Jumat, 21 Oktober 2011

AYAT-AYAT NAHDLATAIN STUDI PARADIGMA NAHDLATUL WATHAN MENGENAI AL-QURAN

BAB I
SETTING BIOGRAFI

A.    LATAR BELAKANG[1]
Pemikiran-pemikiran al-Quran sebenarnya mulai terdengar di pertengahan turunnya al-Quran bahkan sejak turunnya wahyu itu sendiri. Hanya sanya masih dibatasi dengan pembentukan hukum al-Quran agar dapat dibedakan ajaran al-Quran itu sendiri[2]. Selanjutnya Hadits sebagai pusat kajian, sudah diyakini sebagai sumber hukum dalam berkehidupan social keagamaan  setelah al-Quran [3]. Bersamaan dengan  itu, Quran menjadi point yang sensitif dalam kesadaran spiritual maupun intelektual muslim. Tidak saja karena ia menjadi sumber pokok ajaran Islam, tetapi juga sebagai tambang informasi bagi pembentukan budaya Islam, terutama sekali historiografi Islam yang cukup banyak merujuk pada al-Quran.juga. Pemahaman al-Quran menjadi semakin krusial ketika makin banyaknya masalah yang muncul, sementera Nabi dan sahabat telah banyak yang wafat. Semua bentuk persoalan, dapat saja diselesaikan pada zaman dimana Nabi masih hidup, karna mereka para sahabat tidaklah membiarkan satu masalah melainkan mereka menanyakan solusi serta jawabannya. Pun pada masa sahabat yakni periode kedua jikalau dirunut dari masa Nabi, mereka sedikit banyak dapat secara langsung melihat praktek nabi yang dijalankan para sahabat.
Ketika memasuki periode ketiga[4], peradaban Islam pun mengalami keretakan pemikiran, dimana masing-masing pihak saling menghegemonisasi antar lawan politik. Perpecahan politik keagamaan pada zaman ini, telah memberi influintik besar terhadap peradaban ilmu lainya. Sejumlah ayat-ayat al-Quran serta teks-teks hadispun menjadi ajang perebutan idologi, legitimasi kekusaan, politik serta ahlul Bait dll. Khawarij misalnya, memandang bahwa Khilafah Islam tidak hanya terbatas pada keluarga serta orang-orang tertentu. Sementara itu Syiah menetapkan hak progatif pada Ali. Di balik itu, Muawiyyah berhasil merampas paksa kekuasaan dengan tahkimnya. Problematika ini bener-bener menaruh dampak negative yang semakin hari semakin meluas hingga pada masyarakat menengah kebawah. Salah satu dampak besar adalah terpisahnya sejumlah ulama’-ulama’ besar dibeberapa wilayah, kota, bahkan negara. Pada saat yang sama masing-masing membentuk peradaban serta kebudayaan sendiri-sendiri berdasarkan oritas mereka masing masing. Perdaban lainnya yang amat berpengaruh adalah pemikiran mereka mengenai sunnah, dimana masing-masing menyiarkan periwayatan hadits yang kadang bercorak aliran yang diikuti,walau hanya sedikit. Di samping itu palsunisasi hadits terus bermunculan sehingga otentisitas hadis menjadi kehilangan legitimasi, baik yang sengaja dilakukan oleh pihak pemerintah sendiri untuk melegitimasi keutamaan, hak, kebenaran, serta aspek-aspek dunia lainnya dari masing-masing kelompok, bahkan sampai-sampai para pedagang dalam skala kecil. Melihat kenyataan ini, maka usaha pelegitimasian berbasis Nabawiy dalam pormat tadwin pun mulai dilakukan, dan penggagas pertamanya sebagaimana diungkap Hudari Bik adalah Umar bin Abdul ‘Aziz pada awal abad ke-2 H[5].
Selurus dengan itu, kita melihat bahwa ada perbedaan cara pandang, prakonsep, serta asumsi dari masing masing golongan dalam memahami sunnah Rasulullah saw, baik mulai dari periode I, II, III dan periode kita saat ini. Hal ini dikarnakan oleh banyaknya wafat saksi pelapor utama dari peristiwa yakni Khulafa’ ar-Rosyidin yang menjadi narator fatwa. Sementara itu, tingkat kebutuhan social keagamaan dari berbagai kota, wilayah dan negara pun makin meluas, dan akhirnya sahabat serta tabiin kecil dari masing masing tempat berfatwa dengan hadis yang mereka hafal baik secara langsung melalui Nabi, maupun sahabat besar lainya. 
Kaitannya dengan al-Quran dalam budaya dalam konteks ke-Indonesiaan, lazimnya produk pemikirannya berangkat dari latar belakang, pendidikan, serta social yang berbeda dari tempat mereka menimba ilmu. Di samping itu, terbagi dalam sekian propinsi, wilayah, kota, kecamatan, desa seta dusun yang juga demikian. Dalam hal ini adalah Organisasi Nahdlatul Wathan yang berada di kepulauan Lombok[6] NTB. Inilah maksud penulis, ingin melihat serta menelaah model pembacaan al-Quran dikalangan ONW serta bagaimana pengaruh perubahan social kemasyarakatan sasak di kepulauan Lombok Nusa Tenggara Barat. Kajian ini kami pokuskan pada pemikiran pendiri ONW tersebut, karna mau tidak mau pendirilah yang mengawali sebuah ide dalam suatu gerakan.


  
B.     PROFIL BERDIRINYA ORGANISASI NAHDLATUL WATHAN
1.      Profil Pendiri ONW
a.       Milad Dan Hayah
Di kepulauan Seribu Masjid, Lombok Nusa Tenggara Barat barang kali tidaklah begitu asing bila mendengar nama Syaikh Zainuddin atau sering disebut Maulana Syaikh. Karir dan kehidupannya banyak memberi mamfaat dalam konteks perubahan dan pembaharuan di pulau tersebut. Hal inilah yang barang kali membuka mata hati kita dan para peneliti lainnya untuk menyibak tabir yang tersembunyi di balik kehidupan beliau. Sehingga nama beliau sulit rasanya dipisahkan dengan corak keagamaan dalam berkehidupan sosial kemasyarakatan. Syaikh Zainuddin adalah putra dari pernikahan TGH. Abdul Majid dengan Hj. Halimatu as-Sa’diyyah. Ia lahir di Bermi Pancor Lombok Timur NTB pada hari rabu, 17 Rabiul Awwal 1326 H/ 1904 M[7]. Namun ada sebagian yang mengatakan bahwa Ia lahir pada 1324 H / 1906 M dan di tanggal yang sama[8]. Syaikh Zainuddin adalah nama panggilan akrab beliau dari hari ke hari terutama setelah kepulangan beliau dari tanah suci. Nama aslinya adalah Muhammad as-Saggaf[9] yang merupakan nama sewaktu muda, kemudian diganti oleh ayahnya sendiri dengan nama H. Muhammad Zainuddin[10] setelah menunaikan ibadah haji[11]. Selain Maulana Syaikh yang sekaligus julukannya, Beliau juga sering disebut dengan sebutan Abu Raihan Wa Raihanun yang dinisbahkan pada kedua putri beliau yaitu Hj. Siti Rauhun dan Hj. Siti Raihanun. Disamping itu, juga beliau dijuluki dengan Abul Masajid, Abul Masakin. Bahkan sebelumnya terutama dipermulaan kehadiran beliau di tanah Lombok, beliau disebut sebagai Tuan Guru Bajang yang berarti”Tuan Guru Muda”[12]. Selanjutnya beralih pada sebutan Tuan Guru Pancor dikarnakan banyaknya Tuan Guru-Tuan Guru lain yang bermunculan termasuk dari kader serta murid beliau. Dan setelah menetap di Lombok barulah beliau dikenal dengan sebutan Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin ‘Abdul Majid.
Syaih Zainuddin yang merupakan anak bungsu dari enam bersaudara yakni kakak pertamanya Siti Syarbini, kemudian Siti Cilah, lalu Hj. Saudah, baru H. Muhammad Sabur dan Hj. Masyitah[13], amat dikenal oleh kawan-kawannya dengan sosok penjujur, cerdas dan pemberani begitu juga dengan sopan santunya yang berbeda dari kebanyakan anak-anak pada masa itu. Sifat serta sikap kehidupan yang berbeda dari kebanyakan temannya pada saat itu, membuatnya terposisikan dan disegani teman sepermainannya. Dan barang kali tidaklah mengherankan, dimana beliau terlahir di tengah-tengah keluarga sholihah, dan ayahnya sendiri merupakan seorang Tuangguru besar zaman itu_yang dikenal dengan sebutan “Guru Mukminah”. Dan barang kali tidaklah berlebihan bila perhatian dan kasih sayang yang diberikan kedua orang tuannya agak sedikit berbeda dengan perhatian pada saudara-saudara yang lain sampai pada tingkat pendidikan yang diperolehnya. Hal itu dibuktikan dengan ditemaninya saat mengenyam pendidikan di as-Saulatiyyah Makkah, kemudian dicarikannya guru yang dianggap memeiliki kapasitas serta kredibelitas tinggi. Tidak hanya itu, Perhatian serta doanya[14] yang diberikan pada putranya itu tidak henti, dan selalu diucapkan sampai menghembuskan nafas terakhir, yang kemudian dimakamkan di Mu’alla Makkah.

b.      Pendidikan Dan Guru-gurunya
Sebelum memasuki pendidikan formal Syaikh Zainuddin di usianya yang ke-5 tahun untuk pertama kalinya belajar di lingkup keluarga bimbingan ayahnya sendiri TGH. Abdul Majid dengan mata pelajaran al-Quran, nahwu saref, fiqih dll. Kemudian baru pada usia yang ke-9 tahun Ia memasuki pendidikan formal di Sekolah Rakyat Negeri Selong Lombok Timur dalam kurun waktu 4 tahun di tahun 1919 M. Seusai itu orang tuanya menyerahkan lagi untuk mengkaji agama secara mendalam melelui beberapa Tuangguru setempat[15] dengan beberapa materi yang dikenal saat itu. Selanjutnya di usia yang ke-17 (1341 H/1923 M) beliau diberangkatkan haji oleh orang tuanya bersama 3 saudara kandung dan menetap di Makkah.
Di sini Syaikh Zainuddin tidaklah langsung memasuki sekolah formal sebagaimana lazimnya, melainkan beliau belajar secara privat dari beberapa Ulama ternama waktu itu. Untuk yang pertama kalinya beliau belajar pada Syeikh Marzuki salah seorang tenaga pengajar di Masjidil Haram. Namun kemudian sempat tersendat dikarnakan satu dan lain hal[16], Ia kemudian belajar pada Syeikh Amin al-Qutbi seorang Ahli Sastra kenamaan, selanjutnya pada Syeikh Sayyid Muhsin al-Palembangiy dengan mempelajari beberapa materi pelajaran secara spesifik. Beberapa bulan setelah itu, tepatnya pada tahun 1928 barulah Ia memasuki sekolah formal di sebuah Madrasah Legendaris yakni “Madrasah as-Saulatiyyah” (1364 H/1927 M) yang pada saat itu dipimpin oleh Syaikh Salim Rahmatullah dan di sana Ia banyak berkenalan dengan sejumlah ulama ulama besar seperti Syeikh Muhammad Hasan al-Masysyath, Syeikh Sayyid Muhammad al-Musawa. Dan di sinilah Ia digembleng dengan dengan ilmu pengetahuan melalu tahap tahap pengujian oleh rector Madrasah serta beberapa tenaga pengajar[17].
Karir Syaikh Zainuddin khsusnya dilingkup sekolah maupun di luar banyak dikenal oleh guru-guru serta teman temannya karena kecerdasan, kelemah-lembutan dan kefasihan dalam berdialog baik dikalangan sekolah maupun tingkat aliran yang menyebar saat itu. Hal ini diakui oleh kawan sekelasnya yaitu Syaikh Zakaria Abdullah Bila dalam sebuah ungkapanya :“Saya teman seangkatan Syaikh Zainuddin, saya bergaul dekat bersamanya beberapa tahun. Saya sangat kagum denganya. Dia sangat cerdas akhlaknya mulia, dia sangat tekun belajar sampai-sampai jam keluar mainpun didisinya dengan menekuni kitab pelajaran dan berdiskusi dengan kawan-kawannya”[18]. Hal yang serupa juga dikatakan oleh gurunya oelh Syaikh Sayyid Muhammad Amin al-Kutbi dalam sebuah ungkapan Syair :

لله زين الدين في فضله # في مجده السامي و في نيله
له يد بيضاء دلَّت على # جوهرة المكنون في اصله
له تأليف كزهرة الربا # قد ضمَّت الشكلُ الى شكله
Demi Allah saya kagum pada Zainuddin # Kagum dari kelebihan atas orang lain.
Kesabaran dan ketulus ikhlasannya menunjukkan # bahwa ia laksaba permata di antara bebatuan.
Jasa dan karyanya semerbak mewangi bagai bunga di tengah kawanan # yang terangkai dalam karangan indah di lereng pegunungan”.[19]

Dan masih banyak ungkapan ungkapan yang serupa baik yang disampaiakn secara langsung maupun tidak langsung oleh segenap civitas akademika serta kawan kawan sekelasnya sebagai seorang santri sekaligus mahasiswa yang merujuk pada konteks di atas. Namun hal itu tidak membuat beliau lantas kemudian terlena dengan belaian pujian, melainkan hal tersebut sebagai asset spirit introspektif dalam konteks pelejitan diri dari hari ke hari. Dan tepatnya pada tahun 1351.H/1933.M atau 1352.H/1934.M, Ia berhasil menyelesaikan pendidikannya dengan predikat “Mumtaz” atau sekarang dikenal dengan Comlade dengan perolehan nilai 10 pada masing-masing mata kuliah. Dan sebagai konsekuensi akademis, oleh pihak civitas akademika menganugerahinya tanda bintang sebagai icon sang juarawan. Dan lengkaplah bahwa Ia Syaikh Zainuddin belajar di tanah suci kurang lebih selama 12 tahun terhitung sejak Ia bermukim di Makkah.
Tercatat bahwa sejumlah mata kuliah yang pernah beliau pelajari selama hidupnya tidaklah diketahui secara pasti jumlahnya. Namun demikian, para pengamat sejarah sepakat bahwa terdapar beberapa mata kuliah yang pernah beliau ikuti baik sebelum belajar di Makkah dan di Makkah sendiri, mkami uraikan sebagai berikut sekaligus dengan Masyaikh-masyaikh yang pernah mengajarnya :

1)      Untuk studi al-Qur’an dan Kitab Melayu sejak pertama kalinya dan seterusnya Ia belajar pada :
TGH. Abdul Majid (ayahandanya sendiri), TGH. Syarafuddin, TGH. Muhammad Sa’id, TGH. Abdullah bin Amaq Dujali, Al ‘Alim al-‘Allamah al-Syeikh al-Kabir al-Arifubillah Maulana Syeikh Hasan Muhammad al- al-Masysyath, Al ‘Alim al-‘Allamah al-Faqih Maulana al-Syeikh Umar Bajunaid al- Syafi’I, Al ‘Alim al-‘Allamah al-Faqih Maulana Syeikh Muhammad Syaid al-Yamani al-Syafi’I, Al ‘Alim al-‘Allamah al-Mutaffanin Sibawaihi Zanamihi Maulana Syeikh Ali al-Maliki, Maulana Syeikh Abu Bakar al-Palimbani, Maulana Syeikh Hasan, Jambi al-Syafi’I, Al ‘Alim al-‘Allamah al-Muffasir Maulana al-Syeikh Abdul Qadir al-Mandili al-Syafi’I, Al ‘Alim al-‘Allamah al-Shufi Maulana Syeikh Muhtar Betawi al-Syafi’I, Al ‘Alim al-‘Allamah al-Muhaddith Maulana Syeikh Umar Hamdan al Mihrasi al-Maliki, Al ‘Alim al- ‘Allamah al-Muhaddith Maulana Syeikh Abdul Qadir al-Syibli al-Hanafi, Al ‘Alim al-‘Allamah al-Adib al-Shufi Maulana Syeikh al-Syayid Muhammad Amin al-Kuthbi al-Hanafi, Al ‘Alim al-‘Allamah Maulana Syeikh Muhsin al-Musahwa al-Syafi’I, Al ‘Alim al-‘Allamah al-Falaqi Maulana Syeikh Khalifah al-Maliki,  Al ‘Alim al-‘Allamah Maulana Syeikh Jamal al-Maliki, Maulana Syeikh al-Shahih Muhammad Shalih Mukhtar al-Makhdum al-Hanafi, Al-‘Alim al-‘Allamah al-Syafi’i Maulana Syeikh Mukhtar al-Makhdum Al Hanafi, Maulana Syeikh al-Syayid Ahmad Dahlan al-Syafi’I, Maulana Syeikh Salim Cianjur al-Syafi’I,  Al-‘Alim al-‘Allamah al-Muarrikh Maulana Syeikh Salim Rahmatullah al-Maliki, Maulana Syeaikh Abdul Gani al-Maliki, Maulana Syeikh al-Syayid Muhammad Arabi al-Tubani al-Jasairi al-Maliki, Maulana Syeikh al-Faruq al-Maliki, Maulana Syeikh al-Wa’id al-Syeikh Abdullah al-Farisi, Maulana Syeikh Mala Musa

2)      Sedangkan dalam studi  Ilmu Tajwid, al-Qur’an dan Qiraat Sab’ah belajar pada:
Al-Syeikh Jamal Mirdad (Imam di makam Imam Hanafi di Masjidil Haram), Al-Syeikh Umar Arba’in (Ahli Qur’an dan Qasidah yang sangat terkenal), Al-Syeikh Abdul Latif Qari (Guru Besar di Qiraat Sab’ah di Madrasah Al-Shaulatiyah), Al-Syeikh Muhammad Uba’id (Guru Besar dalam bidang Tajwid dan Qiraat yang sangat terkenal di Makkah).

3)      Untuk sekelas Ilmu Fiqh, Tasawuf, Tajwid, Usulul Fiqh dan Tafsir, Ia belajar pada :

Al-‘Alamah ‘al-Syeikh Umar Bajunaid al-Syafi’I, Al-‘Alimul al-Alamah al-Syeikh Muhammad Said al-Yamani, Al-‘Alamah al-Syeikh Muhtar Betawi, Al-‘Alamah al-Syeikh Abdul Qadir al-Mandili (Murid Khusus dari al- ‘Allamah Syeikh Ahmad Hamud Minangkabau Sumatera Barat), Al-‘Alamah al-Faqih Abdul Hamid Abdur Rabb al-Yamani, Al-‘Mutaffanin al-‘Allamah al-Syayid Muhsin al-Musawa (Pendiri Darul Ulum al-Diniyah Makkah Mukarramah), Al-‘Allamah al-Adib al-Syeikh Abdullah al-Lajahi al-Farisi (Pengarang Yang Sangat Terkenal)

4)      Untuk Ilmu ‘Arud, Ia belajar pada :
Syaikh Abdul Ganiy al-Qadli, Syeikh Sayyid Muhammad Amin al-KutbiSyaikh as-Shalih Muhammad Shalih al-Kalintaniy.

5)      Untuk Ilmu Falak, Ia belajar pada :
Syeikh Salim Cianjur al-Falaki, Syaikh al-Khalifah, Syaikh Sayyid Ahmad Dahlan.

6)      Untuk Ilmu Hadis dan ‘Ulumul Hadis, Faraid, Tafsir, Tarikh dll, Ia belajar pada
Syaikh Ali al-Maliki Sibawaihi Zamaniy, Syaikh Abdu as-Sattar as-Shidiqy Abdullah  al-Bukhariy as-Syafi’iy, Syaikh Salim Rahmatullah al-Malikiy, Syaikh Hassan Muhammad al-Masy-syath al-Malikiy, Syaikh Mukhtar Makhdun al-Hanafiy, Syaikh Sayyid Muhsin al-Musawa, Syaikh Sayyid Muhammad Amin al-Kutbi al-Hanafiy, Syaikh Umar al-Faruq al-Malikiy, Syaikh Abdul Qadir al-Syalabiy al-Hanafiy, Syaikh Kiai Falak Bogor, Syaikh Malla Musa al-Magribi.

7)      Dan Ilmu Ilmu al-Khath, Ia banyak belajar pada
al-Khaththath Syaikh Abdul Aziz Langkat, al-Khaththath Syaikh Muhammad ar-Rais al-Malikiy, al-Khaththath Syaikh Dawud ar-Rumaniy al-Fathaniy[20].


 c.       Karir Kepemimpinan
Syaikh Zainuddin, dalam konteks keindonesiaan dikenal sebagai ulama’ besar karena ilmu yang dimiliki sangat luas dan mendalam. Demikian juga charisma beliau sebagai sosok figure ulama demikian besar. Perjuangan dan kepemimpinan beliau senantiasa diarahkan untuk kepentingan umat. Penghargaan dan penghormatan yang diberikan kepada seseorang yang telah berjasa kepadanya terutama kepada guru-guru beliau diwujudkan dalam bentuk yang dapat memberikan manfaat kepada umat. Sebagai seorang Ulama yang kharismatik, Syaikh Zainuddin merupakan bagian pokok dari teladan ummat dalam konteks prilaku keagamaan. Ia menjadi cermin dan dan mata air kehidupan dari orang-orang yang haus kebenaran. Ketegasan serta wibawanya dan tanggung jawabnya sebagai konstrukstor sosial menjadikan Ia disegani dan dipanuti masyarakat.
Terhitung sejak beliau menginjakkan kakinya di kepulauan Lombok sehabis menyelesaikan studinya, beliau paling tidak dihadapi dengan dua tantangan kemanusiaan yakni tantangan kemerdekaan dan tantangan kejahiliyahan. Tantangan kemerdekaan ini beliau secara langsung sebagai orang terdepan untuk membebaskan derita rakyat dari tikaman Belanda dan Jepang. Dan hal yang paling berat dirasakan dibandingkan dengan keselamatan nyawa adalah tikaman moral dari pihak Jepang untuk membubarkan dua Induk Madrasah NWDI dan NBDI yang tidak pernah berhenti untuk mewujudkannya. Dan sikap pemerintahan Jepang tersebut diwujudkan dalam bentuk perlawanan baik dari pemikiran, moral, ekonomi serta melibatkan perang fisik hingga mengakibatkan banyaknya korban dari kalangan tun guru sendiri maupun santri dan sejumlah masyarakat setempat.
Dan barang kali kita juga sudah mengetahui bagaimana kebengisan dan kebiadaban NICA (Netherlands Indies Ciivil Administrastion) pasca kemerdekaan yang banyak mengundang kemarahan bangsa Indonesia dan khsusunya di Lombok. Inilah kemudian Syaikh Zainuddin bersama pendukungnya melalui gerakan “al-Mujahidin” serta gerakan gerakan local lainya ikut serta menumpas sebagai bentuk perlawanan atas ketidak prikemanusiaan. Di samping itu, beliau dihadapi dengan tantangan kemanusaaan dari kejahiliyahan. Hal ini juga diiringi bahkan banyak dipengaruhi oleh kemunculan Islam sebelah atau yang disebut dengan Islam Wetu Telu dan insya Allah akan dijelaskan pada pembahsan  berikutnya. Kendati demikian realitas tersebut berhasil diminimalisir dengan kepemimpinana beliau dan gerakan gerakan yang beliau bangun selama perjuangan.
Ada hal yang menarik dari diri beliau bahwa, kapasitsnya sebagai pemimpin tekanan hubungan Guru dan Santri selalu Ia eratkan dalam konteks dan aspek apapun. Di samping itu beliau selalu menekankan pada santrimnya agar banyak memberi mamfaat bagi perjuangan Nahdlatul Wathan. Dan tentu kita tidak menyatakan bahwa hal ini lebih memntingkan Organisasi ketimbang perjuangan Agama, melainkan ungkapan Nahdlatul Wathan tersebut dikarnakan materi yang ada di dalamnya dalam hal ini adalah Agama Islam. Dengan demikian tidaklah salah bila beliau mengungkapkan :

ان اكرمكم عندي أنفعكم لنهضة الوطن # وان شرّكم عندي اضرًّكم لنهضة الوطن
            “Sungguh yang paling mulia di sisiku adalah yang paling memberi arti bagi perjuangan Nahdlatil Wathan # dan yang paling jahat di sisiku adalah yang paling banyak merugikan perjuangan Nahdlatul Wathan

Ini adalah ungkapan tasybih pada pentingnya pertahanan dalam membela Agama Islam. Dan ungkapan Nahdlatul Wathan tersebut tentu maksudnya adalah objek yang diperjuangkan NW yakni agama Islam, sekaligus manipestasi dari ayat al-Quran untuk mewujudkan hamba yang paling bertaqwa.
Beberapa bentuk pernghargaan baik kalangan pemerintah setempat begitu juga pemerintah belanda saat itu, walau kadang mengecewakan bagi piha NW, sudah diraihnya. Karna pembawaan dan sikap hidup beliau selalu menunjukkan kesederhanaan  inilah yang membuat beliau selalu dekat dengan para warganya dan murid-muridnya dengan tidak mengurangi kewibawaan dan charisma yang beliau miliki. Keluhan yang disampaikan para warga dan muridnya ditampung, di dengar, dan dicarikan jalan penyelesaiannya dengan penuh kearifan dan kebijaksanaan dengan tidak merugikan salah satu pihak. Semangat keilmuan pun terus dipompa pada halayak santri serta warganya sehingga memiliki kader-kader yang berbobot, berpotensi dan militansi. Bahkan pernah Ia menyampaikan agar murid dan santri beliau memiliki ilmu pengetahuan sepuluh bahkan seratus kali lipat lebih tinggi daripada ilmu pengetahuan yang beliau miliki. Demikian motovasi yang selalu beliau kumandangkan supaya murid dan santri beliau lebih tekun dan berpacu dalam menuntut ilmu pengetahuan, baik di dalam maupun di luar negeri. Pun dalam menerima dan menghadapi para murid dan santeri serta warga Nahdlatul Wathan, beliau tidak pernah membedakan antara yang satu dengan yang lain. Semua murid dan santeri serta warga Nahdlatul Wathan di berikan perhatian dan kasih saying yang sama besarnya, bagaikan cinta dan kasih saying seorang bapak kepada anak-anaknya. Yang membedakan murid dan santeri di hadapan beliau adalah kadar keikhlasan dan sumbangsihnya kepada Nahdlatul Wathan. Dan, untuk membina dan memonitor kualitas kader Nahdlatul Wathan, beliau mengeluarakan wasiat dalam bahasa arab, yang Artinya “Dengan menyebut nama Allah dan dengan memuji-Nya semoga keselamatn tetap tercurah padamu, demikian pula rahmat Allah, keberkatan, ampunan dan ridha-Nya. dll.
Selain sebagai revolusioner beliau juga sebagai penggagas dan penggerak pendidikan melalui pendirian lembaga-lembaga di lingkup Nahdlatul Wathan. Hal inilah yang kemudian beliau dianggap sebagai tokoh pembangunan khususnya di lingkup NW sendiri dan diakui oleh sejumlah Ormas-ormas lainnya seperti NU, Muhammadiyah, Yathofa, AMPIBI, Marakit dan beberapa Ormas kecil di NTB.
                        Secara garis besar lembaga-lembaga yang pernah beliau dirikan dapat dirincikan secara kalsifikatif sebagai berikut [21]:

1)      Pra dan Pasca Kemerdekaan (1934.M-1943.M)
a)      Di tahun1934.M mendirikan pesantren Al-Mujahidin
b)      Di tahun 1937.M mendirikan Madrasah NWDI
c)      Pada tahun 1943.M mendirikan madrasah NBDI
2)      Era Orde Lama (1945. M-1971.M)
a)      di tahun 1945 pelopor kemerdekaan RI untuk daerah Lombok
b)      Pada tahun 1946 pelopor penggempuran NICA di Selong Lombok Timur
c)      Pada tahun 1947 / 1948 menjadi Amirul Haji dari Negera Indonesia  Timur
d)     Pada tahun 1948/1949 menjadi Anggota Delegasi Negara Indonesia  Timur ke Saudi ArabiaPada tahun 1950 Konsulat NU Sunda Kecil
e)      Pada tahun 1952 menjadi Ketua Badan Penasehat Masyumi Daerah Lombok
f)       Pada tahun 1953 menjadi Mendirikan Organisasi Nahdlatul Wathan
g)      Pada tahun1953 menjadi Ketua Umum PBNW Pertama
h)      Pada tahun 1953 merestui terbentuknya parti NU dan PSII di Lombok
i)        Pada tahun 1954 merestui terbentuknya PERTI Cang  Lombok
j)        Pada tahun 1955 menjadi Anggota Konstituante RI hasil Pemilu I (1955)
k)      Pada tahun 1964 mendiriakn Akademi Paedagogik NW
l)        Pada tahun 1964 menjadi PesertKIAA (Konferensi Islam Asia Afrika) di Bandung
m)    Pada Tahun 1965 mendirikan Ma'had Darul Qu'an Wal Hadits Al Majidiyah Asy Syafi'iyah Nahdlatul Wathan (MDQH)
3)      Era Orde Baru (1971.M sampai wafat)
a)      Pada tahun 1971-1982 menjadi Anggota MPR RI hasil pemilu II dan III
b)      Juga pada tahun 1971-1982 menjadi Penasehat Majlis Ulama' Indonesia Pusat
c)      Pada tahun 1974 mendirikan Ma'had Lil Banat
d)     Pada Tahun 1975 menjadi Ketua Penasehat Bidang Syara' Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram (sampai 1997)
e)      Pada tahun 1977 mendirikan Universitas Hamzanwadi
f)       Pada tahun 1977 Menjadi Rektor Universitas Hamzanwadi
g)      Pada tahun 1977 mendirikan fakultas tarbiyah universitas hamzanwadi
h)      Pada Tahun 1978 mendirikan STKIP Mamzanwadi
i)        Pada tahun 1978 mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Syari'ah Hamzanwadi
j)        Pada tahun 1982 mendirikan Yayasan Pendidikan Hamzan wadi
k)      Pada tahun 1987 mendirikan Universitas Nhdlatul Wathan mataram
l)        Pada tahun 1987 mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Hamzanwadi
m)    Pada tahun 1990 mendirikan Sekolah Tinggi Ilamu Dakwah Hamzanwadi
n)      Pada tahun 1994 mendirikan Madrasah Aliyah Keagamaan putra-putri
o)      Pada tahun 1996 mendirikan Institut Agama Islam Hamzanwadi

d.      Karya-karya
Sebagaimana lazimnya Ulama pembaharu lainnya, beliau Syaikh Zainuddin tegolong Ulama yang amat produktif dalam konteks karya tulis. Tentu hal ini tidaklah didasarkan semata-mata ingin dikenal, namun karna tuntutan zaman yang makin berkembang. Sosialisasi agama dan keagamaan tentulah tidak cukup melalui pendekatan aplikatif semata. Dikarnakan karna agama Islam sebagai ilmu maupun panduan dan paradigma, amatlah luas. Di samping banyaknya dogma-dogma agama tertulis secara umum baik dalam al-Quran sendiri juga Hadis tentu memerlukan interpretasi dan tuntunan yang praktis bagi konsumen masyarakat menengah ke atas pada umumnya. Dan inilah yang sebenarnya didinginkan agama Islam agar di samping apa yang dibawa rasulullah memallui Tuhannya diikuti dan ditaati sepenuhnya juga dianjurkan untuk berfikir menjadi para Uqala’ dan salah satunya adalah tulis menulis.
Kegelisahan lapangan ini sangtlah dirasakan oleh Syaikh Zainddin sendiri, sehingga menuntut dirinya untuk menyampaikan pesan-pesan agama melalui catatan-catatan hingga dapat dipelajari oleh generasi berikutnya. Pernyataan ini juga diakui sendiri oleh Syaikh Zainuddin melalui ungkapannya :
Bila mengingat temen-temen seperjuangan di Madrasah as-Sholatiyah Makkah seperti Syaikh Zakaria Abdullah Bila dan Syaikh Yasin al-Padangi, mereka telah banyak memiliki karya tulis yang cukup monumental
Suatu kenyataan memang bahwa beliau tidak banyak memiliki waktu yang luang dalam upaya tersebut. Dan ini barang kali memebuat beliau sedikit kesulitan dalam membagi waktunya untuk sebuah karya tulis. Namun sebagaimana diakui oleh Hayyi Nukman dalam bukunya bnahwa Syaikh Zainuddin pernah berkata : “Seandainya aku mempunyai waktu dan kesempatan cukup untuk menulis dan mengarang, niscaya aku akan mampu menghasilkan karangan dan tulisan-tulisan yang lebih banyak seperti yang telah dimiliki Syaikh Zakaria Abdullah Bila, Syaikh Yasin Padang, Syaikh Ismail dan Ulama-ulama lainnya tamatan Madrasah ash-Sholatiyah lainnya
Berbalik dari pernyataan di atas, beliau di balik kesibukannya tercata beberapa karya yang sempat beliau tulis sendiri dalam bentuk bahasa dan corak yang berbeda sesuai dengan kebutuhan masyarakat Lombok. Beberapa karya tersebut dapat diklapikasi sebagai berikut :

1)      Kitab Tauhid.
a)      Risalatu at-Tauhid. Kitab ini ditulis sekitar tahun 1371.H/1951.M memuat soal jawab seputar akidah yang mencakup ilmu-ilmju Tauhid dalam bentuk bahasa Arab

2)      Kitab Hadits
a)      An-Nafahat ‘Ala Taqriroatu asy-Syadidah. Sebuah kitab yang berisikan Nazam Musthalah al-Hadits dalam bentuk bahasa Arab.

3)      Kitab Fiqih dan Faraid
a)      Sullam al-Hija’ bi Syarhi Safinatu an-Naja’. Kitab ini memuat tentang desiplin ilmu-ilmu Fiqih dalam bentuk bahasa Arab yang ditulis sekitar tahun 1972.M
b)      Nahdlatu az-Zainiyyah.Sebuah kitab yang memuat pengetahuan tentang ilmu-ilmu Faraid dalam bentuk syair dengan hanya menampilkan matanya saja. Dan kitab ini kemudian memiliki Syarah dalam judul yang berbeda.
c)      Al-Fawaqih an-Nahdiyyah fi Istisyhad at-Tuhfatu as-Saniyah bi Nadzamiha an-Nahdah az-Zainiyah. Kitab ini memuat desiplin ilmu-ilmu Faraid yakni ilmu mengenai pembagian harta waris berikut tata caranya serta argumentasinya dari al-Quran dan Sunnah. Penulisan kitab tersebut sekitar tahun 1358.H/1939.M
d)     At-Tuhfatu al-Anfenaniyah bi Syarhi Nahdlatu az-Zainiyyah. Yakni sebuah kitab yang berisikan ilmu-ilmu Faraid yang merupakan syarah dari Nahdlatu az-Zainiyah dalam bentuk bahasa Arab. Kitab ini ditulis sekitar 1416.H/1996.M dengan jumlah isi 122 halaman[22].

4)      Kitab Ulumu al-Quran
a)      Nailu al-Anfal Batu Ngompal.Sebuah kitab yang bertuliskan desiplin ilmu Tajwid dalam format Syair dengan bahasa Arab-Melayu. Kitab ini ditulis sekitar tahun 1363.H/1943.M yang memuat …halaman.
b)      Anak Nunggal:Taqrirat Batu ngompal. Kitab yang merupakan kesamaan dari kitab di atas.

5)      Kitab Tashowwuf/Tariqat
a)      Tariqat Hizib Nahdlatul Wathan.Kitab ini sangatlah kecil namun memiliki keluasan makna yang tidak pernah pupus dalam penelitian. Kitab ini merupakan bacaan harian

6)      Kitab Risalah Doa dan Wirid
a)      Hizib Nahdlatul Wathan. Sebuah kitab yang sangat monumental dan hampir ruh Nahdlatul Wathan berpusar di kitab tersebut. Kitab ini tulis sekitar tahun 1957.M dalam bentuk bahsa Arab yang berisikan ayat-ayat suci serta Hadits, zikir dan Doa dan syair-syair ternama.
b)      Hizib Nahdlatul banat. Tajuk yang sama, hanhya sanya kitab ini dikhususkan untuk kaum hawa
c)      Ikhtishar Hizib Nahdlatul Wathan. Yang merupakan kitab synopsis dari kitab Hizib Nahdlatul Wathan
d)     Al-Ad’Iyyah wa al-Mandzumatu ad-Diniyah. Sebuah kitab yang tipis memuat kumpulan doa-doa dan solawat yang kemudian dilengkapi dengan bait-bait Syair akidah, ilmu waris dan Tajwid, ilmu Bayan dan Nasyid lainnya. Kitab ini biasanya dibaca oleh Tullab Ma’had Daru al-Quran wa al-Hadits al-Majidiyyah asy-Syafi’iyyah Nahdlatul Wathan.[23]

7)      Risalah Sholawat dan Doa
a)      Asmau al-Husna
b)      Sholawat al-Hikmah
c)      Sholawat Nahdlatain. Merupakan risalah doa yang amat monumental, dimana sholawat ini dijadikan sebagai sholawat
d)     Sholawat Nahdlatul Wathan
e)      Sholawat Taisir
f)       Sholawat Mab’uts Rohmatan Lil ‘Alamin
g)      ‘Asyru ash-Sholawat
h)      Sholawat al-Mukhlishin al-Makbulin
i)        Sholawat Kun Fayakun
j)        Sholawat Miftahi Babi Rahmah
k)      Al-Baqiyatu ashSholihat, dll.

8)      Kitab Sastra
a)      Syarhu Mi’raju ash-Shibyan Ila Saami’I al-Bayan. Sebuah kitab yang berisi ilmu-ilmu balagah yang merupakan bagian terpenting dalam ilmu sastra. Kitab tersebut ditulis sekitar tahun 1416.H/1996.M dengan jumlah halaman sebanyak 54.[24]

9)      Seni Tarik Suara
a.       Ahlan Biwafdizairin
b.      Bersatulah Haluan
c.       Imammuna Syafi’i
d.      Mars Nahdlatul Wathan
e.       Nahdlatain
f.       Pacu Gama’
g.      Tanawwar
h.      Ta’sis NWDI(Anti Ya Pancor Biladi)
i.        Ya Fata Sasak
j.        Ya Man Yarul Ula
k.      Ya Dzal Jala Li wal Ikram, dll.

e.       Al-Awwaliyat
Barang kali sudah menjadi rahasia umum, dimana kita menemukan atau membaca sejarah para pembaharu dengan sistimatikanya. Keberadaan mereka sebagai pembawa pesan agama yang berada di suatu komunitas yang berbeda tentu akan dilakukan proses adaftatif dengan melakukan langkah-langkah perubahan secara perlahan. Namun demikian, kita juga menyadari bahwa hal itu tidaklah mudah seperti apa yang kita bayangkan dengan membalik telapak tangan, melainkan para tokoh berbaur dengan latar belakang filsafat yang berbeda, kultur strata sosial dan sebagainya. Dan di saat itulah mereka melakukan pembauran dengan tetap menjalankan misinya sebagai pembawa pesan agama. Dan tidak mustahil lahirlah satu sunnah sunnah baru berdasarkan tingkat pemahaman mereka dalam memahami ajaran keagamaan. Dan sunnah ini dipandang tidak bertentangan dengana esensi Islam, karna dengan itulah mereka bisa menerima ajaran yang dibawa para pembaharu.
Tradisi-tradisi semacam ini, saya kira sudah lumrah dan tente kita tidak merasa heran dengan tradisi-tradisi yang baru dan kemudian dibudi dayakan masyarakat setempat. Ini juga kita akui pada saat Islam mulai berkembang, dimana Islam sendiri sangat apresiatif dengan peradaban setempat yakni peradaban Jahiliyah. Dan saya rasa kita sudah mengetahui banyak mengenai peradaban-peradaban yang masih dilestarikan oleh Islam sendiri karna hal itu dipandang relevam dengan misi Islam sebagai Agama Allah.
Begitupulalah yang terjadi pada diri Syaikh Zainuddin, dimana Beliau berada di tengah komunjtas Sasak yang penuh dengan ragam kepercayaan dan aliran teruama apa yang diwariskan ajaran Islam Wetu Telu. Di samping ada yang dirubah total ada uga sebagaian yang disempurnakan dan sebagiannya ditetapkan tampa adanya perubahan. Beberapa tradisi-tradisi yang sudah Syaikh Zainuddin bangun selama hayat nya adalah sebagai berikut :

a)      Melestarikan tradisi Ziarah Makam Massal atau yang dikenal dengan Safarai Makam. Makam makam yang dikunjungi adalah sejumlah makam para wali, pejuang, serta tokoh keagamaan lainnya yang dipandang cukup berjasa dalam penyiaran agama Islam khususnya di bumi Lombok. Dan kegiatan ini biasanya diadakan disetiap hari-hari besar Nahdlatul Wathan seperti Wisudaawan Mahasiwa Ma’had Darul Quran wa al-Hadits al-Majidiyyah asy-Syafi’iyyah, di awal-awal pemenerimaan asantri baru, juga pada setiap hari besar Islam seperti Idul Fitri dan Idul Adha.
b)      Menggelar doa Akbar dengan pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan
c)      Mengadakan Tariqat-tariqat dengan kaifiyat khas Nahdlatul Wathan
d)     Mengadakan Syafatul Kubra
e)      Mentardisikan Pengajian Umum, dll

2.      Profil singkat Nahdlatul Wathan
Sebagai konsekuensi dari sebuah perjuangan, maka pendirian sebuah lembaga yang akan memayungi ide-ide pergerakan menjadi suatu keniscayaan dalam perjuangan. Dengan demikian Syaikh Zainuddin pun bermaksud demikian sehingga didirikanlah Nahdlatul Wathan sebagai induk pergerakan yang terinci dalam dua bagian yakni NWDI[25] pada tangal 15 Jumadil Akhir 1356 H/ 22 Agustus1937 M, dan NBDI[26] pada tanggal 15 Rabiul Akhir 1362 H/ 21 April 1943 M[27]. Inilah madrasah pertama kalinya di bumi Lombok yang terus berkembang sebagai cikal bakal dari seluruh madrasah yang bernaung di bawah Organisasi Nahdlatul Wathan-yang selanjutnya nama tersebut diabadikan dengan istilah “Pondok Pesantren Darun Nahdlatain”.
Usaha-usaha perjuangan ini terus dilakukan, dengan diresmikannya Organisasi Nahdlatul Wathan pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1372 H/ 1 Maret 1953 M sebagai wadah pengkoordiniran sejumlah madrasah serta madrasah cabang yang bernaung di bawah yayasan Nahdlatain yang bergerak dalam bidang pendidikan social dan dakwah. Menurut data yang sampai tahun 1997 lembega lembaga pendidikan ini berjumlah 747 dari tingkat TK-PT pun lembaga social, dakwah lainnya. Cabang-cabang ini telah menyebar ke beberapa kepulauan di Indonesia seperti Bali, NTT, Jawa, DKI Jakarta, Riau, Sulawesi Selatan dan Timur, Kalimantan Timur dan Selatan dan lain lain.
Keberadaan NW di bumi Lombok ini, bener bener menjadi pusat peradaban dan kebudayaan baik melalui proses asimilasi budaya warisan juga pembenahan serta penataan secara islami. Di samping itu, madrasah ini oleh Syaikh Zainuddin dijadikannya sebagai pusat pergerakan Kemerdekaan Indonesia melalui gerakan Mujahidinnya serta beberapa gerakan lainnya. Pada masa itu salah satu adik kandungnya TGH. Muhammad Faisal Abdul majid sebagai pemimpin penyerbuan Tanksi militer NICA di Selong wafat bersama du orang santri, yang kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Rinjani Selong Lombok Timur.



 
BAB II
SETTING PEMIKIRAN

A.    PANDANGAN NW MENGENAI AL-QURAN
1.      Pengertian
Al-Quran[28] sebagaimana pengertian lazimnya adalah kalam Allah yang diturunkan pada Nabi Muhammad saw memlalui Malaikat dan seterusnya[29]. Dalam hal ini, NW tampaknya lebih berapiliasi pada pengertian  yang sudah dimafankan para ulama Tafsir, Kalam, Fiqih dan Usul pada umunya ketimbang pengertian yang sudah dibakukan ulama hadis. Dimana ulama kesemua pandangan ini hampir memiliki tiga poin kesepakatan dalam arti bersumber dari Allah, melalui Malaikat, untuk Nabi Muhammad yang akan disampaikan pada umatnya dll. Dengan demikian, setingan definitif pun sama dengan beberapa pendapat para Ulama yakni al-Quran adalah Wahyu Allah yang diturunkan pada Muhammad melalui perantara Malaikat yang berisi tentang segala peraturan manusia serta berita-berita lainnya, dan yang membacanya terdapat nilai ibadah_dan susunan teks wahyunya diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nash[30].

2.      Kedudukan al-Quran
            Al-Quran sebagaimana yang kita ketahui merupakan kalam Allam Allah yang diturunkan kepada utusan-Nya Muhammad saw sebagai uu bagi kehidupan manusia dalam menempuh kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam hal ini, NW telah menjadikan al-Quran sebagai paradigma aksiomatik serta sumber hukum islam yang tertinggi dari empat sumber hukum Islam. Oleh karna itu, pemuka pemuka NW dalam pengajarannya tetap menggunakan al-Quran sebagai pijakan utama untuk menyelesaikan setiap permasalahan permasalahan yang dihadapi masyarakat setempat. Keterikatan NW dengan al-Quran ini telah mencerminkan pola pemikiran tradisionalis terutama dalam beristimbat. Dimana standar stnadar hukum masih terikat dengan pendapat pendapat yang dihasilkan ulama ulama terdahulu hususnya ulama sunni as-Syafiiyyah.  Realita ini, tentu bukan berarti suatu sikap kepanatikan kepada salah seorang yang dijadikan tokoh idola yang kemudian menuntut untuk selalu dilestarikan segala apa yang ada pada diri mereka. Tetapi lebih mengarah kepada kondisi masyarakat Lombok sendiri yang yang umunya menganut mazhab syafii. Disamping itu juga, para pendidik NW sebagian besar alumni as-Solatiah Makkah dan sudah barang tetntu akan mengajarkan apa yang didapatkan disekolahnya.  Kenyataan ini, disambut hangat oleh msyarakat sendiri dan mereka merasa mudah untuk mau menerima serta mengamalkan ajaran ajaran keislamannya. Melihat kecocokan yang ada pada masyarakat ini, akhirnya NW menetapkan dirinya menganut mazhab syafiiyyah dalam bidah fiqih dan hal ini tercantum dalam AD/ART yang ada dalam Organisasi Nahdlatul Wathan.
Paling tidak ada tiga poin alasan pembacaan NW dalam memposisikan al-Quran, sebagai sumber pertama yakni:
a)      Allah mewajibkan agar menta’ati Allah dan Rasul-Nya. Pernyataan ini diperkuat dengan firman Allah dalam [Ali Imran(3):32], [an-Nisa’(4):59,65,80,83,], [al-Ahzab(33):36]
b)      Merupakan sebuah kesepakatan para sahabat semasa hidup maupun setelah meninggal untuk mengikuti sunnah
c)      Dalam al-Quran Allah telah menetapkan ragam bentuk kewajiban yang mujmal yang dimana hukum serta petunjuknya belum sepenuhnya dirincikan semisal perintah solat, zakat,puasa,haji dll.[31]

B.     AYAT-AYAT NAHDLATAIN
Yang dimaksud ayat-ayat Nadlatain adalah sejumlah ayat-ayat al-Quran yang memang sering dipakai dalam konteks da’wah islamiyah Nahdlatul Wathan. Di sini juga tidak berarti bahwa ayat-ayat inilah yang semata-mata digunakan tama kompromi dengan ayat-ayat lain, namun sifatnya lebih pada kecendrungan saja. Untuk itu penulis juga belum bisa menyimpulkan secara pasti dan mutlak mengenai ayat-ayat yang digunakan, melainkan menurut pembacaan penulis selaama mengikuti prises pembelajaran selama 8 tahun kurang lebih. Lebih jelasnya kami akan menampilkan sejumlah ayat-ayat yang kami maksud :

1.      Ayat-ayat I’lau Kalimatiddin Wa’izzul Islam wal Muslimi :
Istilah ini adalah istilah yang sering diungkapkan pendiri begitu juga para tenaga pengajar Nahdlatul Wathan terutama saat pembaiatan santri dan santriwati baru pun para jamaah yang baru masuk dalam keorganisasian NW. Baiat dalam konteks ini adalah penyebutan kata-kata “izzul islam…” saat baiat berlangsung, bukan pengucapan hadis yang tercantum di atas tadi.
!$tBur (#ÿrâÉDé& žwÎ) (#rßç6÷èuÏ9 ©!$# tûüÅÁÎ=øƒèC ã&s! tûïÏe$!$# uä!$xÿuZãm (#qßJÉ)ãƒur no4qn=¢Á9$# (#qè?÷sãƒur no4qx.¨9$# 4 y7Ï9ºsŒur ß`ƒÏŠ ÏpyJÍhŠs)ø9$# ÇÎÈ  
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.[al-Bayyinah(98):5]

Salah satu ayat yang digunakan NW dalam meninggikan kalimat Allah dalam arti da’wah adalah syst di atas. Dimaan ayat ini oleh pemuka NW dipandang sebagai ayat penggugah hati dan iman sesorang. Selain itu upaya khusus dalam ayat ini adalah tuntutan al-Quran agar seorang bener-bener beragama secara much;lis dan hanif agar apa yang dilakukannya memiliki nilai mamfaat serta memperoleh ridha Allah swt dengan meluruskan niat serta memperbaikiperangkatperangkat keimanan secara bener dan murini yakni melalui solat dan penunaian zakat pada masyarakat.
Dan masih banyak ayat-ayat lain yang sering digunakan NW dalam knteks perjuangan slam memlalui organisasi. Namun kiranya ayat ini dapat mewakili dari model pemahaman NW dalam al-Quran.

2.      Ayat-ayat al-Mujahid 45[32] :

bÎ) šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä z`ƒÉ©9$#ur (#rãy_$yd (#rßyg»y_ur Îû È@Î6y «!$# y7Í´¯»s9'ré& tbqã_ötƒ |MyJômu «!$# 4 ª!$#ur Öqàÿxî ÒOÏm§ ÇËÊÑÈ   
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [al-Baqarah(2):218]

Inilah salah satu ayat yang dijadikan media untuk memompa semangat gerakan melawan penjajahan Belanda saat itu. Dimana kaum penjajah telah berbuat semena-mena tampa kompromi yang kemudian menyebabkan ketidak adilan terhadap organisasi NW. Oleh karna itulah NW sepakat dengan seluruh warga untuk merebut kembali tanah air dengan membentuk gerakan yang disebut dengan Gerakan al-Mujahidin hingga samapai pada tingkat keberhasilan.


3.      Ayat-ayat Islam Wetu Telu[33]:

$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãYÏB#uä «!$$Î/ ¾Ï&Î!qßuur É=»tFÅ3ø9$#ur Ï%©!$# tA¨tR 4n?tã ¾Ï&Î!qßu É=»tFÅ6ø9$#ur üÏ%©!$# tAtRr& `ÏB ã@ö6s% 4 `tBur öàÿõ3tƒ «!$$Î/ ¾ÏmÏFs3Í´¯»n=tBur ¾ÏmÎ7çFä.ur ¾Ï&Î#ßâur ÏQöquø9$#ur ̍ÅzFy$# ôs)sù ¨@|Ê Kx»n=|Ê #´Ïèt/ ÇÊÌÏÈ  
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya”.[an-Nisa’(4):36]

Kembali pada maksud ayat ini, dimana NW mengahadapi tantangan dari dalam yakni munculnya gerakan Islam Wetu Telu sebagai bentuk pertahanan ata skefanatikan ajarannya yang sebenarnya secara syari masih belum memenuhi standar. Dengan demikian NW berusaha kuat untuk neluruskan pemahaman tersebut dengan melalui tahapan-tahapan yang sudah dilakukan dan salah satunya adalah da’wah dan dialog. Dan ayat di atas merupakansalah satu yang dijadikan argumentasi untuk meluruskan pemahaman mereka.

4.      Ayat-ayat Ukhkhuwah
$yJ¯RÎ) tbqãZÏB÷sßJø9$# ×ouq÷zÎ) (#qßsÎ=ô¹r'sù tû÷üt/ ö/ä3÷ƒuqyzr& 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ÷/ä3ª=yès9 tbqçHxqöè? ÇÊÉÈ  
“orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.[al-Hujurat(49):10]

Ini adalah landasan utama NW dalam upaya mempersatukan kembali barisan barisan NW yang sempat mengalami perpecahan. Dengan semangat Ukhkhuwah yang dimiliki pendiri, akhirany NW pun kembali menikmati indahnya persatuan diantara sesame. Hl ini juga diakibatkan oleh serangan moral dari pihak penjajah dalam hal ini adalah Belanda. Denganm demikian Syaikh Zainuddin tidak tinggal diam melihat realita tersebut dan segera mengambil langkah-langkah penyatuan kembali dan pengusiran terhadap kaum penjajah di tanah air Lombok khususnya.

5.      Ayat-ayat Sholawat[34]:
¨bÎ) ©!$# ¼çmtGx6Í´¯»n=tBur tbq=|Áムn?tã ÄcÓÉ<¨Z9$# 4 $pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#q=|¹ Ïmøn=tã (#qßJÏk=yur $¸JŠÎ=ó¡n@ ÇÎÏÈ  
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. [al-Ahzab(33):56]

Ini merupakan ayat induk yang kemudian menjadi dasar atas keharusan bersholawat di kalangan Muslim. Hanya sanya dalam aplikasi terdapat perbedaan, sebagaian hanya memakainya dalam sholat, sebagaiannya lagi lebih dijadikan sebagai suatu aktifitas yang ditradisikan. Dan nampaknya inilah yang dilakukan NW dalam hal bersholawat. Aktifitas-aktifitas sholwat atau yang sering disebut dengan istilah Sholawatan menjadi aktifitas rutin hingga membentuk suatu kelompok. Dan yang paling sering disebut juga dengan al-Barzanji yang merupakan kumpulan-kumpulan pujian Nabi sahabat dan ulama.
NW bukan hanya itu, oleh pendirinya Syaikh Zainuddin dengan bekal ilmu pengetahuannya telah menyusun satu doa yang khas yang kemudian disebut dengan “Sholawat Nahdlataian”. Shoalwat ini dijadikan sebagai doa wajib bagi warga Nahdlatul Wathan. Keyakinan NW dalam sholawat ini memiliki khas yang unik dimana pemnyebutannya bukan saja pada Nabi, akan tetapi menyeluruh bagi para Nabi, Sahabt dan kaum Muslimin serta doa untuk kejayaan Islam dan Organisasi. Dengan demikian doa ini ditardisikan dengan harapan karunia Allah tetep melimpah sepanjang zaman.

6.      Ayat-ayat Asma’[35]
¬!ur âä!$oÿôœF{$# 4Óo_ó¡çtø:$# çnqãã÷Š$$sù $pkÍ5 ( (#râsŒur tûïÏ%©!$# šcrßÅsù=ムþÎû ¾ÏmÍ´¯»yJór& 4 tb÷rtôfãy $tB (#qçR%x. tbqè=yJ÷ètƒ  
“ hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya, nanti mereka akan mendapat Balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”. [QS.7:180]

È@è% (#qãã÷Š$# ©!$# Írr& (#qãã÷Š$# z`»uH÷q§9$# ( $wƒr& $¨B (#qããôs? ã&s#sù âä!$yJóF{$# 4Óo_ó¡çtø:$# 4 Ÿwur öygøgrB y7Ï?Ÿx|ÁÎ/ Ÿwur ôMÏù$sƒéB $pkÍ5 Æ÷tFö/$#ur tû÷üt/ y7Ï9ºsŒ WxÎ6y ÇÊÊÉÈ  
Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu".[al-Isra’(17):110]

ª!$# Iw tm»s9Î) žwÎ) uqèd ( ã&s! âä!$yJóF{$# 4Óo_ó¡çtø:$# ÇÑÈ  
Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai Al asmaaul husna (nama-nama yang baik)”.[Thaha(20):8]

Ayat Asma merupakan serangkaian ayat yang membahas tentang nama nama indah bagi Allah , dimana dalam ayat tersebut terdapat nilai dan kandungan yang sangat luar biasa. Di samping al-Quran sendiri yang menyatakan bahwa pentingnya nama-nama tersebut dijadikan sebagai media doa untuk segala kebutuhan baik mencakup kehidupan di dunia dan di akhirat. Oleh karna itulah NW mengambil secara penuh ayat tersebut sebagai penguat bahwa nama nama indah bagi Allah memang memiliki dasar yang sangat pundamental. Itulah yang kemudian dikenal dengan doa Asmaul Husna.

7.      Ayat-ayat Tawassul (zikir, ziarah kubur)
$ygƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# (#þqäótGö/$#ur Ïmøs9Î) s's#Åuqø9$# (#rßÎg»y_ur Îû ¾Ï&Î#Î6y öNà6¯=yès9 šcqßsÎ=øÿè?  
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan”[al-Maidah(5):35].

y7Í´¯»s9'ré& tûïÏ%©!$# šcqããôtƒ šcqäótGö6tƒ 4n<Î) ÞOÎgÎn/u s's#Åuqø9$# öNåkšr& Ü>tø%r& tbqã_ötƒur ¼çmtGyJômu šcqèù$sƒsur ÿ¼çmt/#xtã 4 ¨bÎ) z>#xtã y7În/u tb%x. #YräøtxC ÇÎÐÈ  
orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan merekasiapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti”.[al-Isra’(17):57]

Tradis Tawassul termasuk zikir dan ziarah kubur merupakan satu tradisi yang sangt berkembang di tubuh NW, dimana acara tersebut menjadi acara yang sangat penting dalam melakukan pendekatan pada Allah swt. Dan ini barang kali sudah ada pada organisasi lainnya seperti NU misalnya. Tidak hanya sebagai tradisi, namun ada makna filosofis yang sangat mendalam bagi NW dalam memperjuangkan agama islam di muka bumi ini. Oleh karna itulah ayat di atas dijadikan sebagai tolak ukur akan kebolehannya tawassul  dan hal-hal yang terkait dengannya sebagaimana yang kami sebutkan di atas.

8.      Ayat-ayat Fadilah[36]

Beberapa ayat yang dimaksud adalah sebagai berikut :[QS. Yasin(36):], [QS. ad-Dukhan(44)], [QS. al-Waqiah(56)], [QS. al-Mulk(67)]

Keempat surat di atas amat populetr di kalangan NW, dimana keempat surat ini dipandang memiliki kahsiat serta keunikan tersendiri tampa membedakan dengan surat yang lain. Karna fadhilah dan keunikannya itu, membuat NW memposisikannya secara khussu dan memberi ruang yang berbeda dengan yang lainnya dengan menjadikannhya sebagai satu rangkaian doa dan bacaan. Bacaan surat ini biasanya dilakukan pada acara-acara dan momen tertentu, kadang juga pada tiap memulai suatu katifitas dan sesuatu yang dicita-citakan baik oleh individu maupun kelompok. Dengan demikian surat tersebut sangat signifikan dalam tubuh Nahdlatul Wathan.

C.    METODOLOGI NW DALAM MEMAHAMI AL-QURAN
Dalam tradisi Nahdlatul Wathan, pemahaman al-Quran sebagaimana pada pembahasan lalau, sangat erat kaitannya dengan tipologi Syafiiyyah dalam arti pemahamannya hampir mengikuti pola mazhab. Sekaligus sebagai konsekuensi bermazhab dengan demikian, kerangka teori dan metodologi memakai metodologi yang sudah mainstream dikalangan mazgab Syafiiyyah. Sebagai pengikut maszhab, maka segala bentuk pemikiran termasuk dalam hal ini prodak-prodak hukum yang dihasilkan selalu mengikuti alur mazhab yang diikuti, walaupun nantinya ada beberapa perbedaan yang mendasar terkait dengan situaisi dan kondisi yang dialami.
Beberapa metodologi yang dapat kami amati sepanjang perjalanan terutama ketika kami belajar di lingkungan pesantren NW yakni sebagai berikut :

 

1.      Teori Qurani
Teori Qurani adalah upaya memahami al-Quran dengan menggunakan pendekatan al-Quran itu sendiri, atau dalam ilmju tafsir sering disebut dengan tafsir Quran bil Quran. Dalam memperkuat teori ini, NW menimbang ayat al-Quran dari an-Nisa’ ayat 99 :
`tBur ÆìÏÜム©!$# tAqߧ9$#ur y7Í´¯»s9'ré'sù yìtB tûïÏ%©!$# zNyè÷Rr& ª!$# NÍköŽn=tã z`ÏiB z`¿ÍhŠÎ;¨Y9$# tûüÉ)ƒÏdÅ_Á9$#ur Ïä!#ypk9$#ur tûüÅsÎ=»¢Á9$#ur 4 z`Ý¡ymur y7Í´¯»s9'ré& $Z)ŠÏùu ÇÏÒÈ  
dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya”.

            Sebagaiman saya jelaskan tadi, bahwa NW dalam memandang al-Quran terlebih dahulu mempertimbangkan sejumlah ayat-ayat yang terkait dengan tema yang dibicarakan dengan ayat-ayat al-Quran itu sendiri. Dengan demikian ayat-ayat yang kamis sudah cantumkan di atas mulai dari ayat I’lamu kalimatiddin dan seterusnya merupakan cerminan dari hasil metodologi yang sedang kami uraikan ini.

2.      Teori Nabawi
Teori Nabawi adalah upaya memahami al-Quran dengan menggunakan pendekatan Hadits. Pendekatan hadits ini memiliki unsur-unsur atau prangkat-prangkat yang tercakup di dalammnya seperti: Pemahaman Hadis berdasarkan petunjuk al-Quran, keyakinan mutlak sepenuhnya atas kebenaran suatu hadits, keyakinan atas hadits-hadits maktubah dalam kutub as-Sab’ah benar adanya, mendahulukan iman dari pada akal, memelihara teks, serta ruh hadts dan mengkontekstualkan sarana, menyemarakkan hadits-hadits targhib, mengutamakan makna hakikat dari pada majaz, meyakini hadits-hadits mughayyibat.
Sebagai penguat atas teori ini, NW mengambil sejumlah ayat-ayat al-Quran yang menjadi dalil atas penggunan Hadits sebagai pendekatan dalam memahami al-Quarn :
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãèÏÛr& ©!$# (#qãèÏÛr&ur tAqߧ9$# Í<'ré&ur ͐öDF{$# óOä3ZÏB ( bÎ*sù ÷Läêôãt»uZs? Îû &äóÓx« çnrŠãsù n<Î) «!$# ÉAqߧ9$#ur bÎ) ÷LäêYä. tbqãZÏB÷sè? «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ̍ÅzFy$# 4 y7Ï9ºsŒ ׎öyz ß`|¡ômr&ur ¸xƒÍrù's? ÇÎÒÈ  
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.[an-Nisa’(4):59]

Ÿxsù y7În/uur Ÿw šcqãYÏB÷sム4Ó®Lym x8qßJÅj3ysム$yJŠÏù tyfx© óOßgoY÷t/ §NèO Ÿw (#rßÅgs þÎû öNÎhÅ¡àÿRr& %[`tym $£JÏiB |MøŠŸÒs% (#qßJÏk=|¡çur $VJŠÎ=ó¡n@ ÇÏÎÈ  
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”.[an-Nisa’(4):65]

`¨B ÆìÏÜムtAqߧ9$# ôs)sù tí$sÛr& ©!$# ( `tBur 4¯<uqs? !$yJsù y7»oYù=yör& öNÎgøŠn=tæ $ZàŠÏÿym ÇÑÉÈ  
Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah. dan Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka”.[an-Nisa’(4):80]

3.      Teori Ijma’i
Teori Ijmai adalah serangkaian teori yang merupakan sumber pemamahaman al-Quran sekaligus kerangka metodologi dalam  istimbat hukum. Dan ini merupakan corak dari pemikiran Mazhab Syafiiyyah yang kemudian dikembangkan oleh NW dalam konteks memahami al-Quran. Kendati demikian terlepas dari varian pendapat mengenai adanya teori Ijma’ yang kemudian dikembangakan Mazhab Syafii khususnya NW, teori Ijma’ memiliki relevansi yang signifikan dengan konteks konteks ayat Dzonniy. Dimana satu sisi Ijma’ dimaksudkan untuk mengangkat hukum hukum yang bersifat Dzonni pada hukum yang bersifat Qat’I juga menjadi teori alternative dan praktis bagi keberlangsungan hidup manusia. Dengan demikian, NW dan mazhaf Syafii umunya tetp memberlakukan status aktif teori Ijma dalam konteks solufit-alternatif dalam mengungkap hukum hukum yang tersembunyi menjadi pasti.

4.      Teori Qiyasi
Qiyas dalam terminology Syafii belum dijelaskan secara spesifik dalam arti pengertian yang mandiri. Hanya saja yang dimaksud dengan Qiyas dalam ktab Risalah meliputi dua bagian yaitu ditinjau dari segi: pertama,  suatu peristiwa baru sama betul dengan makna ashl, dan dalam hal ini Qiys tidak berbeda. Kedua, suatu peristiwa mempunyai kemiripan dengan beberapa makna pada beberapa ashl, yang paling utama dan lebih banyak kemiripannya. Dan yang segi kedua ini sering terjadi perbedan pendapat di kalangan pelaku Qiyas.[37]
Namun kita dapat mengambil satu kesimpulan bahwa Qiyas itu merupakan proses interkoneksi satu peristiwa yang belum memiliki ketentuan hukum dengan satu peristiwa yang sudah ada ketentuan hukumnya. Untuk itu Ilhaq dibedakan dengan Itsbat, ddengan demikian dalam proses qiyasisasi seorang Mujtahid tidak dalam kafasitas menetapkan atau membuat suatu hukum, akan tetapi sebatas menghubungkan atau memunculkan ketentuan hukum yang sebenarnya sudah ada.
Sepadan dengan itu, terdapat perbedaan terminologi dari sejumlah kalangan, yang kesemuanya bisa kita golongkan menjadi tiga bagian utama :
Pertama, Kelompok jumhur, mereka menggunakan qiyas sebagai dasar hukum pada hal-hal yang tidak jelas nashnya baik dalam Al Qur’an, hadits, pendapat shahabat maupun ijma ulama. Kedua, Mazhab Zhahiriyah dan Syiah Imamiyah, mereka sama sekali tidak menggunakan qiyas. Mazhab Zhahiri tidak mengakui adalanya illat nash dan tidak berusaha mengetahui sasaran dan tujuan nash termasuk menyingkap alasan-alasannya guna menetapkan suatu kepastian hukum yang sesuai dengan illat. Sebaliknya, mereka menetapkan hukum hanya dari teks nash semata. Dan ketiga, kelompok yang lebih memperluas pemakaian qiyas, yang berusaha berbagai hal karena persamaan illat. Bahkan dalam kondisi dan masalah tertentu, kelompok ini menerapkan qiyas sebagai pentakhsih dari keumuman dalil Al Qur’an dan hadits.
Dalam tradisi NW teori Qiyas dimaksudkan sebagaimana mainstream definisi Syafiiyyah adalah “Membawa (hukum) yang (belum) di ketahui kepada (hukum) yang diketahui dalam rangka menetapkan hukum bagi keduanya, atau meniadakan hukum bagi keduanya, baik hukum maupun sifat.”[38]
Diantara ayat Al Qur’an yang dijadikan dalil dasar hukum qiyas adalah firman Allah:
uqèd üÏ%©!$# ylt÷zr& tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. ô`ÏB È@÷dr& É=»tGÅ3ø9$# `ÏB öNÏd̍»tƒÏŠ ÉA¨rL{ ÎŽô³ptø:$# 4 $tB óOçF^oYsß br& (#qã_ãøƒs ( (#þqZsßur Oßg¯Rr& óOßgçGyèÏR$¨B NåkçXqÝÁãm z`ÏiB «!$# ãNßg9s?r'sù ª!$# ô`ÏB ß]øym óOs9 (#qç7Å¡tGøts ( t$xs%ur Îû ãNÍkÍ5qè=è% |=ôã9$# 4 tbqç/̍øƒä NåksEqãç/ öNÍkÏ÷ƒr'Î/ Ï÷ƒr&ur tûüÏZÏB÷sßJø9$# (#rçŽÉ9tFôã$$sù Í<'ré'¯»tƒ ̍»|Áö/F{$# ÇËÈ  
Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama.  kamu tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar dan merekapun yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari (siksa) Allah; Maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah (Kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, Hai orang-orang yang mempunyai wawasan”. [QS. al-Hasyr(59):2]

Namun barang kali, kita juga sering berhadapan dengan sebuah jargon “kembali pada al-Quran” yang kemudian terlahir varian interpretative secara otaoritatif. Hemat saya adalah jargon ini lebih pas maknanya bila diartikan dengan perintah supaya menyelidiki tanda-tanda kecenderungan, apa yang sesungguhnya yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Hal ini dapat diperoleh dengan mencari illat hukum, yang dinamakan qiyas. Maka relevanlah konteks ini dengan ayat yang sering kita dengar dengan “ayat maraji’” tadi :
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãèÏÛr& ©!$# (#qãèÏÛr&ur tAqߧ9$# Í<'ré&ur ͐öDF{$# óOä3ZÏB ( bÎ*sù ÷Läêôãt»uZs? Îû &äóÓx« çnrŠãsù n<Î) «!$# ÉAqߧ9$#ur bÎ) ÷LäêYä. tbqãZÏB÷sè? «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ̍ÅzFy$# 4 y7Ï9ºsŒ ׎öyz ß`|¡ômr&ur ¸xƒÍrù's? ÇÎÒÈ  
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.[QS.an-Nisa’(4):59]

Realita teori ini juga banyak disinyalir baik dalam al-Quran maupun al-Hadits itu sendiri. Sementara diantara dalil sunnah mengenai qiyas ini berdasar pada hadits Muadz ibn Jabal, yakni ketetapan hukum yang dilakukan oleh Muadz ketika ditanya oleh Rasulullah Saw, diantaranya ijtihad yang mencakup di dalamnya qiyas, karena qiyas merupakan salah satu macam ijtihad. Dalam pada itu, dalil adanya Qiyas, bisa kita lihat dari teori Ijma’.Bahwasanya para shahabat Nabi Saw sering kali mengungkapkan kata ‘qiyas’. Qiyas ini diamalkan tanpa seorang shahabat pun yang mengingkarinya. Di samping itu, perbuatan mereka secara ijma’ menunjukkan bahwa qiyas merupakan hujjah dan waji b diamalkan.
Umpamanya, bahwa Abu Bakar ra suatu kali ditanya tentang ‘kalâlah’ kemudian ia berkata: “Saya katakan (pengertian) ‘kalâlah’ dengan pendapat saya, jika (pendapat saya) benar maka dari Allah, jika salah maka dari syetan. Yang dimaksud dengan ‘kalâlah’ adalah tidak memiliki seorang bapak maupun anak”. Pendapat ini disebut dengan qiyas. Karena arti kalâlah sebenarnya pinggiran di jalan, kemudian (dianalogikan) tidak memiliki bapak dan anak. Dan dalil yang keempat adalah dalil rasional. Pertama, bahwasanya Allah Swt mensyariatkan hukum tak lain adalah untuk kemaslahatan. Kemaslahatan manusia merupakan tujuan yang dimaksud dalam menciptakan hukum. Kedua, bahwa nash baik Al Qur’an maupun hadits jumlahnya terbatas dan final. Tetapi, permasalahan manusia lainnya tidak terbatas dan tidak pernah selesai. Mustahil jika nash-nash tadi saja yang menjadi sumber hukum syara’. Karenanya qiyas merupakan sumber hukum syara’ yang tetap berjalan dengan munculnya permasalahan-permasalahan yang baru. Yang kemudian qiyas menyingkap hukum syara’ dengan apa yang terjadi yang tentunya sesuai dengan syariat dan maslahah.

D.    KONTRIBUSI NW TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL
Kehadiran NW di tanah Lombok telah melahirkan sejarah yang sangat monumental, dimana tanah yang begitu dekat dengan kejahiliahan serta kegelapan ilmu pengetahuan dalam bidang agama telah disulam menjadi tanah yang beperadabana tinggi dalam tingkat kesalihan individual, social dan ekonomi. Segala cara telah diupayakan dalam konteks perubahan social kemasyarakaytan baik melalui jalur rekonstruksi pendidikan dari sistim khlaqoh menjadi klasikal,kemudian jalur dakwah dan social lainnya. Bahkan secara tegas Syaikh Zainuddin dalam pengajarannya mengatakan perubahan itu adalah “fardhu ‘Ain” terutama dalam bidang pendidikan, social dan Dakwah”. Dan untuk mencapai cita-cita itu diperlukan kesungguhan serta keihlasan yang dibarengi dengan kesabaran[39].

Untuk melihat sejauh mana perubahan-perubahan pemikiran yang sudah ditanamkan NW sepanjang perjalanan sejarah di tanah Lombok, maka kami akan menguraikannya dalam tiga bentuk utama yakni:

1.      Perubahan Dalam Pendidikan
Bila kita runut, sejak awal terbentuknya kemasyarakatan dan kemunculan Islam di Lombok bisa dibilang peradaban dalam segala bidang masing terhitung di bawah standar. Semisal pendidikan, yang mulanya masih dalam bentuk pengajian yang diselenggarakan di beberapa Masjid, Mushalla dan rumah-rumah melalui sistim Khalaqah[40]. Dan pada saat itu penganut Islam Wetu Lima terbilang cukupbanyak dengan islam singkritisnya. Dengan demikian tradisi semacam itu tidak mudah untuk dirubah sebagaimana system pendidikan islam yang berkembang sibelahan dunia lainnya. NW dalam perkembangannya realita ini perlu adanya perubahan baik dalam bentuk sitem maupun kafasitas seorang guru yang mengajar. Melalaui upaya upaya yang telah dilakukan sedikit demi sedikit perubahan itupun mulai kelihatan dengan melintasi tantangan baik dari dalam maupun luar.

Beberapa bentuk perubahan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a)      Pendidikan dari sistem khalaqah menjadi sistem kalsikal
b)      Penyetaraan hak pendidikan antara lelaki dan perempuan
c)      Pengembangan fasilitas pendidikan dalam bentuk alat tulis, media pembelajaran serta sarana sarana lainya yang popular saat itu.
d)     Peningkatan tarap tingkat sekolah mulai dari MI sampai ke Universitas[41]
e)      Perluasan kawasan pendidikan baik dalam bentuk fisik maupun sitem lainnya.
f)       Perluasan madrasah madrasah ke beberapa daerah seperti Lombok Timur, Lombok barat, Tengah Sumbawa, Dompu dan Bima serta cabang cabang lainnya.
g)      Pembinaan terhadap tenaga pengajar baik yang ada di pusat maupun di cabang cabang lainnya. Dll

2.      Perubahan Dalam Sosial
Sedangkan perubahan dalam bidang sosial semisal telah didirikannya lembaga lembaga social seperti Lembaga Penelitian Pengajaran dan Pemebelajaran Masyarakat (LP3M), Lembaga Panti Asuhan NW (LPA NW), Koprasi N W (KOP NW), Kelompok Bimbingan Ibadah Haji NW(KBIH NW) dan lain lain

3.      Perubahan Dalam Bidang Keagamaan
Adapun dalam bidang keagamaan serta penyiaran islam, baik yang telah resmi didrikan maupun belum dalam arti berjalan secara aplikatif, NW telah mendirikan beberapa lembaga penyiaran seperti Dewan Muhtasyar, Radio Hamzanwadi NW (RHN), Pusat Studi Kajian Ke-NW-an, Lembaga Pengkaderan Dai NW, Lembaga Studi Politik NW, dan lain lain.
Keberadaan NW sebagai organisasi pendidikan , sosial dan dakwah telah mendapatkam suatu kehormatan baik masyarakat Lombok serta ormas ormas lainnya seperti Muhammidiyah, Yatofa, Ampibi serta sekelompok non muslim lainnya. Dalam pandangan mereka, dengan kehadiran NW ini tingkat pemikiran, ekonomi serta religius mereka makin bertambah dan hal ini kerap mereka akui sebagai suatu realita yang patut dihargai.
NW dalam perjalananya hingga saat ini masih tetap eksis walau pun pasca Zainiyah terjadi benturan otoritas kepemimpinan hingga terpecah menjadi dua bagian NW Pancor yang berpusat di Pancor  sendiri didirikan semula, dan NW Anjani berpusat di desa Anjani bagian timur Kepulauan Lombok. Peristiwa itu berlangsung selama 12 tahun dan di tahun 2010 tepatnya selasa malam pukul 23.00 WIT 12 Jumadil Ula 1431 M/ 4 Mei 2010 M NW telah menyatakan dirinya untuk bersatu dalam stu haluan dan perjuangan.


 
BAB III
KESIMPULAN

A.    KESIMPULAN
Al-Qur dalam pandangan NW adalah petunjuk aksiomatik yang harus dijadikan rujukan pertama barukah sumber sumber yang lainhya seperti Hadis, Ijma’ dan Kias. Bagi NW al-Quran juga memiliki nilai sakralis yang dapat membantu permasalahan batin seorang manusia. Dengan demikian, NW menggariskan ada sejumlah ayat ayat penting yang harus diamalkan semisal al-Waqih, Tabarok, Yasin, al-Kahfi dll.
            Pengaruh yang dapat dihasilkan memang sampa menjelang usia pendiri NW Syaikh Zainuddin atau sering disebut dengan Maulana Ssyaikh, terbilang cukup maju. Bahkan zaman itulah puncaknya ilmu keislaman melalaui penguasaan kitab kuning seta beberapa syair syair arab serta pengiriman beberapa tenaga pengajar untuk belajar di luar daerah tertentu. Di samping itu, pendirian pendirian beberapa lembaga sebagai pusat peradaban ditingkatkan dan gedung yang dijadikan sebagai pusat kajian adalah “Gedung Birrul Walidain” dan Ma’had Darul Quran wal Hadis al-Majidiyyah asy-Syafi’iyyah Nahdlatul Wathan Pancor”. Kedua gedung pusat ini bernaung di bawah NWDI dan NBDI.
Lebih jelasnya kami uaraikan sebagai berikut:
1.      Pandangan Nahdlatul Wathan Mengenai al-Quran.
Pandangan al-Quran oleh Nahdlatul Wathan masih mengikuti mainstream mazhab Syafii yang merupakan konsekuensi logis dari suatu organisasi dalam bermazhab. Dengan demikian, setingan definitive pun sama dengan beberapa pendapat para Ulama yakni al-Quran adalah Wahyu Allah yang diturunkan pada Muhammad melalui perantara Malaikat yang berisi tentang segala peraturan manusia serta berita-berita lainnya, dan yang membacanya terdapat nilai ibadah_dan susunan teks wahyunya diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nash.
Kedudukan al-Quran dalam pengambilan sumber menempati posisi pertama dari empat kaidah sumber Islam yakni al-Quran, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas.

2.      Ayat-ayat  Nahdlatain dan Metodologi NW dalam Memahami al-Quran.
Yang dimaksud dengan ayat-ayat Nadhlatain adalah sejumlah ayat-ayat yang lebih sering dipergunakan dalam perjuangan. Dimana penamaan ayat-ayat ini bukanlah ayat dalam arti sebagai nama suatu kajian ilmu-ilmu al-Quran, melainkan pemberian dari sipenulis sendiri untuk lebih mendekatkan pemahaman, dan saya kira ini tidak masalah.
Beberapa ayat tersebut seperti : Ayat-ayat I’lau Kalimatiddin Wa’izzul Islam wal Muslimin[al-Ahzab(33):56], Ayat-ayat al-Mujahid 45[al-Baqarah(2):218], Ayat-ayat Islam Wetu Telu[an-Nisa’(4):36], Ayat-ayat Sholawat [al-Ahzab(33):56], Ayat-ayat Asma’[QS.7:180, 17:110, 20:8],  Ayat-ayat Tawassul, Tahlil dan Ziarah Kubur[Ali Imran(3):49] , dan  Ayat-ayat Fadilah[QS. Yasin(36):], [QS. ad-Dukhan(44)], [QS. al-Waqiah(56)], [QS. al-Mulk(67)]
Adapun metodologi pemahaman NW dalam al-Quran dapat kami uraikan sebagai berikut :
a)      Menggunakan teori Qurani yakni Memahami al-Quran dengan al-Quran
b)      Menggunakan teori Nabawi yakni memahami al-Quran dengan hadits Nabi
c)      Teori Ijmai yakni memahami al-Quran dengan petunjuk atau kesepakatan Sahabat
d)     Teori Qiyasi yakni memahami al-Quran dengan pendekatan Qiyas

3.      Relevansi Terhadap Perubahan Sosial Kemasyarakatan di Lombok.
Relevansi terhadap perubahan social kemasyarakatan di Lombok kami uraikan dalam tiga bidang sebagai berikut :
a)      Perubahan Dalam Pendidikan
Beberapa bentuk perubahan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1)      Pendidikan dari sistem khalaqah menjadi sistem kalsikal
2)      Penyetaraan hak pendidikan antara lelaki dan perempuan
3)      Pengembangan fasilitas pendidikan dalam bentuk alat tulis, media pembelajaran serta sarana sarana lainya yang popular saat itu.
4)      Peningkatan tarap tingkat sekolah mulai dari MI sampai ke Universitas[42]
5)      Perluasan kawasan pendidikan baik dalam bentuk fisik maupun sitem lainnya.
6)      Perluasan madrasah madrasah ke beberapa daerah seperti Lombok Timur, Lombok barat, Tengah Sumbawa, Dompu dan Bima serta cabang cabang lainnya.
7)      Pembinaan terhadap tenaga pengajar baik yang ada di pusat maupun di cabang cabang lainnya. Dll

b)      Perubahan Dalam Sosial
Sedangkan perubahan dalam bidang sosial semisal telah didirikannya lembaga lembaga social seperti Lembaga Penelitian Pengajaran dan Pemebelajaran Masyarakat (LP3M), Lembaga Panti Asuhan NW (LPA NW), Koprasi N W (KOP NW), Kelompok Bimbingan Ibadah Haji NW(KBIH NW) dan lain lain

c)      Perubahan Dalam Bidang Keagamaan
Adapun dalam bidang keagamaan serta penyiaran islam, baik yang telah resmi didrikan maupun belum dalam arti berjalan secara aplikatif, NW telah mendirikan beberapa lembaga penyiaran seperti Dewan Muhtasyar, Radio Hamzanwadi NW (RHN), Pusat Studi Kajian Ke-NW-an, Lembaga Pengkaderan Dai NW, Lembaga Studi Politik NW, dan lain lain.

DAFTAR PUSTAKA

1.      Abdurrahman, Muhammad Mu’jizatun wa ‘Ajibun’ (Bairut Libanon:Darul Fikri,1995)
2.      Abdul Majid, Syaikh Zainuddin al-Hidzbu Nahdlatul Wathan (Jakarta: t.tp,cet.73)
3.      _______________ al-‘Ad’iyyah (Pancor:ttp.)  
4.      ________________ Nazham Batu Ngompal (Jakarta:al-Abrar,1994)
5.      Adnan, Afifuddin Pelajaran ke-NW-an Untuk madrasah dan Sekolah
6.      NW(Pancor:Biro Dakwah YPHPPD NW,1983)
7.      al-Qaththan, Manna Khalil Mabahits fi ‘Ulum al-Quran(Riyadh:Maktabah Ma’arif,1981)
8.      al-‘Azmi, M.M The History of the  Qura’nic Text,from relevation to compilation,terj. sejarah teks al-Quran (digital book)
9.      al-Ghazali, Abu Hamid al-Mustasyfa fi Ilm al-Ushul, (Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyyah)
10.  al-Husain, Syeikh Khalaf Muhammad al-Quran Yuqowwimul ‘Aqla wan Nafsa wal Lisan,terj. Luruskanalah Akal,Jiwa dan Lisan anda dengan al-Quran, (Jakarta:Mustaqim,cet.I.2002
11.  al-Qaradawi, Yusuf Kaifa Nata’ammal Ma’a as-Sunnatin-Nabawiyyah(Kairo:Darusy-Syuruqul,cet II.1423 H/ 2002 M)
12.  ______________al-Madkhal Liddirasatis-Sunnatin-Nubuwwah.Terj(Kairo:Maktabah Wahbah, cet.II,1991)
13.  Arief, Arnai Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Press, cet I. 2002) 
14.  as-Shobuni, Ali at-Tibyan fi ‘Ulumil Quran, (Jakarta:Darul Ihya’,cet.I 2003)
15.  Az-Zarkasyi, al-Burhan fi ‘Ulumi al-Quran(Mesir:Isa al Bab al-Halabi,cet.I,t.t,)
16.  Basyuni Solahuddin Ruslan al-Quran al-Karim: Ru’yatun Manhajiyyatun Jadidah Li Mabahitsi al-Quran al-karim(Qahirah:Dar an-Nasyr Elektronik,ttp)
17.  Bik, Hudhari Tarikh at-Tasyri’ul Islam (Semarang:Darul Ihya’,1980)
18.  Hanafi, Hasan Al-Yamin wa Al Yasar Fi Al-Fikr Al-Diniy, (Mesir:Madbuliy,1989)
19.  Husni, Munawir Nahdlatul Wathan Dalam Perkembangan Zaman (Jember:LKRM, 2009)
20.  Husni, Munawir Doa Pusaka Dalam Perbincangan NW, Buletin STKIP Paracendekia Sumbwa NTB, No,12 Tahun 2008
21.  ______________ Tradisi Sholawatan Sebagai al-Ternatif (Jember:LKRM, 2009)
22.  Ibrahim, Musa Buhutsun Minhajiyyati Fi ‘Ulumi al-Quran al-Karim(‘Aman:Dar ‘Imar,cet.2,1996)
23.  ______________ Membaca Sholawat Nahdlatain Kontekstual (Jember:PGTRM, 2008)
24.  RI, Departemen Agama al-Quran dan Terjemahan (Jakarta:PPKS al-Quran,1983)
25.  Maulana, Achmad dkk, Kamus Ilmiyah Populer Lengkap. (Yogyakarta : Absolut, cet II. 2004)
26.  Nu’man, Abdul Hayyi Maulana Syeikh TGKH. Muhammad Zainuddin ‘Abdul Majid:Riwayat Hidup dan perjuangan(Mataram:PBNW,1999)
27.  Nu’man, Abdul Hayyi dkk, Organisasi Nahdlatul Wathan:Organisasi Pendidikan, Sosial dan Dakwah(Selong:PDNW Lombok Timur,1988)
28.  ______________________ Maulana Syeikh TGKH. Muhammad Zainuddin ‘Abdul Majid:Riwayat Hidup dan perjuangan(Mataram:PBNW,1999)
29.  Noor, Muhammad dkk Visi Kebangsaan Religius:Refleksi Pemikiran dan Perjuaangan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid,1904-1997(Jakarta:PT. Logos Wacana Ilmu,2004)
30.  Royyah, Mahmud Abu Adhwa ‘Alas-Sunnah al-Muhammadiyyah (Mesir:Darul-Ma’arif,1957)
31.  Syahbah Muhammad Abu al-Madkhal li Dirasati al-Quran al-Karim(Beirut:Dar al-Jil,cet I,1992)
32.  Syukir, Asmuni “Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islamiyah (Surabaya : Bina Ilmu. 1979)
33.  Yaningsih, Sri Sejarah Pendidikan Daerah Nusa Tenggara Barat (Mataram: DPK: PPSBPIDKD, 1980)
34.  Zainuddin Syaikh Mi’raju ash-Shibyan Ila Samiil Bayan(Pancor:PBNW,t.th)
35.  _______________ Hizib Nahdlatul Wathan(Pancor:PBNW,t.th)
36.  ________________At-Tuhfatu al-Anfenaniyah bi Syarhi Nahdlatu az-Zainiyya (Pancor: PBNW,t.th)
37.  _______________Al-Ad’Iyyah wa al-Mandzumatu ad-Diniyah(Pancor:Majlis Thullab,t.th)
38.  ____________Syarhu Mi’raju ash-Shibyan Ila Saami’I al-Bayan(Pncor:PBNW,T.th)





[1] Dipresentasikan pada Seminar Kajian al-Quran dan Budaya_Juli 2010
[2] Pembahasan luasnya mengenai masalah ini sudah dijelaskan para sejarawan muslim salah satunya adalah Hudhari Bik, Tarikh at-Tasyri’ul Islam (Semarang:Darul Ihya’,1980),246 dst..
[3] Periwayatan serta pemikiran tentang hal ini sudah banyak dimuat dalam buku-buku keislaman. Baca Mahmud Abu Royyah, Adhwa ‘Alas-Sunnah al-Muhammadiyyah (Mesir:Darul-Ma’arif,1957), hlm.39-40. Jug abaca Yusuf al-Qaradawi, Kaifa Nata’ammal Ma’a as-Sunnatin-Nabawiyyah (Kairo: Darusy-Syuruqul,cet II.1423 H/ 2002 M),hlm.65, al-Madkhal Liddirasatis-Sunnatin-Nubuwwah. Terj(Kairo: Maktabah Wahbah,cet.II,1991),hlm.113
[4] Periode yang penulis maksud adalah dimulai dari pemerintahan Muawiyyah bin Abu Shofiyan 41 H setelah mrampas paksa kepemimpinan ‘Ali ibn Abi Thalib.
[5] Ia menulis surat kepada salah satu karyawannya di Madinah yakni Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm :” Lihatlah Hadis-hadis Rasulullah saw, atau Sunnah beliau yang ada, kemudian tulislah karena sesunggihnya saya takut terhapusnya ilmu dan perginya Ulama.(HR. Imam Malik dalam al-Muwatta’ melalui periwayatan Muhammad bin Hasan). Baca Hudari Bik Tarikh,,,,,hlm.299
[6] Kadang sering disebut dengan istilah “Pulau Seribu Masjid’ sebagaimana Aceh dikenal dengan “ Serambi makkah”.
[7] Afifuddin Adnan, Pelajaran ke-NW-an Untuk madrasah dan Sekolah NW(Pancor:Biro Dakwah YPHPPD NW,1983),hlm.23
[8] Abdul Hayyi Nu’man, dkk Nahdlatul Wathan Organisasi Pendidikan Sosial dan Dakwah (Pancor:PDNW Lombok Timur,T.th),hlm.148
[9] Saggaf artinya tukang yang memperbaiki atap . Asalnya adalah bahasa Arab dari kata “Saqqap” kemudian diindonesiakan menjadi “Saggap” serta disasakkan menjadi “Segep”.  Pemberian nama ini dilatar belakangi beberapa peristiwa yakni  tiga hari sebelum beliau dilahirkan. TGH. Abdul Madjid didatangi orang waliyullah masing-masing dari Hadramaut dan Magrabi. Kedua waliyullah itu secara kebetulan mempunyai nama yang sama, yakni “Saqqaf”. Kedua waliyullah itu berpesan kepada TGH. Abdul Madjid supaya anaknya yang akan lahir itu diberi nama “Saqqaf”
[10] Pemberian nama ini diambil dari nama Ulama besar tenaga pengajar di Masjidil Haram yakni Syaikh Muhammad Zainuddin Serawak
[11] Abdul Hayyi Nu’man, dkk, Organisasi Nahdlatul Wathan:Organisasi Pendidikan, Sosial dan Dakwah(Selong:PDNW Lombok Timur,1988),hlm.148
[12] Tuan Guru Bajang atau Tuan Guru Muda, bisa berarti seseorang yang memiliki tingkat keilmuan yang mengungguli ilmu ilmu tingkat para Ulama yang didukung dengan fisik muda.
[13] Muhammad Noor,dkk Visi Kebangsaan Religius:Refleksi Pemikiran dan Perjuaangan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid,1904-1997(Jakarta:PT.Logos Wacana Ilmu,2004), hlm.10 dst..
[14] Doa yang selalau diucapkan orang tuanya kepada syaikh Zainuddin adalah “Semoga engkau mendapat ilmu yang barokah”, sambil berjabat tangan serta terus memperhatikan kepergian beliau sampai tidak terlihat lagi oleh pandangan mata. Pernah suatu ketika, beliau lupa pamit pada ibundanya. Beliau sudah jauh berjalan sampai ke pintu gerbang baru sang ibu melihatnya. Sang ibu memanggil beliau untuk kembali Beliau pun kembali. Lalu sang ibu mendoakan kemudian beliau berangkat
[15] Yakni TGH. Syarafuddin, TGH. Muhammad Sa’id, TGH. Abdullah bin Ama’ Dulaji
[16] Menurut pengamat sejarah bahwa pada saat itu terjadinya komplik perang saudara dari faksi Wahabiy melawan Syarif Husain.
[17] Abdul Hayyi Nu’man, Maulana Syeikh TGKH. Muhammad Zainuddin ‘Abdul Majid:Riwayat Hidup dan perjuangan(Mataram:PBNW,1999),hlm.148
[18] Ibid…hlm.150
[19] Ini adalah potongan bait Syair yang diungkapkan sendiri oleh al-Kutbi. Dan sebenarnya ada bait berikut sebagai sambungannya sebagaimana tertera dalam pengantar Mi’raju asH-Shibyan. Baca Syaikh Zainuddin Mi’raju ash-Shibyan Ila Samiil Bayan(Pancor:PBNW,t.th),hlm.4. Bandingkan dengan Syaikh Zainuddin Hizib Nahdlatul Wathan(Pancor:PBNW,t.th),hlm.273-274. 
[20] Lihat kembali Hayyi Nukman, dkk Nahdlatul Wathan…., hlm.153-157
[21] Ibid…hlm.172-174
[22] Lihat Syaikh Zainuddin At-Tuhfatu al-Anfenaniyah bi Syarhi Nahdlatu az-Zainiyya (Pancor: PBNW,t.th),hlm.1-122
[23] Lihat Syaikh Zainuddin Al-Ad’Iyyah wa al-Mandzumatu ad-Diniyah(Pancor:Majlis Thullab,t.th)
[24] Lihat Syaikh Zainuddin Syarhu Mi’raju ash-Shibyan Ila Saami’I al-Bayan(Pncor:PBNW,T.th), hlm.1-54
[25] Singkatan dari Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah, yang dihususkan untuk para pelajar laki.
[26] Singkatan dari Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah yang dihususkan untuk para pelajar wanita.
[27] Asal muassal lembaga ini, berawal dari sebuah khalaqah kecil yang memuat beberapa pelajar setempat yang kemudian bertambah dan bertambah, dengan demikian beliau mendirikan pesantren al-Mujahidin pada tahun 1934 M
[28] Dikatakan al-Quran karna ia berisikan intisari dari semua kitabullah dan intisari dari ilmu pengetahuan. Baca Manna Khalil al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulum al-Quran(Riyadh:Maktabah Ma’arif,1981), hlm.20. Bandingkan dengan Az-Zarkasyi, al-Burhan fi ‘Ulumi al-Quran(Mesir:Isa al Bab al-Halabi,cet.I,t.t,). Untuk cetakan al-Halabi ini ada pada hlm.278
[29] Dalam konteks defenitif, terdapat pengertian al-Quran yang berbeda. Namun hakikatnya mengacu pada esensi yang satu. Baca Muhammad Abu Syahbah al-Madkhal li Dirasati al-Quran al-Karim(Beirut:Dar al-Jil,cet I,1992),hlm.7. Bandingkan dengan Musa Ibrahim, Buhutsun Minhajiyyati Fi ‘Ulumi al-Quran al-Karim(‘Aman:Dar ‘Imar,cet.2,1996), hlm.14. Selain itu lihat pula Solahuddin Basyuni Ruslan al-Quran al-Karim: Ru’yatun Manhajiyyatun Jadidah Li Mabahitsi al-Quran al-karim(Qahirah:Dar an-Nasyr Elektronik,ttp),hlm.9
[30] Ada penegasan yang lebih hebat bahwa al-Quran merupakan argument bagi para Ateis. Baca Syeikh Khalaf Muhammad al-Husain, al-Quran Yuqowwimul ‘Aqla wan Nafsa wal Lisan,terj. Luruskanalah Akal,Jiwa dan Lisan anda dengan al-Quran, (Jakarta:Mustaqim,cet.I.2002),hlm.69
[31] Pernyataan ini penulis dapatkan saat mengenyam pendidikan di Ma’had Darul Quran wal Hadis al-Majidiyyah as-Syafi’iyyah, yang merupakan salah satu lembaga miliki NW yang kerap disampaikan Tuangguru-tuangguru besar NW juga Dewan Muhtasyar dalam berfatwa.
[32] Gerakan Mujahidin adalah suatu gerakan yang dibentuk Syaikh Zainuddin dalam upaya pengusiran tentara belanda yang telah banyak merugikan masyrakat Lombok pada umumnya dan terlebih lagi dengan keberadaan madrasah NW.
[33] Ini adalah salah satu hadits yang selalu disebut dalam upaya penegakan islam yang sebenarnya. Hal ini terkait dengan kasus praktik islam kiri atau mereka menyebutnya islam wetu lima yang sarat dengan symbol “tiga-tiga dan tiga”. Praktik 333 ini merupakan ajaran fanatisnya, dimana mereka berkeyakinan bahwa ajaran islam sesungguhnya bertitik simpul pada tiga tiga dan tiga, dengan demikian tiga ajaran dalam akidah, tiga ajaran dalam syariah dan tiga ajaran dalam akhlak dan tiga pada iten cabang seterusnya. Salah satu contoh dalam praktik mereka adalah berpuasa tiga hari, sholat tiga waktu begitu juga dengan keyakinan serta nilai nilai norma lainnya
[34] Ayat Sholawat adalah ayat yang dinisbahkan pada kewajiban seorang Muslim untuk bersolawat kepada Nabi yang kemudian ditradisikan menjadi suatu kegiatan solawatan dengan menghadirkan 30 atau lebih yang menjadi kelompok khusus dalam bersholawat. Kelompok ini biasanya diundang dalam acara dan kegiatan tertentu seperti Saat berangkat Haji, sunatan, dan juga dipakai dalam kegiatan HULTAH tahunan Nahdlatul Wathan dll.
[35] Ayat Asma’ adalah ayat yang menerangkan tentang nama-nama Indah bagi Allah yang kemudian dijadikan sebagai salah satu media doa terpenting di tubuh NW. Dimana doa ini merupakan doa induk yang wajib diucapkan para santri NW dalam kegiatan apapun. Dan ini salah satu menurut NW musabbab kejayaan Islam di dunia.
[36] Ayat-ayat Fadhilah ini meliputi 4 surat yang terkenal: Surat Yasin, ad-Dukhan, al-Waqiah, dan al-Mulk. Dan yang paling terkenal adalah Yasin Fadhilah dan Waqiah Fadhilah. Keempat ayat ini sering menjadi amalan-amalan indifidu dan kelompok dan seriing dibaca oleh Tullab Ma’had Daru al-Quran wa al-Hadits.
[37] As-Syafii, ar-Risalah.(Beirut:Darul Fikri,1988
[38] Abu Hamid al-Ghazali, al-Mustasyfa fi Ilm al-Ushul, (Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyyah),hlm.54
[39] Baca SyaikhZainuddin, Nazham Batu Ngompal (Jakarta:al-Abrar,1994),hlm.22
[40] Sri Yaningsih, Sejarah Pendidikan Daerah Nusa Tenggara Barat (Mataram: DPK:PPSBPIDKD, 1980), hlm.28
[41] Beberapa tingkatan tersebut yang ada di pusat seperti MI, SDI, Mts NW, SMP Lab NW, Mts Muallimin, MTS Muallimat NW, MA NW, SMA NW, MA Muallimin MA Muallimat, MA Keguruan NW, MA Keagamaan NW, Ma’had Darul Quran wal Hadits, IAIH, STKIP, LPWN, AKPER NW, Universitas Nahdlatul Wathan dan yang tersebar di beberapa cabang.
[42] Beberapa tingkatan tersebut yang ada di pusat seperti MI, SDI, Mts NW, SMP Lab NW, Mts Muallimin, MTS Muallimat NW, MA NW, SMA NW, MA Muallimin MA Muallimat, MA Keguruan NW, MA Keagamaan NW, Ma’had Darul Quran wal Hadits, IAIH, STKIP, LPWN, AKPER NW, Universitas Nahdlatul Wathan dan yang tersebar di beberapa cabang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar