problem kemasyarakatan dalam beragama baik secara langsung dan tidak lansung.
Termasuk di dalamnya adlah kehidupan beragama kaum Muslim, yang merupakan
fenomena social dengan ruang lingkup kajian ynag sangat luas. Pendekatan
sosiologis mempunyai peluang yang sangat besar untuk berkembang dalam lingkup
ilmu keislaman. Dalam pendekatan
sosiologis erat sekali kaitanya dengan teori teori sosiologi baik klasik maupun
modern serta landasan sebagai pendekatan dasar seperti structural-fungsional,
konplik dan intraksionisme-simbolis. Hal yang tidak bisa kita pungkiri adalah
agama sebagai penomena social yang mencakup kepercayaan serta berbagai
praktiknya merupakan problem social yang senanatiasa kita temukan pada setiap
masyarakat. Agama merupakan suatu institusional penting yang melengkapi
keseluruhan system social serta menyangkut aspek kehidupan manusia yang dapat
transedensinya mencakup sesuati yang mempunyai arti penting dan menonjol bagi
manusia juga sebagai pemersatu aspirasi manusia yang paling sublime, sumber
moralitas, sumber tatanan masyarakat dan perdamaaian bathin individu.
Dalam pada itu produk penelitian pendekatan sosiologis
bisa saja mengalami perbedaan dengan agam yang terdapat dalam doktrin kitab
suci. Sosiologi agama bukan mengkaji pada tingkat marginal salah atau benar,
namun bagaimana agama tersebut dihayati dan diamalkan oleh pemeluknyaatau
sederhananya cara beragama. Sehingga kadang apa yang ada dalam doktrin kitab
suci berbeda dengan apa yuang ada dalam kenyataan empirik. Namun hal semacam
itu bisa saja kita sintesiskan dengan memakai pendekatan yang leboh dekat
dengan agama sehingga teori teori social yang sudah lama dikenal singkron
dengan nila nalai agama pada umunya.
Jelasnya bahwa pendekatan sosiologis menjadi urgen dan
perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius lagi terhadap gejala gejala
social yang selanjutnya mendorong kaum beragama memahami ilmu social sebagai
dus memahami agamanya. Benarlah apa yang Jalaluddin Rahmat tunjukkan besarnya
perhatian agama terhadap problem sosial[33].
Dalam hal ini misalnya penelitian terhadap living Quran sebagai tawara
alternative yan menghendaki bagaimana hubungna timbal balik dan respon
masyarakat dalam kehidupan sehari hari, dimaknai secara fungsional dalam
konteks fenomena social, dimana al-Quran mampu membentuk dunia social. Karna
kalau kita cermati, banyak ayat ayat yang erat kaitanya dengan social
kemasyarakatan disamping figurative problem juga menawarkan cara bermasyarakat
yang lebih positif obyektif serta dapat diterima oleh kebanyakan manusia yang
perlu kita dekati melalaui aspek sosiologis secara utuh misalnya kisah Nabi dan
para Rasul, ashabul kahfi, waliullah, orang orang mukmin dan nonmukmin serta
pesan pesan moral, keimanan, ketaqwaan, sehingga dapat dapat kita
aktualisasilan sesuai dengan living Quran tersebut.
Daftar
Pustaka
1.
Abdullah, Syamsuddin Agama dan Masyarakat (Jakarta:Logos
Wacana Ilmu,cet.1 1997)
2.
Arikunto, Suharsim Prosedur
Penelitian:Suatu Pendekatan Praktek.(Jakarta: Rineka Cipta, 2002)
3.
Connolly
(ed.), Approach to the Study of Religion, diterjemahkan kedalam
Bahasa Indonesia dengan judul, Aneka Pendekatan Agama¸terj, Imam
Khoiri (Yogyakarta: LKIS, 2002)
- Dea, Thomas F O sosiologi Agama Suatu Pengenalan Awal,( Jakarta:Rajawali Press,1992)
5.
Djojodigieno, MM.Asas asas Sosiologi (Yogyakarta:Badan
Penerbit Gajah Mada, 1960)
6.
Farid
Ahmad, Ilyas Ba-Yunus, Sosiologi Islam: Sebuah Pendekatan, terj.
Hamid Ba-Syaib (Bandung:Mizan, 1996)
7.
Hendropuspito Sosiologi Agama, (Jakarta:Penerbit
Kanisius,cet.22,1983)
8.
http://id.wikipedia.org/wiki/sosiologi.
akses Rabu, 5-01-2011. 10:50.Wib
9. Johnson, Doyle Paul Sociological
Theory Classical Founders and Contemporary Perspektive, (terj) Robert
M.Z Lawang, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, (Jakarta: Gramedia,
1994)
10. Lawang, Robet MZ Pengantar Sosiologi,(ttp:Universitas
Tebuka,1999)
11. M. Yatimin, Abdullah, Studi
Islam Kontemporer. (Jakarta:Amzah,
2006)
12. Nata, Abuddin Metoologi Studi
Islam (Jakarta: Grafindo Persada, 2001)
13. Polak, Maijor Sosiologi Suatu
Pengantar Ringkas (Jakarta:Ichtiar Baru Van Hoeve, 1991)
14. Purfey, Paul Hunly The Chope and Method of
Sosiology;a Metasociological Treatice. Terjemahan
15. Rakhmat, Jalaluddin Islam
Alternatif (Bandung: Mizan, 1986)
16. Sandersson, Steven K. Sosiologi
Makro, terj. Hotman M. Siahaan (Jakarta: Raja Grafindo Persada:1995)
17. Scharf, Betty R. The Sosiological Studi of
Religion. Terj. Sosiologi Agam
(Jakarta:Kencana,cet.1,2004)
18. Syamsuddin Sahiron (ed), Metodologi
Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta:Teras, cet.1,2007)
19. Syani, Abdul Sosiologi Dan
Perubahan Masyarakat (Lampung:Pustaka Jaya,1995) hlm.2, Tim MGMP, Sosiologi
SUMUT, Sosisologi (Medan: Kurnia,1999)
[1] . Syamsuddin
Abdullah, Agama dan Masyarakat (Jakarta:Logos Wacana Ilmu,cet.1
1997),hlm.9-10
[2]..Betty
R. Scharf, The Sosiological Studi of Religion. Terj. Sosiologi
Agam (Jakarta:Kencana,cet.1,2004),hlm.1
[3] . Ibid…
[4]. Paul
Hunly Purfey, The Chope and Method of Sosiology;a Metasociological
Treatice. Terjemahan
[5]. Ibid,,,Syamsuddin,,hlm
10
[6]. Yakni
pengetahuan yang menuju ke pengetahan yang benar demi pengetahuan itu sendiri. dan di sana ada
Nomor thetic dan Idiografic
[7]. Yakni
disamping menuju ke pengertian pengetahuan itu sendiri juga menuju kearah yang
lain dan praktis; menunjukkan bagaimana orang berbuat atau membuat sesuatu.
Disana ada Normatife dan Teleologis
[8].
MM.Djojodigieno, Asas asas Sosiologi (Yogyakarta:Badan Penerbit
Gajah Mada, 1960),hlm.7-17
[9].
Hendropuspito Sosiologi Agama, (Jakarta:Penerbit
Kanisius,cet.22,1983),hlm.7
[10]. Thomas F
O’dea, sosiologi Agama Suatu Pengenalan Awal, Jakarta:
Rajawali Press,1992, hlm. 25-27
[11]. Doyle Paul Johnson, Sociological
Theory Classical Founders and Contemporary Perspektive, (terj) Robert
M.Z Lawang, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, (Jakarta:
Gramedia, 1994), cet.3, hlm.4
[12]. Maijor Polak, Sosiologi
Suatu Pengantar Ringkas (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1991),hlm. 7.
[13]. Peter
Connolly (ed.), Approach to the Study of Religion, diterjemahkan
kedalam Bahasa Indonesia dengan judul, Aneka Pendekatan Agama¸terj,
Imam Khoiri (Yogyakarta: LKIS, 2002),hlm.269-270
[14]. Robet
MZ Lawang, Pengantar Sosiologi,(ttp:Universitas Tebuka,1999)
[15]. Dikenal
dengan perintis istilah sosiologi dalam karyanya “Course de Philoshopy
Positive”;menerangkan Tiga Jenjang Manusia;Teologi, Metafisic,Positive
[16]. Dikenal
dengan ahli Ekonomi, Filsafat, aktivis sosialisme dalam tulisanya “The
Comunis Manifesto”; memandang bahwa sejarah manusia merupakan sejarah kelas
[17] . ia
lebih menekankan pada fakta soisal;cara berada, berfikir, berperasaan dan cara
berada di luar individu dalam bukunya “Devision of Labor in Society”;
dengan membagi sosiologi menjadi;soiologi umum, agama,hokum%moral tentang
kejahatan,ekonomi,demografi,estetika
[18]. Ia
memiliki banyak karya, baik secara rasional maupun kepercayaan. Di juga
menekankan pada tindakan orang lain sebagai tolak ukur kebenaran.
[19] . Ibid
Hendropuspito Sosiologi…..hlm.14
[20] . Ibid,,
Syamsuddin Abdullah, Agama dan,,,hlm.57-99
[21] . http://id.wikipedia.org/wiki/sosiologi.
akses Rabu, 5-01-2011. 10:50.Wib
[22] . Steven K. Sandersson, Sosiologi
Makro, terj. Hotman M. Siahaan (Jakarta: Raja Grafindo Persada: 1995)
h. 2.
[23]. Berasal dari bahasa Latin” socius”: teman/kawan. Sedangkan
“logos”:berbicara/berkata. lihat Abdul Syani, Sosiologi Dan
Perubahan Masyarakat (Lampung: Pustaka Jaya, 1995) hlm.2,
Tim MGMP, Sosiologi SUMUT, Sosisologi (Medan: Kurnia,
1999) hlm. 3
[24] . Ibid,,
Syamsuddin Abdullah, Agama dan,,,hlm.13
[25] . Dalam
kontek definisi mengenai agama sudah banyak diulas oleh pakar agama agama dengan merujuk varian pendekatan dan ruang
lingkuf. Namun kesemua definisi itu belum mencakup secara keseluruhan
[26] . para
pakar mengatakan ayat ayat muamalah hamper berbanding 1:100 dengan ayat ibadah.
Dan yang terkait dengan muamalah banyak diulas dalam surat al-Baqorah,
an-Nisa’, almaidah dsb.
[27] . Abuddin Nata, Metoologi
Studi Islam (Jakarta: Grafindo Persada, 2001) hlm.42.
[28] . Abdullah, M.
Yatimin. Studi Islam Kontemporer. (Jakarta: Amzah, 2006),hlm.58
[29]. Ilyas
Ba-Yunus, Farid Ahmad, Sosiologi Islam: Sebuah Pendekatan, terj.
Hamid Ba-Syaib (Bandung: Mizan, 1996) hlm.20-24.
[30] . Sahiron Syamsuddin (ed), Metodologi
Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta: Teras, cet.1,2007),hlm.51
[31] . Ulasan mengenai penelitian persfektik kualitatif dan kuantitatif yang
biasanya langsung disebut dengan penelitian kualitatif dan kuantitatif
rincianya, baca Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian:Suatu
Pendekatan Praktek.(Jakarta : Rineka Cipta,
2002)
[32] . Ibid…
[33]. Dalam
hal ini lima alasan dasar yang beliau tunjukkan dalam konteks perhatian agama
terhadap problem kemasyarakatan. Lihat Jalaluddin Rakhmat, Islam Alternatif (Bandung:
Mizan, 1986) hlm.48
Tidak ada komentar:
Posting Komentar