Jumat, 21 Oktober 2011

HARMONISASI ISLAM KRISTEN


Kata Pengantar
Aku memuji pada Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Tunggal dengan segala pujian yang dimiliki-Nya yang tidak pernah putus Rohmat-Nya serta Ampunan-Nya atas hamba-Nya. Begitu juga Para Nabi pendahulu Adam as, sampai Musa as kemudian Isa as serta Nabi akhiruzzaman Muhammad SAW pemabawa kedamain, ketentraman, konsturktor peradaban dan teladan manuasia dan seluruh materi kosmos.
Makalah yang saya buat ini merupakan tugas akademik dalam mata kuliah Studi Kitab kitab Suci Agama oleh Prof. Dr. Pdt. Djoko Graduate Program State Islamic University Of Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam makalah ini kami mencoba menyusun kembali konsef konsef sederhana dalm memahami realita pluralitas agama di Negara kita ini dengan melihat memadukan beberapa trik trik yang memang sudah di bahas oleh para pengamat agama, namun kami mencoba untuk melengkapinya sehingga harapan tersebut bener bener terwujud. Karna kita akui bahwa harapan harapan itu masih saja berbenturan samapai saat ini dan belum mendapat perhatian yang serius oleh masing masing pembawa agama. Oleh karna itu tidak salah kalau kami ulang kembali teori teori yang sudah lalu dengan harapan terwujudnya harapan harapan itu.
Dalam makalah ini kami tidak spesifik berbicara teks peristiwa baik kitab suci maupun Kisah kisah seperti Ibrahim dll. Karna hal itu sudah jelas dalam keyakinan masing-masing. Penekanan pada makalah ini berorientasi pada sebuah realita hidup dan upaya mengidupkan kembali kehidupan itu dengan merekonstruksi sitematika kehidupan menuju masa depan Agama agama.
Terimakasih kami ucapkan pada Pdt.Dr Djoko sebagai pembimbing mata kuliah Studi Kitab kitab Suci Agama serta rekan rekan mahasiswa selama mata kuliah berlangsung. Dengan demikian kita bisa naqduzzati(berkaca diri) dalam upaya membangun kekuatan untuk selalu hidup berdampingan secara utuh dalam konteks kedamaian dan ketenangan.
Semoga makalah ini memiliki nilai tambah dari Allah SWT yang Maha Menjaga hamba-hamba-Nya. Amin amin Ya Robbal A’lamin.
Yogyakarta, 11 Desember 2010
Munawir Husni
  1. MUKADDIMAH
Dalam konteks menenun kembali kehidupan para pendahulu kita yang cukup harmonis, maka sebuah tanggung jawab bagi kita untuk merekon kembali dinamika pemikiran yang sudah berjalan berabad-abad lamanya dalam rangka kedamaian dan keharmonisan. Lebih khusunya lagi dinamika agama di negeri kita tercinta ini masih terdapat pro kontra antar sikap hidup dengan minoriatas dalam hal ini non Muslim. Dengan merepetitif kembali realita hidup masa lampau kita bisa mengambil sikap paradigmatic untuk hidup masa depan yang damai dan harmonis.
Sebuah realita sikap hidup yang Nabi Muhammad tegaskan dalam haditsnya:
“Siapa saja yang berbuat zolim terhadap orang non muslim yang sudah mengadakan perjanjian damai dengan ummat Islam atau mengurangi haknya serta membebaninya atau merampas milikanya dengan cara yang tak terpuji, maka aku sendirilah nanti yang akan membelanya dihari kiamat”[1]
“Siapa saja yang menyakiti kafir zimmi, maka aku sendiri yang akan menghadapinya. Jika kalian memeranginya, maka aku sendiri yang akan memerangi kalian di hari kiamat kelak”[2]
Siapa saja yang menyakiti kafir Zimmi, maka dia sunggu telah menyakitiku. Dan siapa yang telah menyakitiku maka dia telah menyakiti Allah SWT”[3]
Matan matan hadits ini merupakan interpretasi hidup dan sikap hidup dari puspawara masalah yang dihadapi masyarakat Islam, yakni sebuah realita hidup non muslim yang berada di tengah tengah mereka. Dalam catatan sejarah Islam telah memberikan hak layak pada ahluzzimmah secara sempurna.[4]
Pada dasarnya hubungan Islam Kristen dalam konteks keberagamaan bukanlah sebuah phenomena baru, namun hal itu semkain nyata di masa kini disbanding decade lalu. Pada umunyan Islam memandang Kristen sebagai ahlul Kitab yang harus dihormati, tetapi sepanjang sejarah hubungan yang telah menjadi sumber kebaikan itu sumber kesalah fahaman, ketidak percayaan dan konflik.
Penyebab utamanya sebenarnya berakar dari sikap intraksi superior-inferior dimana keduanya mengklaim dirinyalah yang benar. [5]Karna bagaimanapun juga menghindar dari sebuah realita adalah mustahal bahkan akan menambah masalah. Namun ada hal yang saya kira bisa kita persembahkan pada dunia bahwa kita adalah saudara semakhluk ciptaan-Nya dan tidak pantas untuk saling menyalahkan dengan berbagai statemen yang ada.
Hal ini perlu kami ungkap karna perundang undang kadang meperbincangkan masalah ini dengan retorika yang menarik. Namun implementasi perunadang undang kadang tidak dapt diaplikasikan dengan baik. Ini terlihat dari adanya peraturan pemerintah dewasa ini yang masih mengabaikan permasalahan tentang hak asasi manusia, hak hak kaum minoritas, hak menikmati pembangunan, hak membesarkan anak-anak, mendapatkan pendidikan yang layak dll. Bahkan Agama agama samawi lainya menyoal tentang masalah agama, perdamaina dan moralitas. Namun konsep itu bertoalk belakang dengan realita lapangan.
Nah Indonesia saya kira sangat potensial untu hal itu, diamanakarakter hidup Indonesia terkena telah menjadi l sebagai manusi aberkarakter lemah lembut dan kasih sag apda sesame. Hal ini sangat mendukung untu sama mengembalikan kehidupan itu untuk kita terapkan di bumi tercinta Indonesia ini.

  1. PENTINGNYA MEMAHAMI SUBSTANSI KEAGAMAAN
            Keyakinan pada Zat di luar dirinya “adi-manusiawi”[6] merupakan subtansi tunggal dalam keberagamaan manusia sebagai makhluk. Dalam dirinya terdapat kesadaran tentang kehadiran sesuatu yang mengatut dan memmberi rasa aman, sesuatu Yang Maha Dahsyat yang menjadi refrensi mengalirnya kebahagiaan kegembiraan ketakutan kecemasan dna kedamaian. Kesadaran itu kemudian secara antropolohis telah melahirkan puspawara kepercayaan. Kesadaran semacam ini bukan hanya mendatangkan rasa ketenangan , perlindungan dan ketentraman, namun juga memberikan bimbingan bagaimana cra manusia berada di dunia. Keinsyafan itu akan melahirkan sebuah keyakinan bahwa kebesaran, kekuasaan hanyalh karakter semu belaka yang melekat pada identitas manusia. Nmun sebaliknya identitas mutlak hanya melekat pada ketuhanan Yang Maha Esa[7].
Ajaran karatristik agama tetentu dapat kta temukan pada masing masing agama sebenarnya, namaun peneklanan pada prinsif tertentu lebih dikenal mengamalkan prinsif ajaran tersebut. Misalnya Islam mengjaarkan “kasih saying yang menjadi bagian syariatnya” terdapat juga pada ajaran agama agama lainya seperti Kristen, Katolok, Hindu Buda dll.
a.       Keyakinan pada Tuhan dan Pengabdian diri pada-Nya
           Dalam Islam hakikat manusia beragama adlah meyakini adanya Tuan Yang Mahsa Esa yang tercermin dalam tauhid “Rububiyyah”[8] . Kmemudian dalam tauhid “Uluhiyyah” [9]inimenjadi perbedaan ajaran denga agama agama lain. Dalam Tauhid Rububiyyah disadri pada dasrnya mausia adalah sama yaitu: meyakini suatu realitas wujud yang trsendental dan Maha Sempurna.[10] Hal ini dapat kita lihat dalam QS.al-Baqorah.2:213, dimana diterangkan tentang kesatuan manusia yang berasal dari ummat yang satu, namun disebabkan factor factor yang meliputi manusia itu sendiri menyebabkan ia berbeda.        Perselisihan sebagaiman yang digambarkan ayat itu, menciptakan manusia terpila dan saling berselisih. Inflikasi inflikasi negative yang ditimbulkan dari peselisihan dan perbedaan itu mengarah pada saling menghancurkan dan saling membinasakan.
           Agama adalah suatu keinginan akan suatu cara hiduf yang benar dan melakukan pemerataan cara hidup yang demikian. Hla tersebut merupakan desakan dari rasa kesadran terhadap kebenaran yan diyakini. Dalam hal ini setiap pemeluk agama tetap tinggal dalam agamanya, namun dalam agam tersebut harus dihidupkan unsure unsure yang baik daru agam lain hingga tercipta “ko-eksisitensi relegius” ibarat sungai sunagi besar yang mengalir menjadi satu[11]. Dalam pada itu penawara sejumlah rekonsepsi bagi pemeluk agama kemungkinan terdapat nilai positif dalam konteks hubungan antar agama. Hanya sanya secara universal rekonsepsi demikian tidaka akan diterima oleh agama agama. Bmn demikian doktrin universal berlaku juga pada agama agama lainya.
b.      Keunikan doktrin agama agama
           Ketika memasuki ranah ranah sfesifik doktriner maka bagi agama gama meilki sikap atau prinsif ketat dana kuat dalalm arti tidak ada twar menawar. Dan saya kira setiap agama masing masing meemiliki hal tersebut. Doktrin doktrin tersebut tidak hany aberhubungan dengan konsepsi humaitas, namun juga teologis, doktriner dan akidah. Misalnya Islam dalam hal “tauhid[12], ini tentu tidak mungkin kRisten menerimanya begitu juga Yahudi dan linya.Ini kemungkinan pemahamn Ke-Esaan masing masing agama berbeda beda. Pun sebaliknya “Trinitas”[13] tentunya ini tidak dapat diterima dalm kepercayaan Islam, Budha dll. Begitu juga dengan “Trimurti”[14] tidak bisa diterima oleh Islam, Kristen dna Yhaudi.
           Penolakan Islam terhadap tidak teradaptasikan konsepsi Trinitas, Trimurti dengan Tauhid bukan saja pada pemahaman pada agama tertentu ranah prinsip namun bertentang mutlak, sebab satu tidak bisa disamakn dengan tiga serta literalitas ayat ayat suci ummat Islam telah membantah secara lansung keimanan Trinitas tersebut. Pun sebaliknya menganggap agama setelahnya adalah agama bidah. Artinya bahwa pada ranah ranah doktrin masing masing agam hendaknya memgang kuat kuat karna itu adlah inti ajaran agama. Tetapi pada ranah moralitas, nilai, etika barangkali masih ditemukan adaptasi dan kompromi, sebab  logika humanitas universal tetap dapat dipertahankan dalam konteks memahami hal hal moralistic humanis dalam setiap agama.
c.       Beberapa Solusi yang Pernah Ditawarkan
           Beberapa gerakan yang pernah muncul dalam kontes sebagai solusi dalam mencegah terjadinya benturan keabadian perselisihan, seperti Rabbi, Mozoomdar,J.Lestin Carpenter dll. Mereka pernah menawarkan Sintesis dalam konteks hal itu. Namun gerakan tersebut tidak saja lemah dalm historis karna tidak dijumpai suatu agama secara khususu mengakui bahwa ajaranya merupakan gabungan dari ajaran ajaran beberapa agama lainya, namaun secara teoritis juga tidak meyakinkan[15]Disamping itu juga muncul “Sinkritisme”[16]bahwa semuany amemenuhi kondisi kondisi tertentu dari eksisitensi manusia meskipun dengan cara yang berbedabeda[17]. Dalam ungkapan Bhavadgita bisa kita liat suatu penyrataa, “ Barang siapa yang dating kepadaku, denga cara bagaimanpun dan melalui jalan apasaja, aku dapat memenuhi dia. Mereka berjalan tertatih tatih dengan susah payah menempu berbagai jalan yang kesemuanya berjuang kepaaku”[18]. Pun seiring dengan itu Shri Ramakrisna dalam miisinya mengatakan :“Kita harus menjadi Hindu dengan orang Hindu, Muslim denagan orang Muslim, Kristen dengan pemeluk Kristen, Penganut agama Budha dengan orang orang Budha. Semua agam adalah jalan bagi perwujudan Tuhan dalam dirinya” [19]
d.      Kemestian bagi manusia dalam memahami subtansi keberagamaan
           Memahami substansi agama dalam konteks humanitas tidak haru slari dari formalitas atau harus menagku kebenaran seluruh agama sebagai ajaran agamanya. Pemahamn terhadap substansi merupakan upaya menyadarkan manusia pada hakikat keberagamaan, bukan untuk menyatukan agama agama dalam satu agama baru. Kesadaran ii merupakan modal dasar untuk bersikap wajar dan proposional dalam menanggapi perbedaan agama agama. Pemahaman ini menghindarkan sikap intervensi dan hegemonisasi serta prilaku negative penganut suatu agama terhadp agam lain. Memahami substani agam berarti menumbuhkan sikap saling menghormati ajaran lain dengan menyadari suatu keadaan” agree in disagreement[20], agree in agreement[21], dan agree in different[22]”.
           Dari tiga kesadaran tersebut, secara objektif maka sikap masyarakat harus diarahkan lebih menitik beratkan pada usaha menggali, mengembangka secara mendalam, menyeluruh tentang prinsif prinsif kesamaan yang signifikan dalam hubungan kemanusiaan, social, dan lingkungan. Kesadaran in memang sanat diperlukan tidak hany sebagai wawasan namun sebagai aksi yang harus dimulai dari pribadi pribadi pemelu agama yang akhirnya menjadi kesadaran kelompok masyarkat dan nasional.[23]
B.   GEJALA POSITIF KRISTEN TERHADAP ISLAM
            Ketegangan hubungan dan konflik antar agama sepanjang sejarah memang membuat orang berasumsi bahwa suatu kelompok cenderung untuk benci dan takut pada kelompok lain yang berbeda dengannya. Terutama dalam masalah ini adalah apa yang menyangkut dengan kebenaran dan penyelamatan. Seperti dalam pepatah bahwa “manusia takut akan hal hal yang belum diketahuinya”. Hubungan Islam Kristen tidak terlepas dari ini. Souteren misalnya menyebut para penulis Kristen awal tentang Islam sebagai orang jahil yang hamper tidak tahu apa apa tentang Islam. Bagi para penulis Kristen awal itu, tegas Soteren Islam tak lebih dari musuh yang mengancam dunia Kristen di mana mana. Daniel juga menegaskan para penulis Kristen awal menganggap islam sebagai musuh yang berbahaya. Dibawah tekanan rasa terancam yang entah nyata atau tidak inilah citra Islam yang tak sehat terbentuk di fikiran, kesadran, dan niat kaum Kristen.
           Dari asumsi ini berarti yang tak dikenal berarti musuh, kemudian didukung pula dengan kenyataan bahwa Islam sebagai agama wahyu tidak ada atau tidak dikenal dalm kitab suci Kristen. Barang kali ketiadaan penyebutan ini merupakan kesimpulan logis konsef Kristen tentang “ Kanon Penutup” yang berarti wahyu Tuhan berarhir. Dari konsef inilah lahir tentang konsef Greja sebagai sumber penyelamatan satu satunya dan yang terakhir, sebagai mana terungkap dalam rumusan Greja yang terkenal extra ecclesias nulla salus.Oleh karna itu ide tentang kanon ini hanya memberi sedikit  ruang, jika pun ada, bagi resfon positif agama yang mengandung bantahan terhadap doktrin tertentu tentang Kristen seperti Islam.
           Dalam pada itu , kalau kita cermati ada beberapa kategori pendekatan yang digunaka Kristen terhadap Islam. Semula dimulai dengan pendekatan negative pada abad ke-8 dan abad ke-9. Kemudian pendekatan ini bergeser pada pendekatan yang agak kurang bermusuhan tepatnya pada abad ke-15 dan 16. Kemudian baru pendekatan ini berubah menjadi pendekatan yang agak positif pada abad ke-20. Sebelum tanda tanda positif Kristen in muncul, permusuhan, prasangka, hegemonisasi, dan kebencian merupakan ekspresi yang lazim terjadi antara Islam Kristen. Berlawanan dengan misi Kristus yang menganjurkan cinta dan hubungan persaudaraan yang mengatasi semua pertimbangan keagamaan, sebagaian misionartis Kristen telah mengorbankan cinta demi sikap konfrontasi tersembunyi. Meskipun pada kenyatan ada misionaris Kristen yang bener bener tertarik untuk mengajarkan keimanan tanpa motif motif rahasia, sayangnya sejarah panjang kerja sama missioner dengan kaum penjajah telah mempengaruhi hubungan Kristen Muslim secara negative.
           Meskipun banyak upaya kerukunan yang telah dilakukan pada bidang agama oleh pemerintah dan lebih jauh dikembangkan oleh para pemimpin Kristen Muslim, masih banyak yang harus untuk mencapai pengertian yang lebih besar antar kedua komunitas. Hendaknya bagaimana kita jadikan tanda tanda positif ini sebagai inspirasi dalam konteks menegakkan hubungan yang lebih bermamfaat kini dan masa akan dating. Disamping itu semangat Islam dengan al-Qurannya dan Sunnahnya serta semangat Kristus bagi Kristen harus selalu menjadi mercu suar pemandu bagi masing masing komunitas. Dan barang  kali melalui upaya upaya inilah yang kita harapkan akan muncul fajar yang lebihcerah bagi hubungan kedua agama ini.
C.  MENCARI TITIK TEMU ISLAM KRISTEN
           Titik temu yang dimaksud adalah bagaimana kita mengetahui roda peradaban yang sudah berjalan cukup lama. Dimana pada sisi lain Islam Kristen memiliki titik temu yang bisa dijadikan renungan sehingga kita berupaya untuk selalu obyektif dan toleran dalam bebarapa hal dalam konteks kerukunan tersebut. Dalam pada itu pemahaman atas substansi kehendak Tuhan adalah salah satu pijakan kukuh dalam membina hubungan antara agama. Kedua agama ini harus menjunjung tinggi kehendak Ilahi dan pemeluknya dituntut menciptakan kehendak tersebut di atas permukaan bumi ini selkaligus melestarikannya. Dalam rangka pemahaman kehendak Ilahi inilah IslamKristen dapat bekerja sama secara positif.
           Adanya sikap interaksi superior-inferior telah memicu dan menjadi akar benturan benturan antar kedua belah pihak. Kedua agam menampilkan diri sebagai wahyu terakhir dari Tuhan, oleh karna itu adlahtugaas mereka untuk mengajak orang lain untuk mengikuti agama mereka pula. Kita lihat misalnya dalam al-Quran[24] maupun Injil PB, mengandung ajaran ajaran yang dapat ditafsirkan sebagai perintah untuk melakukan dakwah dipihak Muslim dan dan penginjilan[25] dipihak Kiristen . Karna keduanya agama missioner, kita sering mendapatkan diantar penganut penganutnya kehendak untuk menunjukkan kekayaan dan warisan agamnhya kepada yang lain. Namun sayangnya sering kali dalam hal itu mengiring kepada gerakan gerakan ketidak enakkan di kedua pihak. Fenomena menyedihkan inilah yang menyebabkan ketegangan diberbagai pihak di dunia.
           Dengan demikian signifikanisi dialog Islam Kristen menjadi suatu keharusan dalam konteks kedamaina dan keharmonisan. Dialog di Indonesia dalam hemat kami merupakan adany isu isu yang dijabarkan “Paul Kniter” dimana ia menyatakan “toleransi yang malas’. Tentu ini menyebabkan adanya ketegangan kedua pihak. Dalam toleransi semacam ini, setiap agama lain mengajak untuk mengakui keabsahan masing masing dan kemudian salaing mengabaikan satu sama lainya karna masingmasing mengambl jalan yang memuaskan mereka sendiri.Tak kalah pentingngnya bahwa masing masing harus menjadi kritis terhadao diri sendiri dan lebih sdar akan tanggung jawab  mereka bersama untuk menghadang ketidaj berimanan , ketidakadilan, dan keruntuhan moral yang sedang erlangsung di lingkungan social dan budaya kita. Seluruh pimpinan agam seharusnya mengambil pandanagan dunia yang lebih terbuka, menerima watak pluralitas bangsa kita dan mencari dari tradisi mereka masing masing dukungan bagi pluralism semacam itu. Maka dengan demikian kita akan dianugerahkan baldatan toyyibatan amian.
Diantara lengkah langkah tersebut hemat penulis yang bisa kita lakukan adalah sebagai berikut :
a.     Masing masing agama Islam-Kristen dituntut untuk mengoreksi citra dan kesan keliru yang selama ini tergambar dalam benak masing masing mengenai pemeluk agama lain.
b.    Bahwa terdapat perbedaan fundamental antara agama ini adalah tak dapat dipungkiri, dengan demikian dialog agama anatar pemeluknya tidak diarahkan pada perdebatan teologis doctrinal yang selalu berakhir pada jalan buntu.
c.     Dialog antara kedua agama ini hendaknya dipokuskan pada titik persamaan antar keduanya. Sebaliknya hal hal yang hanya mengantar pada kesalah fahaman harus dihindari.
d.    Melihat lebih jauh signifikansi kerjasama antar agama untuk masa kini. Dimana kesadaran akan pentingnya masalah itu tercermin pada pembentukan kelompok kelompok kerja di beberapa Negara yang di dalamnya tergabung ummat dari bebrbagai agama. Mereka bekerjasama menanggulangi banyak problem manusia modern masa kini. Penanggulangan ragam eksploitasi, penindasan, ketidak adilan, kemerosotan moral, kemiskinan, dan kebodohan adalah prioritas agenda kelompok kelompok tersebut.
e.     Tidak lupa membekali semangat keagamaan, sehingga semua ragam problem diupayakan untuk diatasi secara bersama sehingga tercipta kerjasama yang produktif antar golongan ummat beragama dala menanggulangi banyak problem kemasyarakatan seperti itu. Dll.
D.  BEBERAPA CONTOH TITIK TEMU DASAR SEBAGAI PERSAMAAN AJARAN
           Kiranya dalam bab ini perlu kami sampaikan beberapa hal sebagai contoh kongkret titik persamaan isi ajaran al-Kitab dengan al-Quran. Walaupun kami akui secara aplikatif, ada perbedaan yang cukup sensitive. Namun demikian kesemuanya itu kita kembalikan pada masing masing pemeluk ajaran. Disamping itu juga kami menemukan beberapa perbedaan internal al-Kitab itu sendiri yang agak besar, tetapi jumlahnya hanya sedikit: Akhir Injil Markus (Mark. 16: 19-20;) dan Yahya 8: 3-11 dan; 1 Yahya 5: 7, 8. Terlepas dari itu kami hanya mengambil kesamaan yang terdapat pada isi Bible yang memang sama denagn al-Quran. Adapun perbedaannya kami tidak mengambil demi memenuhi setting makalah ini. Diantara persamaan yang kami maksudkan di sisni adalah :
a.     Kesamaan pernyataan tiada Tuhan selain Allah [Raja-raja.8:60-61][26], [Ali Imran.3:64][27] kemudian lihat lagi [Matisu.4:10][28], [Ali Imran.3:64][29]
b.   Proses penciptaan manusia dari tanah[al-Mukminun.23:12-24][30],[Shad.38:76][31] dan bandingkan dengan [Kejadian.2:7][32][Ayub.10:9-10][33]
c.    Allah lah yang menghidupkan dan mematikan. [al-Baqarah.2:28][34][al-Mulk.62:2][35] dan bandingkan dengan [Kejadian.2:7][36],[Ayub.12:10][37]
d.    Allahlah penyelamat bagi seluruh alam [Yesaya.43:11-12][38], [Yesaya.60:16][39] bandingkan dengan [al-‘An’am.6:70][40]
e.    Pengutusan Yesus / Isa as. [al-Maidah.5:110][41] bandingkan dengan [Yahya.11:39-42][42][Ibrani.5:7][43].
f.    Allah yang mengubah ubah kekuasaan manusia. [Daniel.2:20-21][44], [Rum.31:1][45] bandingkan dengan [Ali Imran.3:26 dan 189][46].
            Dalam pada itu, titik temu selain dalam sisi teologis di atas secara umum-dalam arti yang mempertemukan Islam Kristen bisa kita lihat dari konteks peradaban keilmuan seperti yang di ulaskan William Montgomery Watt[47]
  1. Titik temu dalam Filsafat Yunanai:
            Sungguhpun demikian, ada perubahan perlahan-lahan namun pasti terhadap yang terjadi, sebab setelah penaklukan Kristen di Toledo pada tahun 1085 Masehi, dan para ilmuwan Kristen dari berbagai negeri datang ke kota Toledo ini. Selama abad dua puluh ini ada sejumlah luas karya-karya filsafat yang diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Latin. Penterjemahan karya-karya filsafat ini membawa gelombang baru kegiatan intelektual di Eropa barat, yang mempengaruhi kemajuan ilmu pengetahuan dan filsafat, begitu pula pengaruhnya di bidang biologi. Satu garis pemikiran Ibnu Rushd yang telah diambil oleh Siger dari Brabant (hidup sekitar 1235-1282 Masehi) dan lain-lain, yang dalam bahasa Latin dikenal sebagai mazhab Averroist (aliran Ibn Rusydiisme). Ibnu Rushd mempermasalahkan apabila filsafat dan kitab-kitab suci yang diturunkan adalah benar, maka tidak boleh ada perbenturan antara falsafat dan wahyu. Lalu Ibnu Rushd terus berusaha keras untuk menunjukkan secara terinci bagaimana kontradiksi-kontradiksi yang jelas nyata itu dapat didamaikan satu dengan yang lain. Para Averroist Latin ini mengakui prinsip dasar, namun kecil perhatiannya untuk mendamaikan kontradiksi-kontradiksi yang terjadi, supaya teori mereka dikenal sebagai teori "kebenaran ganda" dan diberi hukum bid'ah
  1. Titik Temu Ilmu Moderen
            Ringkasnya bahwa dalam tema tema ini, telah memperoleh mamfaat yang begitu besar dimana dunia Barat dengan ilmu moderenya serta tehnologiny bener-bener mempersatukan Islam daan Kristen melalui pemfaatan prangkat dima antara kedua agama ini berdialog dan masing masing memiliki jalan keluar dengan tujuan hidup berdampingan secara serasi dan damai. Karna memang manufaktur televisi dan komputer itu menjadi hal yang teknis semata tidak berkaitan dengan agama, hanyalah mungkin dihasilkan bila ada kerja keras dengan dibukanya pikiran manusia berasosiasi dengan pandangan barat yang modern dll.
           Sebenarnya selain ini masih banyak yang masih belum kami ulaskan selain sisi teologisnya lebih lagi sisi sosialnya. Namun kenapa saya berangkat lewat ajaran ketuhanan, karna ajaran inilah sebenarnya yang melatar belakangi konflik antar dua agama ini. Disamping itu ajaran ketuhanan merupakan ajaran yang pokok dari setiap agama. Apabila ajaran keTuhanannya salah, maka gugurlah semua amal kebaktian kita, hilang sia-sialah semua pengabdian kita, karena salah sasaran dalam berbakti kepada Tuhan yang sebenar-benar TUHAN. Justru, pada Hari Akhir nanti kita akan dikutuk dan dituntut Tuhan, pencipta dan yang menjadikan kita, andaikata kita salah dalam memilih ALLAH kepada siapa kita serahkan jiwa-raga kita. Dari hasil studi penulis, ternyata banyak sekali ajaran-ajaran keTuhanan yang bersamaan antara AL-KITAB dan AL-QUR'AN. Tetapi kemudian, banyak pula ajaran-ajaran yang jauh berbeda.
           Dengan demikian hemat penulis mari kita sama sama menjalankan ajaran ketuhanan itu sesuai kehendak Ilahi. Dimana pada paparan di atas kami sudah gambaran titik kesamaan ajaran yang terdapat dalam dua Kitab ini Injil dan al-Quran. Dan bila masing masing kita sudah menjalankan ajaran agama dengan benar saya yakin kita akan hidup rukun dan tentram sebagaiman yang dicita citakan bersama.
E.  WACANA INTEGRASI LEMBAGA PENDIDIKAN
           Upaya integrasi lebaga pendidikan dalam konteks memang sedang menjadi satu pembahsan anatar pakar pendidikan dan keagamaan. Dimana masing masing hatus memiliki konsekuensi yang harus dipegang atau kontrak pendidikan yang tidak boleh dilanggar. Namun demikian mengingat system keagamaan Indonesia yang masih pro-kontra terhadap integrasi ini, sangat berpotensi menjadi hambatan dalam upaya harmonisasi tersebut. Akan tetapi barang kali yan perlu kita lakukan terlebih dajulu adalah meluruskan pemahaman keagamaan masing masing dengan penekanan terhadap kereukunan tadi sehingga dengan sendirinya teori kerukunan itu terbentuk sebagai sifat dasar dan pada akhirnya diaplikasikan pada tataran yang lebih serius.
           Selain itu hal hal yang bisa kita lakukan misalnya integrasi melalui disiplin keilmuan, dimana selama ini masih terasa dikotomi ilmu ilmu. Dengan alasan ini maka kita akan lebih saling mengenal budaya, peradaban, kemudian sifat serta sikap dalam berhubungan antar sesame.Dan kaitannya dalam upaya integrasi barang kali perlu mendapat perhatian yang lebih serius sehinggga teerwujudnya cita dan harapan bersama.
F.   EPILOG
           Pada inti sikap hormat yang timbul pada agama-agama ini, sebagaimana yang sudah disebutkan, akan menjadi persetujuan tentang karakter tidak tepatnya konsep-konsep agama dan penyajian-penyajian historis, baik yang disebut mythic, iconic maupun oleh nama-nama lain, yang mengabsahkan agama-agama ini sikap saling mengakui satu sama lain bagi pemeluknya. Secara ideal, berbagai agama itu satu sama lain melihat sebagai saling melengkapi bukan malah saling memusuhi satu sama lain, karena masing-masing agama itu melahirkan kesaksian kepada aspek-aspek kebenaran ilahiah tertentu yang tidak diungkapkan, atau malah diungkapkan secara penuh pada agama yang lain. Ini tidak mencegah tiap agama untuk memikirkan kesaksian akan kebenaran yang lebih penting ketimbang kesaksian kebenaran dari agama-agama lain. Secara langsung, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, tidak ada kriteria tingkatan kebenaran yang didapatkan pada agama-agama yang berbeda, melainkan harus dinilai oleh hasil-hasil yang dibuahkan pada kehidupan anggota pemeluk tiap agama itu sendiri; dan ini bukanlah sesuatu yang dapat diselesaikan bagi semua. Bahkan tantangan untuk menghasilkan hasil-hasil yang bermanfaat akan terus berlangsung sampai yang akan datang dalam pergantian abad ke abad.
            Memahami uraian di atas dari pentingnya memahami substansi agama kemudian bagaimana corak prilaku yang seharusnya kita upayakan dalam mencari sebuah kerukunan baik melalui pendekatan pencarian titik temu, kemudian juga ada gejala gejala positif dari masing masing agama dalam onteks kerukunan tadi dan berimplikasi pada bagaimana pentingnya memahamai pluralism agama. Dana biasanya pemamahaman pada pluralitas keagamaan inilah yang menjadi perbincangan sehinga dari sana muncullah wacana wanacana dalam bentuk pro dan kontra diakibatkan berbedanya cara memahami istilah tadi. Untuk itu perlu kami tegaskan makna dari istilah pluralisme ini sehinga kita tidak keliru dalam mengaplikasikannya dalam konteks menjalankan ajaran. Intinya adalah, ada dua sebenarnya yang harus menjadi komitmen kerusial yang harus kita pegang sebagai pelaku dialog keagamaan yaitu; toleransi dan pluralism. Karna memang kita akan mengalami kesulitan dalam mencapai sikap toleransi yang tepat tanpa sikap pluralism sebagai penjamin tercapainya kerukunan antar ummat beragama yang langgeng. Diantara hal ahal yang perlu diketahui dalam konteks pluralissme agam aadalah :
a.       Memahami bahwa pliralisme tidak tidak menunjuk pada sebuah kenyataan akan adanya kemajemukan, akan tetapi lebih mengarah pada keterlibatan aktif terhdap realitas kemejemukan itu sendiri, dalam arti bahwa diharapkan bagi kita semua untuk memberikan pengertian pada masing masing pemeluk untuk mengakui keberadaan dan hak agama serta usaha dalam memahami perbedaan dan persamaan.
b.      Pentingnya kita bisa membedakan antara pluralisme dengan kosmopolitanisme sebagaimana yang sudah kita pahami.
c.       Disamping itu pluralisme tidaklah diartikan dengan apa yang kita kenal denga istilah singkretisme yang berimplikasi pada perpaduan beberapaa komponen ajaran agama untuk dijadikan sebagai suatu yang integral dari agama baru tersebut
d.      Juga pluralisme tidak bisa kita samakan dengan relativisme sehingga kita cenderung menentukan konsef kebenaran, nilai oleh pandangan hidup serta kerangka berfikir seseorang atau etnik. Dan implikasi dari relativisme ini harus meyakini agama apapun bentuknya harus diyakini benar semuanya, dengan demikian ia tidak lagi mau menerima sebuah kebenaran dari mana saja yang berlaku bagi semua orang
           Nah bagaimana kaitannya di Indonesia dengan konsef tadi? Melihat corak masyarakat Indonesia yang masih rawan dengan istilah istilah tadi yang kemudian sangat potensial dalam konflik maka kita harus memegang satu hal sebagai landasan aplikatif konsef tersebut. Yakni kita harus memiliki komitmen yang kuat serta kokoh terhadap agama masing masing. Seorang pluralis dalam kontek intraksi terhadam ragam agama, disamping harus membuka diri, menghormati mitra dialognya juga memiliki commited terhadap agam yang dianutnya. Dengan demikian, relativisme, singkretisme bisa kita hindari  dan berakhir pada kesingkronannya dengan Bineka Tunggal Ikan sebagai asas Negara kita yang temuat dalam tubuh Pancasila.
           Inilah barang kali yang bisa kita upayakan sebagai harapan kita bersama dlam mewujudkan citra masing masing agama sehingga terhindar dari benturan benturan nilai, ajaran inti serta kaidah kaidah moral masing masing agama.
G. DAFTRA PUSTAKA
1.   Al-Quran dan terjemahan [Digital Books]
2.   Al-Kitab, Perjanjian Lama dan Baru [Digital Books]
3.   Al-Munawar Said Agil Husin, dkk Fiqih Hubungan Antar Agama (Jakarta: Ciputat Press,cet.II.2005)
4.   At-Thagha, Musthaofa Muhammad Syahkshiyyatul Muslimil Mu’asshir (tt:Darut Tauzii’ wan Nasyril Islamiyyah)
5.   Barr, James al-Kitab Dunia Moderen
6.   Departemen RI Bingkai Teologi Kerukunan Ummat Beragama di Indonesia (Jakarta:tt,1997)
7.    Durkheim, Emil The Elmentary Forms of Relegius Life (New York:The Free Press,1997)
8.    Sunan Abu Daud
9.   Shihab Alwi Islam Inklusif (Bandung :Penerbit Mizan,cet.7.1999)
10.  Tamara,M.Nasir, dkk Agama dan Dialog antar Peradaban(Jakarta:Paramadina,1996)
11.  Verkuyli, Samakah Semua Agama (tt:tt,1965)
12.  Wach, Joachim The Comparative Studi of Relegius (Colombia”University Press,198)
13.  Watt, William Montgomery Titik Temu Islam Kriste: Persefsi dan salah persefsi (Jakarta:Radar Jaya,cet.I.1996)



[1]. HR.Imam Abu Daud&al-Baihaki dengan sanad yang hasan
[2].  HR.Imam al-Khatib dengan sanad yang hasan
[3] . HR.Imam at-Tabrani dengan sanad hasan
[4]. Musthofa Muhammad at-Thagha, Syahkshiyyatul Muslimil Mu’asshir (tt:Darut Tauzii’ wan Nasyril Islamiyyah),hlm.218
[5] . Alwi Shihab, Islam Inklusif (Bandung :Penerbit Mizan,cet.7.1999),hlm.92
[6] . Istilah filusuf kontemporer dalam menyebutkan subtansi mutlak atau pemberi rasa aman mutlak yakni Allah, terutama oleh Soren Kierkegaard dalam Eksisitensialismenya. Atau adirawa
[7] . M.Nasir Tamara, dkk, Agama dan Dialog antar Peradaban(Jakarta:Paramadina,1996),hlm.xii
[8]. Suatu penegasan bahwa Allah lah Tuhan bagi manusia yang tunggal.
[9] . Suatu penegasan bahwa Tuhan adalah Allah dan Muhammad adalah Utusan-Nya
[10].Wujud it adalah Tuhan secara aksiomatik menadi bukti wujudnya maupun menggunakan dalil kosmologis
[11] . Joachim Wach, The Comparative Studi of Relegius (Colombia”University Press,198).hlm.68
[12] . Doktrin Tauhid bagi Islam adalah doktrin terpenting, dimana Islam menolak kemusyrikan Tuhan dengan lainya, tidak beranak dan tidak pula diperanakkan(QS.al-Ikhlas)
[13] . inti doktrin kRisten dalam konteks ketuhanan,lihat al-Kitab Dunia Moderen oleh oleh Professor James Barr
[14] . Trimurti adalah konsepsi doktrin dari agama Hindu
[15]. Said Agil Husin al-Munawar, dkk, Fiqih Hubungan Antar Agama (Jakarta: Ciputat Press,cet.II.2005),hlm.205
[16] . Sinkritisme mengajarkan pada semua agama sama saja, demikian juga yang diyakin Emil Dukheim bawa agam tidak ada yang salah.
[17].  Emil Durkheim, The Elmentary Forms of Relegius Life (New York:The Free Press,1997),hlm.2
[18] .Departemen RI , Bingkai Teologi Kerukunan Ummat Beragama di Indonesia (Jakarta:tt,1997), hlm.136-137
[19] .Verkuyl, Samakah Semua Agama (tt:tt,1965),hlm.8
[20] .adalah setujuatau tidak setuju dalam hal hal prinsipil dan dasar dalam agam;akidah, keimanan
[21] . Setuju untuk saling setuju. Diakui bahwa agama tidak saja brsikap eksklusif namaun inklusif
[22] . Setuju di dalam perbedaan
[23] . Ibid,, Said Agil Husin al-Munawar, dkk, Fiqih Hubungan,,, ,hlm.210
[24] . Seperti QS. Ali Imron.3:19 dan 85.”bahwa agam yang diterima di sisi Allah itu adalah Islam, dan bila ia memilih agama laian berarti ia murtad.Lihat al-Quran Surat Ali Imron
[25] . pun sebaliknya pada ayat penutup Injil St. Matius 28: 19-20”memerintahkam komisi besar untuk mencaru murid dari seluruh bangsa.lihat al-Kitab Matius
[26] . “Supaya diketahui oleh segala bangsa di atas bumi, bahwa Tuhan juga Allah, bahwa tiada Allah lain;dan supaya hati kamu sekalian tulus dengan Tuhan, Allah kita akan berjalan menurut hukumnya, dan memeliharakan firmannya, seperti adlah ia itu pada hari ini”.
[27].  Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah." Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)."
[28].” Enyalah engkau dari sisni ha Iblis, karna telah tersurat “Hendaklah engkau menyembah Allah Tuhanmu, dan beribadah hanya kepadanya
[29]. “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu[188] (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
[30]. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah{12}. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik”{14}
[31]. “Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah."
[32].”Maka dirupakan Tuhan Allah akan manusia itu dari pada debu tanah, dan dihembuskan nafas hidup ke lubang hidungnya, demikianlah manusia itu menjadi suatu nyawa yang hidup adanya”
[33].”Ingatlah kiranya bahwa Engkau sudah merupakan daku seperti tanah liat dan Engkaupun akan mengembalikan daku pada lebu duli! Bukankah Engkau sudah menuangkan aku seperti air susu dan membekukan daku seperti panir?”
[34].“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”?
[35].Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”
[36].”Maka dirupakan Tuhan Allah akan manusia itu dari pada debu tanah, dan dihembuskan nafas hidup ke lubang hidungnya, demikianlah manusia itu menjadi suatu nyawa yang hidup adanya”
[37].“Di dalam tanganya adalah nyawa segala sesuatu yang hidup dan nafsa segala anak adampun”
[38].”Bahwa Aku ini, bahkan Akulah Tuhan lain darpada Aku, tiadalahjuru selamat. Bahwa Aku ini yang sudah berfirman, Aku ini yang sudah menolong, Aku ini yang sudah mengajar, tiada pernah yang lain berbuat barang sesuatu diantara kamu; maka kamu jugasaksiku, demikianlah firman Tuhan, bahwa Aku ini Allah”
[39]. “ Maka engkau akan mengisap air susu segala bangsa, dan susu permaisuru pun akan menyusui engkau, dan engkau akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan juru selamatmu dan penebusmu Yang Maha Kuasa Yakub!”
[40]. “Dan tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa'at selain daripada Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu.
[41]. “(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan ijin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah) di waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir diantara mereka berkata: "Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata."
[42]. “ Maka kata Yesus kepada perempuan itu,”Bukankah Aku berkata kepadamu, jikalau engkau percaya kelak, engkau akan nampak kemuliaan Allah” Lalu mereka itu, mengundurkan batu itu. Maka menengadahlah Yesusu serta berkata; “ Ya Bapa aku ucapkan syukur kepadaMu, sebab Engkau mendengar akan daku. Maka aku sudah mengetahui bahwa Engkau sudah mendengar akan daku, tetapi oleh sebab banyak orang ayang berdiri sekeliling inilah kukatakan,  supaya mereka itu sekalian kelak percaya bahwa Engaku yang menyuruh aku
[43]. “Maka Ia pun tatkala dalamkeadaan manusia, sudah mempersembahkan doa dan  permintaan kepda Yang berkuasa menyelamatkan dia dari pada maut, denga teriak yang kuat, dan dengan air matanya, maka doanya dikabulkan dari sebab ketakutannya akan Allah”.
[44]. “ Maka jawab Daniel katanya “ Segala puji bagi Allah dari selama lamanya sampai selama lamanya, karna Ia juga yang mempunyai segala hikmah dan segala kuasa. Ia mengubah masa dab segala hal, Ia juga yan memecatkan raja dan Ia pun yang mengangkat akan raja, Ia juga yang member hikmah dn pengetahuan kepada orang yang berakal.”
[45]. “Hendaklah tiap tiap orang menaklukkan dirinya ke bawah  segala kuasa yang di atasnya itu. Karna tiada kuasa melainka dari pada Allah; maka segala kuasa yang ada itu ditetapkan oleh Allah”.
[46]. Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”{26}.kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Perkasa atas segala sesuatu{189}
[47].  William Montgomery Watt, Titik Temu Islam Kriste: Persefsi dan salah persefsi (Jakarta:Radar Jaya,cet.I.1996)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar